BLOG TULISAN Jayadiningrat


Menurut statistik perceraian itu banyak terjadi pada pernikahan antara 1-5 tahun. Nikahnya baru 1-2 tahun lalu cerai. Kenapa Cepet Nikah, Cepet Cerai?. Kalau saya sih jawaban pendeknya adalah: karena KAGET aja, tidak sesuai ekpektasi. Hehe.


Dibandingkan orang jaman dulu yah kakek nenek kita dimana mereka menikah dengan ekspektasi utama yaitu punya anak, banyak dari mereka menikah dalam keadaan ‘sedikit’ terpaksa malah, bahkan sebenarnya gak mau atau gak siap. Jadi mereka tidak berekspektasi bahwa Menikah = Bahagia. Jadi awal nikahnya aja sudah gak happy, sehingga saat ternyata hubungan yang terjadi tidak se-harmonis atau seenak itu maka mereka tidak terkejut, mereka gak NORAK. Ya udah lah, punya anak dan sama-sama membesarkannya aja.


Sedang dijaman kita yah di era modern ini menikah itu diasumsikan menikah untuk bahagia, seperti bisa ngobrol, bertukar cerita, bercanda, ketawa sepanjang hari yah kebayangnya seperti di film-film lah, kemudian menikahlah mereka, ditahun pertama mereka ketemu realitanya : Ternyata kagak bisa NGOBROL ha ha ha. Beda dengan dijaman dulu ayah ibu kita atau nenek kakek kita, kagak berharap bisa ngobrol, ibu saya tidak berharap bisa ngobrol dengan ayah saya. Sehingga dipernikahan modern di tahun pertama, kedua, bahkan berikutnya kebukalah realita bahwa “saya tidak dapetin apa yang saya harapkan” sehingga meraka gak siap dan akhirnya goyang. Nah kalau yang sudah melewati 5 tahun berarti itu orang-orang yang pasrah ya, bisa jadi, yo wes lah kadung ha ha. Atau mungkin yang lebih dari lima tahun ini ekspektasinya hanya ingin membangun keluarga, punya anak, yah seperti keluarga pada umumnya sang ibu jagain anak dan masak, ayahnya di luar kerja. Gitu aja. Pulang kerumah juga gak banyak ngobrol, ya tujuan utamanya partnership membangun keluarga dan membesarkan anak.


TAPI eh tapi untuk jaman sekarang mungkin beda karena pengennya happy, menggebu-gebu terus, pinginnya hubungan badannya enak terus, horny terus, juga jalan-jalan terus, bahagia terus, TAPI eh tapi ternyata sulit sekali dilakukan. Intinya ekspektasinya ketinggian. Itu tuh yang bikin orang-orang sekarang jadi akhirnya ngerasa dikecewakan sama pasangan, muncul keluhan “Pasangan gue gak membahagiain gue”, “ Pasangan gue gak memenuhi keinginan gue”, padahal sebenarnya itu karena “GUE DIKECEWAIN SAMA EKSPEKTASI GUE SENDIRI”, pasangan kita ya dari dulu gitu-gitu aja bukan Farah Quinn yang jago masak, Dian Sastro yang percaya diri, Ardi Bakrie yang kaya raya apalagi Bradpit hehe.


Ya memang kadang-kadang ekspektasi dipicu oleh pasangan kita sendiri seperti waktu pacaran janji A B C D tapi kan setelah menikah mosok most of time pasangan kita harus mendengarkan tiap malam atau berlaku romantis tiap malam, tapi kitanya dulu ngayal sebelum nikah bahwa si dia akan melakukan tiap DETIK ha ha. Padahal, wajar lah saat menggebu-gebu saat pacaran, pasangan kita bilang “aku akan selalu nemenin kamu, aku akan selalu sabar, aku akan menerima kamu apa adanya…” istilah saya itu semua adalah DUSTA TERBESAR ha ha ha makanya buat anggota AN terutama cowok tuh jangan suka janji-janji begitu karena gak realistis. Misalnya “aku akan selalu sabar sama kamu” menurut saya itu bullshit karena kita bisa ngomong gitu karena lagi menggebu-gebu, lagi dibutakan oleh hormon cinta, bahkan jeleknya sidiapun kayak seolah-olah cute. Tapi setelah kemudian nikah agak lama, ternyata si dia ngambek maka kita bawaannya pengen noyor, kesel, pingin marah balik. Dan janji kita tidak bisa kita pegang sendiri, intinya kalau kebanyakan janji = tidak realistis. Apa yang terjadi selanjutnya??? si dia merasa dibohongi, dikianati, “kok lu kagak seperti janji lu dulu”. Akhirnya masing-masing menyalahkan pasangannya, kemudian menyebabkan collapse dan ujungnya Cerai. Yah, ini yang penyebab terbesar cepat cerai lebih sering terjadi di pernikahan modern.


Walau saya akui bahwa faktor penyebab cepat cerai bukan hanya karena faktor Ekspektasi yang berlebih, tapi multi faktor. Di jaman dulu, perceraian sedikit padahal niat cerai ya ada aja tapi sulit terjadi karena istri-istri (ibu-ibu kita) tidak punya penghasilan jadi tidak ada backup untuk hidup mandiri. Sehingga kelihatannya dijaman dulu itu langgeng tapi sebenarnya mereka juga kurang happy. Namun jaman sekarang karena perempuan sudah berdaya dan punya kekuatan finansial serta iklim politik dan budayanya agak berbeda maka perempuan punya kekuatan untuk mengajukan cerai. Statistik juga bilang gitu, sekitar 75% yang mengajukan cerai wanita.

Ya kalau saya sendiri disatu sisi mendukung perempuan yang kalau dipernikahan tidak happy, kdrt, atau dalam hubungan toxic untuk keluar dari situ, kadang perceraian adalah jalan terbaik. Cuman yang jadi concern saya adalah “Kok lu bisa MARRIED sama cowok itu ???????. Itu kan artinya saat awalnya ada something wrong tapi diabaikan, mungkin dipaksakan, mungkin udah tahu toxic tapi diterjang. Makanya kita harus hati-hati menikahnya. Noted ya…..


Ada cerita seorang wanita ke saya, “aku dulu udah cerai resmi dpt akte cerai jg lalu berpikir demi anak lalu balik lg nikah resmi akad ke penghulu. Akhirnya 1,5th ada kdrt aku gugat untuk cerai – capeeekkk… dituduh2 selingkuh”. Ini salah satu contoh : Mudah Nikah, Mudah Cerai. Cerita ini disatu sisi sedih, disisi lain yang membuat saya marah dan kesel ada orang-orang yang terburu-buru nikah. Yah kita tahu realita seperti itu banyak, itu menyedihkan dan menyakitkan sekali. Jadi sebagai pelajaran bahwa pernikahan itu bukan sesuatu yang sepele. Istilahnya jangan asal aja. Sehingga saya sangat mengagungkan pernikahan adalah hal yang mulia, ikrar sehidup semati jadi tidak sembarangan seperti beli mobil ha ha ha.


Kembali ke mengapa orang jaman sekarang berekspektasi terlalu tinggi, juga karena SOSIAL MEDIA. Setiap hari kita melihat di instagram, Fb, Twitter, Tiktok segala macam tentang indahnya Couple2, Selebgram2 yang relationship goals, yang unyu2 uwu2, yang romantis segala macem. Sehingga kita jadi berfantasi dan berekspektasi “ oh gue maunya yang kayak gitu”, “oh itu to yang benernya”, “oh yang begitu yang ideal”. Makanya orang pada kaget saat tau selebriti cerai, “kok bisa ya padahal di sosmed kayaknya mesra banget” hello emang lu pikir mereka kagak pernah berantem, yah yang namanya foto/video ya pasti bagus. “Padahal kan kelihatan cocok banget ya”, itu karena kita gak liat realita ‘dapurnya’ seperti apa. Jadi menurut saya Medsos itu mengipas gairah kita yang pengen nikah cepet-cepet bakal makin dikipas lagi. Kemudian, bukan tentang selebriti saja tapi juga temen-temen kita juga, sering kita liat publikasi temen2 kita yang lagi happy jadi kita ngerasa terdesak oleh lingkungan sekitar. Kalau seleb paling cuman membuat kita terinspirasi menikah cepet, tapi yang membuat kita terdesak untuk segera menikah karena temen ada taroh foto begini begitu bersama pasangannya, abis prewed, abis jalan2, atau temen lain udah punya anak, anak kedua, hamil lagi sedang kita masih disini-sini alias mantengan AN aja haha. Jadi ueforia yang difasilitasi medsos itu bukan hanya merasa nafsu pingin cepat nikah namun juga KETAKUTAN fomo (fear of missing out) tidak seperti mereka yang ‘sudah bahagia’ versi kita.


Yah intinya kalau mau menikah, cobalah untuk mengenal si dia lebih dekat, bukan karena terdesak atau ketakutan ketinggalan kereta. Namun coba selami apakah pribadi dia cocok dengan kita, apakah dia baik, obrolan nyambung gak, jangan hanya terbius oleh ketampanan/kecantikan atau janji-janji si dia. Juga lihat realita, dianya makan aja masih minta orang tua, kemudian si dia janji2 bilang nanti setelah menikah akan bekerja keras dan jadi kaya, saran saya lihat realita saat ini dulu aja deh. Di jaman covid, saran saya untuk wanita pertimbangkan sisi finansial si dia karena bekerja atau usaha di jaman ini tidak mudah, siap gak menerima kondisi finansial terburuk, jika siap ya go ahead. Kalau saya sendiri yang saya cari adalah calon istri yang baik dan tepat, karena istri yang baik, apapun keadaan yang tidak baik bisa bersama-sama diubah menjadi baik eaaaa……


Kang Jay


"Kang, saya join AN bukan karena saya sudah bercerai, namun saya pada posisi dilematis, ingin bercerai namun ada ketakutan apakah saya masih laku dan saya sudah benar dengan keputusan itu. Saya ingin menceritakan kondisi saya, kami menikah muda, awalnya sebenarnya ditentang orang tua namun darah muda saya ngotot. Setelah menikah suami saya merasa minder karena keluarga saya iebih kaya. Suami saya kesulitan memenuhi kebutuhan ekonomi, sehingga keluarga saya membantu memberi modal membuka usaha yang dijalankan oleh saya. Suami malah marah-marah merasa direndahkan dan menyiksa saya. Anak-anak menjadi brutal dan memberontak ke ayahnya karena membela saya. Suami saya bertambah parah dengan malas berdagang bersama saya, sehingga saya yang banting tulang sendiri untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Saya merasa tersiksa, baik secara fisik di aniaya, lebih lagi secara batin. Suami bertahun tahun tidak berubah dan saya mau minta cerai saja, karena saya merasa suami tidak bisa memberi apa-apa. Uang tidak, kasih sayang tidak. Terakhir yang membuat saya tidak kuat, suami saya juga bertengkar melawan orang tua saya, hingga orang tua saya memaksa saya “Ceraikan Saja Suami Seperti itu".

Baik saya akan memberi masukan untuk Teteh, usia kita tidak jauh beda ya. Berarti Teteh sudah menikah cukup lama.

Maaf sebelumnya, saya adalah laki-laki dengan paham anti cerai dan belum pernah punya pengalaman bercerai, jadi mungkin akan lebih menekankan sisi positif dari berkeluarga sampai ajal menjemput. Susah bersama didunia namun bahagia bersama kemudian di akherat eaaaaaaa.

Kita mulai. Perceraian itu dihalalkan dalam sebab tertentu namun dibenci Allah, sehingga tidak dengan mudah diijinkan hanya alasan pertengkaran, aniaya dalam batas tertentu dan ketidakcocokan, karena seperti di hadist bahwa kemurkaan Allah sampai menggetarkan Arrashi dan bahkan mengharamkan bau surga. Makanya penghargaan terbaik dari Iblis kepada anak buahnya saat bisa memisahkan suami istri karena itu membuat murka Allah, bahkan dibanding pemurtadan. Mungkin bagi banyak orang, ah hal sederhana sajalah cerai itu, namanya juga cari kecocokan, namun dalam Islam itu adalah hal luar biasa selain murtad. Berbeda dengan menikah lagi, banyak nabi yang menikah lagi direstuai Allah seperti Nabi Ibrahim, Nabi Yaqub, Nabi Musa, Nabi Daud, Nabi Sulaiman dan Nabi Muhammad. Sebelumnya boleh memiliki banyak istri bahkan Nabi Sulaiman memiliki ribuan istri, namun di atur setelah Nabi Muhammad maksimal 4 istri.

Namun saya paham untuk kasus Teteh memang sangat berat, dan bisa dipahami betapa menderitanya Teteh karena mendapat suami pemalas, pemarah dan kurang ajar terhadap mertua.

Namun menurut saya suami pemalas, pemarah dan kurang ajar itu karena dia belum bertobat saja. Justru seharusnya bukan minta cerai, tetapi jadikan dia obyek yang harus "dimenangkan' atau 'diselamatkan'.

Buanglah ide atau pikiran ingin bercerai, karena itu bukan jalan keluar. Perkawinan yang sakit sebenarnya masih bisa diusahakan dibuat sehat dengan cara Islami bukan dibunuh dengan bercerai. Selamatkan suami Teteh.

Saya sendiri suka bertanya kepada 'korban', kenapa dipukuli? Jika dipukuli karena menghina, tidak melayani sex, cerewet, pergi keluar rumah terlalu sering, terlalu sering melawan atau berdebat dengan suami, maka bukan hanya suami yang bertobat saja namun istri juga perlu bertobat.

Namun jika sudah benar benaaaaarrrrr tidak kuat, saran dari saya adalah bukan sesegera mungkin bercerai, tetapi 'pisah sementara', memberi waktu ke masing-masing untuk instrospeksi diri. Jangan mengumbar emosi sesaat, berpikir jauh kedepan terutama nasib anak-anak Teteh tanpa ayahnya.

Kepada suami Teteh, katakan dengan tegas, bahwa 'pisah sementara' tanpa perceraian tersebut terpaksa ditempuh karena Teteh tidak kuat dengan perilakunya selama ini. Janjikan, jika dia berubah dengan sungguh-sungguh maka Teteh akan menerimanya kembali, dan Teteh ingin perbaikan signifikan.

Dengan 'pisah sementara' tanpa perceraian, saya harapkan emosi keluarga Teteh juga reda dan tidak terus menerus menekan Teteh untuk menceraikan suami, karena berkeluarga adalah fitrah manusia yang harus dipertahankan sesuai sunnah Rosulullah.

Kepada orang tua Teteh, beri pengertian bahwa yang lebih menderita bukan orang tua Teteh, tetapi Teteh sendiri dan biarkan Teteh yang mengambil keputusan.

Dalam masa 'pisah sementara' tersebut, isi dengan kegiatan yang baik, tetap mencari rezeki, menghidupi anak-anak dan terutama kegiatan seperti perbanyak ibadah sunnah, perbanyak doa dan terutama doakan suami Teteh dengan sungguh-sungguh supaya dia bertobat. Jika mau lebih sungguh-sungguh dalam berdoa, ajak anak-anak untuk ikut berdoa, karena mereka adalah darah daging ayahnya, doa mereka semoga menggetarkan langit sehingga ribuan malaikat turut mendoakan.

Dalam masa 'pisah sementara', isi hati Teteh dengan kasih sayang, lepaskan kekecewaan, buang kepahitan, beri pengampunan dan ucapkan kata-kata baik dipikiran untuk suami Teteh, ratapi suami agar Allah selamatkan, kasihani dia dengan sunggih-sungguh dengan kelemahlembutan. Teruslah berdoa, beri kesempatan suami Teteh bertobat dan semoga Allah membalikkan hati suami Teteh. Percayalah, bahwa masih ada mujizat dari Allah. Tunggulah dengan sabar sampai Allah menjawab doa kita.

Saya teringat paman saya seorang bajingan, tukang menghamili anak orang, bolak balik masuk penjara baik karena narkoba atau berkelahi, kawin cerai, namun saat dia Tobat bahkan ibadahnya melebihi ustadz, setianya pada istri terakhirnya bukan main, anak2nya dididik agama dengan baik bahkan dia kumpulkan anak-anaknya dari ibu lain yang keberatan mengasuhnya, dan saya dinasehati untuk segera menikah haha. Terpancar kharisma kebapakan. Kuasa Allah. Semoga suami Teteh disadarkan agar giat bekerja toh usaha Teteh sudah ada tinggal dia turut giat bekerja saja, tidak main fisik dan menghormati orang tua. Saya doakan yang terbaik untuk Teteh dan keluarga.

Kang Jay

Saya ingin membagikan amalan agar kita terus kaya seumur hidup. Himpitan ekonomi di zaman Covid ini banyak menjadikan orang stres banyak hutang, susah tidur, makan tidak enak hingga kurus kering, keluarga cerai berai, atau bahkan mencari uang dengan membabi buta tanpa mengindahkan protokol kesehatan. Akhir-akhir ini kita juga sering mendengar ataupun membaca orang yang kita kenal meninggal karena Covid, si A, si B, la bukannya si C minggu lalu masih chatingan. Jadi jangan sampai udah miskin di dunia, belum kawen, ibadah asal2an, eee matek pulak. Malaikat Ridwan bakal menyeringai saat berjumpa pintu neraka, lo eh lo lo tapi dikejauhan kok lihat ada banyak wanita cantik tapi gosong karena kelamaan berjemur dibawah matahari eh salah maksudnya diatas bara api


Terkait harta, kita sering lupa bahwa pemilik harta adalah Allah, ya kita gampang lupa untuk memohon kepada-Nya agar diperlancar dalam mengais rejeki.


Saya akan bagikan amalan yang selalu saya lakukan di malam sebelum tidur, untuk sekedar berbagi agar kita semua selalu dimudahkan oleh Allah dalam mendapatkan rezeki dihari berikutnya.


Amalan ini adalah sebelum TIDUR membaca beberapa surah-surah dan sholawat yang pasti sudah hapal semua, urutannya adalah:

1. Wudhu bagi yang sudah batal.

2. Al Fatihah 1x

3. Ayat Kursi 1x

4. Al Ikhlas 3x

5. Al Falaq 3x

6. An Naas 3x

7. Berdoa tentang hal yang anda inginkan didunia dan akherat.

8. Membaca sholawat sebanyak-banyaknya sampai kita tertidur.


Semoga yang lagi berhutang, terutama hutang pinjol pada lunas. Mentang2 saya gs membawahi hr sering saya mendapat sms krn ada pegawai belum melunasi pinjol, ganas bisa sehari 5x untuk orang yg sama. Terus dgn alasan hampir sama semua dari pegawai bermasalah pinjol, yaitu: "maaf pak no hape saya dibajak" hwahahahaha. Atau saya mendapat telepon berkali2 dari penagih, apa hubungannya coba, eh ada kan bagian hr hehe. Pinjol emang mengerikan terkait nama baik. Kemudian setelah hutang lunas, bisa memenuhi kebutuhan sehari2 tanpa hutang. Akhirnya bisa menabung, baik untuk modal nikah atau beli rumah atau mobil baru atau umroh haji pelesiran atau daftarin anak ke kedokteran paket 500jt ampe lulus atau bahkan go to the moon bareng Elon Musk hehe. Jangan lupa sisihkan harta untuk sedekah.


Pada diri saya sendiri, dimana berpuluh tahun bekerja hanya punya dua rumah. Namun dengan amalan tersebut dan ibadah wajib dalam 7th maka alhamdulillah ya Allah, bisa membeli beberapa rumah, beberapa ruko alfamart & beberapa apartemen, walau bingung buat apa, dikontrakkan pun bingung mengelolanya yang rusak inilah itulah trus ribet dengan yang ngontraklah ngemplang listrik pdam lah, dikeluhin bisnis ambruk atau phk minta keringanan bayar kontrakan lah, saking kasihannya ada lho ibu janda 52th bersama tiga anak satu cucu dengan salah satu anaknya juga janda 26th saya beri 1th gratis krn bisnisnya ambruk tapi bukan dinafkahi lho ya pemirsah, dari semua 'kesulitan' mengelola yah semoga nantinya bermanfaat untuk anak cucu saya. Aslinya jadi rada ga nyaman ya haha, efek kemaruk berdoanya minta banyak akhirnya gumoh, akhirnya saya stop gak beli2 lg walau tangan ini gatel buka olx cari property, ntar biar saya tambahin hibahnya ke anak dan suaminya biar mereka yang pusing dan gumoh, baru beli lagi, latah deh jadinya. Ujung2nya ya satu rumah saja yang ditempati, home sweet home, juga ntarnya rumah masa depan kita cuman di 1x2 meter. Kita tahu gimana a*d* anak konglomerat berharta triliunan dgn ni* mengkonsumsi narkoba untuk bahagia, apakah hartanya tidak bisa bikin bahagia? Itulah harta dunia. Namun setidaknya berdoalah agar tidak memiliki hutang, hidup berkecukupan di dunia lalu meninggal masuk surga eaaaaa.


Sekedar sharing saja, tidak ada maksud apa-apa, harta terbaik kita adalah amal ibadah karena yang kita bawa ke dalam kubur hanya kain kafan. Lagi, sebenarnya doa terbaik soal harta adalah hidup berkecukupan dan bahagia bukan kaya. Karena ada orang kaya anak hancur, ada orang sukses keluarga hancur, ada yang yang hidup tapi seperti sekarat karena sakit tidak sembuh-sembuh. Namun dgn hidup berkecukupan ditambah anak sukses dan sholeh, keluarga harmonis, sehat selalu, lancar dalam beribadah, banyak waktu luang ongkang2 maka itulah arti surga dunia. Semoga kita selalu sadar bahwa Allah maha pengasih dan penyayang kepada hambanya yang mau berdoa dan menjalankan perintahnya. Aamiin.


Kang Jay

Saya baru-baru ini dibuat senyum, ada anak management trainee dikantor saya, saya tanya sudah punya pacar belum, dijawab sudah, saya tanya lagi ya udah dilamar aja kan udah kerja, dijawab belum dulu pak toh kita pacarannya islami kok. Baiklah.

Well, pacaran islami. Saya pikir kagak ada pacaran islami. Saya tidak tahu mungkin pacaran islami itu, sebelum dimulai baca bismillah, setelah mencium baca alhamdulillah.

Didalam islam ada yang disebut Ta'aruf, ini lebih tepat dari pada pacaran. Namun ada suatu perkumpulan aliran di Jakarta yang sangat aneh bin unik di daerah kebayoran baru, anggotanya menikah hanya dengan dijodohkan oleh Ustad nya tanpa tau wajah, suara apalagi sifatnya. Pokoknya datang di hari H beserta keluarganya terus menikah ditempat sesingkat2nya. Titik. Kenapa tahu, soalnya paman saya ikutan dan percaya sama ustadnya 100% bahwa pilihan ustad pasti tepat haha, cuman dikasih tahu umur status dan pendidikan terakhir, paman saya asyik2 aja karena dia pengangguran waktu itu, tapi alhamdulillah sudah 30 lebih menikah rejeki dimudahkan punya rumah dua dan mobil serta masih harmonis.

Padahal di Islam sendiri tidak begitu juga. Di Islam tetap disuruh ta'aruf. Disuruh supaya saling mengenal. Karena di zaman Nabi Saw., ada orang yang mau nikah hanya dengar suaranya. “Enggak usah, ya Rasulullah. Saya sudah dengar suaranya.” “Lihat dulu.” “Enggak usah, ya Rasulullah.” “Lihat dulu.” “Enggak usah, ya Rasulullah, baru dengar suaranya saya sudah senang.” “Jangan, karena belum tentu orang itu.” Ya kan ada orang yang suaranya merdu, tetapi wajahnya tak sesuai harapan. Suaranya menarik, tetapi wajahnya mendorong. Penyiar radio itu suaranya sangat bagus tapi fisiknya tidak jelas. Mungkin kita bukan pemuja fisik namun setidaknya kenalilah agar passss ssu....... Di AN pun begitu, jangan cuman lihat foto dan chat nya aja udah mau diajak nikah, giliran video call atau ketemu tiba tiba lari tunggang langgang.

Jadi kenalilah dulu dalam koridor Islami, ada medianya yaitu Ta'aruf. Namun kalau pacaran, jangan deh.

Kang Jay
Daripada sepi saya ngeblog lagi ah ha ha. Sore ini mendadak ada anggota wanita AN yang nanya ke saya, "Enak dong kang jadi suami, dilayani bak raja oleh istri agar bisa masuk surga. Karena ada juga wanita yang cari nafkah iya sebagai istri dan ibu iya".

Ya ada enaknya ada susahnya. Tugas suami itu sejatinya berat yaitu menjaga dirinya, menjaga keluarganya, supaya tidak masuk neraka. Wajar jika istri harus menghormati suami. Coba, gaji suami untuk istri tetapi gaji istri tidak untuk suami. Sementara dosa istri, suami ikut tanggung jawab. Tetapi dosa suami, istri tidak usah tanggung jawab di akhirat.

Intinya, suami dan istri bukan untuk dibanding-bandingkan melainkan semuanya punya porsi masing-masing.

Kadang-kadang saya perhatikan kalau suami yang dominan memang ada sisi negatifnya tetapi positifnya lebih banyak. Sedangkan, kalau istri yang dominan, itu negatifnya lebih banyak daripada positifnya hehe iya apa iya?. Maka, diperlukan saling pengertian. Bagaimana hubungan suami istri itu yang penting adalah saling pengertian.

Kalau ada suami kaya tetapi pelit, hadist-nya jelas, istri boleh mencuri harta suaminya. Suaminya gajinya banyak tapi jatah ke istri sedikit, hingga istri makannya yang menunya 5 K: Kara, Kubis, Kerupuk, Kangkung, sama Kecap terus. Ada istilah “setereo”. Sego Setengah Tempe Separo. Sampai kurang gizi. Tapi istrinya pengertian, ya keluarga bisa terus harmonis.

Ada kala istri punya dominasi dalam finansial atau keuangan rumah tangga? Ini juga tidak sepenuhnya si suami dipersalahkan, karena kondisi tertentu kadang aksesibilitas suami itu tidak semudah istri. Karena, ada bidang-bidang pekerjaan yang suami itu sulit untuk menembusnya tetapi istri justru lebih mudah mendapatkannya. Kadang-kadang kita tahu bahwa ada lamaran-lamaran pekerjaan malah yang diprioritaskan adalah wanita, apalagi kebetulan istri masih kutilang (kurus tinggi langsing) ditambah wajahnya menarik. Artinya, kadang-kadang enggak fair padahal pria tulang punggung keluarga. Terus terang aja saya perhatikan, negara kita ini kadang-kadang memberi peluang lebih kepada wanita di dalam bekerja, sementara suami kadang-kadang aksesnya kurang. Makanya banyak yang setelah cerai, eh malah si istri yang bisa survive, sedang sang suami gitu-gitu aja alias tetap melarat ha ha.

Di zaman Rasulullah. pernah putrinya yaitu Fatimah Al-Zahra juga bekerja. Karena, waktu itu Ali berdagang tapi keadaannya sepi, maka Fatimah bekerja pada orang Yahudi sampai mengadukan ke Rasulullah bahwa tangannya kapalan, kemudian Rasulullah menasehatinya "Kamu jauh lebih baik bekerja seperti itu untuk mendapatlan rezeki halal, untuk mengobati kelelahanmu ucapkan dzikir subhanallah 33x, alhamdulillah 33x, Allahuakbar 34x. Jadi genap 100x". Dzikir ini akhirnya terkenal dengan sebutan "Dzikir Fatimah". Dengar dzikir ini, kelelahannya bekerja diganti dengan segar bugarnya saat bangun tidur. Itu sunnah yang baik dari Rasullullah sebagai seorang ayah. Banyak kita lihat malah orang tua yang menjerumuskan anak perempuannya yang sudah menikah ke neraka. "Aduh kasihan kamu kelelahan sampai kapalan, suami seperti apa membiarkan istrinya bekerja keras, sudah kamu minta cerai saja ke suamimu ngapain ikut suami madesu, bapak masih bisa biayai kamu". Rusuh deh jadinya.

Jadi, kalau istri memang punya kelebihan maka boleh saja istri membantu. Tetapi, memang secara hukum yang namanya kewajiban cari nafkah ada di pundak laki-laki. Iya betul bahwa kalau wanita punya penghasilan hukumnya memang untuk dirinya sendiri. Tetapi yahhhhhhh namanya suami istri, “Wa‘asyiri hunna bilma‘raf’. Harus - saling pengertian. Yahhhhhhh namanya keluarga, susah senang ditanggung bersama, gimana baiknya diatur bersama. Kalau seumpama suami baru saja di-PHK, istri yang dapat penghasilan, yahhhhhhh bagaimana caranya agar bisa menghidupi bersama, jangan sedikit-sedikit istri bilang sambil marah-marah bahwa itu tanggung jawab suami padahal sikon lagi tidak mendukung, karena tanpa keikhlasan istri ujung-ujungnya cerai, kan kayak gitu kagak bagus. Beda cerita jika istri tidak bisa eh mau masak, ngurus anak asal-asalan, pekerjaan rumah tangga terbengkalai, berpenampilan ala kadarnya didepan suami tapi saat menghadiri resepsi didepan suami orang dandan 4 jam terus pakai parfum sekilo baju bagus bros kiri kanan bukan daster lagi daster lagi itupun digantung ga dicuci dipakai lagi dan lagi sampai kucel bau pesing, apa iya suami kasih talak cerai, saat suami kaya malah yang ada dikasih tiga pembantu plus satu madu ealahhhhh, bercanda he he he.

Ya intinya, sebagai suami memang harus paham betul agar semangat dan giat, kagak ngegampangin, karena Islam itu punya aturan, yaitu bahwa tanggung jawab nafkah lahir, nafkah batin, mengarahkan ke jalan yang baik dan benar serta diridhai Allah Swt, itu sepenuhnya adalah tanggung jawab suami.

Maaf belum sempet di edit, blog hura-hura eh ngalor-ngidul.

Kang Jay
Pages: Previous 1 2 3
advertisement
Password protected photo
Password protected photo
Password protected photo