BLOG TULISAN Jayadiningrat

Pada suatu hari, seorang murid bertanya kepada gurunya, “Guru, bagaimana caranya agar kita memperoleh JODOH yang paling sempurna dalam hidup ini?”.

Sang guru mengajaknya ke taman, lalu mengatakan kepada sang murid, “Berjalanlah lurus ke depan. Lalu petiklah satu bunga yang terindah di taman ini. Syaratnya kamu tidak boleh kembali ke belakang.”

Setelah berjalan dan sampai di ujung taman, sang murid tidak membawa satu bunga pun. Gurunya bertanya, "Mengapa kau tidak memetik satu bunga pun?”.

Sang murid menjawab, “Saat aku berjalan, aku bertemu dengan bunga yang indah, tetapi tidak kupetik, karena aku mengira di depan nanti akan ada bunga yang lebih indah dari bunga yang kulihat tadi. Begitu seterusnya, hingga ketika sudah sampai di ujung taman, aku baru tersadar yang kulihat tadi adalah bunga terindah. Tetapi, aku tidak bisa kembali ke belakang."

Sang guru lantas menasihati, “Begitulah JODOH. Kau tak butuh mencari yang sempurna, tetapi temukan satu yang baik. Lalu, terima dengan rasa syukur.”




Akan selalu ada bahagia di setiap rintiknya yang jatuh. Namun jangan betah dihujani rindu, karena semua tahu bahwa satu-satunya hal yang bisa memperlambat waktu adalah rindu.


Kini semua berbeda, hujan tak lagi kita, hujan tak lagi cinta. Hujan memang bisa membawa pulang kehangatanmu dikepalaku, namun tubuhku harus tabah menikmati dinginnya waktu.


Sejenak tak apalah menikmati hujan dan berteriak melepaskan kesepian. Ya menikmati setiap rintih langit yang sedih.


Kadang orang yang kita cintai memang diciptakan untuk dilupakan.


Walau, hujan selalu bisa memulangkan kenangan, namun hujan tidak bisa memulangkan kita.


Ketika hujan reda, biarlah kita adalah cerita yang sudah usai dan ku akan mulai menata rindu yang baru.


Leles, 7 Jan 2021


Terkadang kita menjadi sosok yang lupa dengan kebaikan orang lain pada diri kita. Yang kita pikirkan setiap saat justru orang yang selama ini menyakiti dan mengecewakan kita. Hati kita akhirnya dipenuhi kebencian dan dendam. Kebencian itulah yang merenggut kedamaian hati kita setiap hari.

Kita lupa, ada begitu banyak orang yang mencintai kita. Kita lupa, jumlah orang yang mengecewakan kita jauh lebih sedikit dibandingkan jumlah orang yang menyayangi dan berjasa dalam hidup kita. Lantas mengapa kita justru lebih sibuk memikir kan orang yang mengecewakan kita?

Setiap hari, luangkan waktu untuk memikirkan orang-orang yang layak dan pantas untuk kita beri ucapan terima kasih karena telah mencintai kita sepenuh hati. Mereka yang hendaknya mengisi lebih banyak ruang di hati kita.

Jika hati kita terisi penuh dengan sakit hati dan kekecewaan, maka yang menguasai jiwa kita adalah dendam dan kebencian. Kita selalu berusaha untuk membuat orang yang sudah menyakiti kita merasakan sakit yang sama, bahkan lebih sakit dari yang kita rasa. Akhirnya, tiap waktu kita memikirkan berbagai cara untuk membalas sakit hati kita. Waktu dan usia kita ludes untuk memikirkan cara balas dendam kepadanya.

Padahal jika kita renungkan, apa untungnya? Jika dendam sudah terbalaskan, kita dapat apa? Kepuasan hati? Percayalah, rasa puas yang hadir dari kesedihan orang lain bukanlah kepuasan sejati. Itu hanya kepuasan semu. Seolah hati kita senang, padahal ia bagai bara panas yang merusak diri.

Dampak kedua tentu saja kita jadi kehilangan banyak kesempatan untuk membalas kebaikan dari orang yang selama ini membantu dan mencintai kita. Kita jadi kehilangan banyak peluang untuk berterima kasih kepada banyak orang yang selama ini berjasa dalam hidup kita. Kita jadi tak punya waktu untuk memberi hadiah berharga bagi mereka, karena terlalu sibuk memikirkan orang yang menyakiti kita.

Dampak ketiga, kita kehilangan kesempatan untuk memperjuangkan mimpi-mimpi besar yang kita cita-citakan. Fokus kita terpecah. Kita tidak totalitas dalam memperjuangkan harapan yang sudah kita buat.

Karena terlalu banyak kerugian yang kita tanggung, maka sadarkan diri bahwa jadi pemaaf itu sungguh bermanfaat bagi diri kita pribadi. Hidup kita lebih tenang, hati lebih damai, energi kita pun akan tersalur untuk sesuatu yang lebih bermanfaat.

Seminggu yang lalu saya dihubungi oleh Teman SD&SMP yang dulu begitu dekat dengan saya. Kemana-mana kita sering bareng. Dia saat ini sedang berjuang sembuh dari Covid-19. Dia menghubungi saya karena dia selalu teringiang-ngiang pada temen-temannya yang tulus menyayanginya. Dia cerita napas dia sudah tinggal 30% lagi dan kadar oksigen 85%, dia sering terbayang-bayang wajah saya, dia bilang mungkin jika dia tidak menghubungi saya lagi berarti dia sudah memakai ventilator. Dia berharap "disisa hidupnya" masih bisa ngobrol dengan teman2 karibnya dulu. Saya menjadi trenyuh dan berusaha mengirimi dia madu dan puluhan kaleng susu cap beruang. Semoga dia segera disembuhkan. Aamiin.


Update hari ini 5 Januari 2021, teman telah meninggal.



Selamat jalan teman, semoga amal ibadahmu diterima disisiNya. Hiks.


Kang Jay


Tiap diri, punya air matanya sendiri. Kesimpulan itu yang bisa saya ambil ketika melihat ataupun menyelami satu per satu persatu curhatan yang masuk ke saya. Setiap orang punya permasalahan hidup yang berbeda. Tak ada satu pun yang dirinya tak pernah mendapatkan masalah.

Maka tak perlu kita merasa menjadi orang yang paling sengsara di dunia ini. Karena di tempat lain, sesungguhnya banyak yang menerima ujian lebih berat dari kita. Di tempat lain mungkin jauh lebih banyak yang hidupnya lebih sulit dibandingkan kehidupan yang kita rasakan.

Yang kita rasa bahagia, bisa jadi dia memang orang yang pandai menyembunyikan penderitaannya. Yang terlihat tiap hari ceria, mungkin dalam kesendirian, ada persoalan besar yang dipikirkannya. Bukankah kita tak tahu apa yang ia rasakan saat sendiri? Mungkin ia sesenggukan mengadukan permasalahan hidupnya pada Allah semata. Mari belajar pada pribadi seperti ini, yang mampu tetap tersenyum meski hatinya memendam sedih luar biasa.


Tiap diri punya ujiannya sendiri. Ada yang kariernya hebat tapi sedih memikirkan jodoh yang tak kunjung datang. Ada yang finansialnya bagus, jodohnya baik, tapi sedih karena buah hati belum juga hadir di tengah kehidupan mereka. Ada yang dikaruniai buah hati, tapi ekonominya sulit. Ada yang lulus kuliahnya cepat, tapi bertemu jodohnya lambat. Ada yang karirnya melesat, tapi diuji dengan pasangan hidup yang belum baik. Ada yang jabatannya tinggi, tapi diuji dengan anak yang nakal, dan lain sebagainya.

Tak usah kita membandingkan diri dengan orang lain. Karena tiap kita punya kisah sendiri-sendiri. Yang perlu kita risaukan adalah ibadah, dosa, dan kehidupan akhirat kita. Segala peristiwa di dunia ini hanyalah cara Allah untuk memfilter, siapa dari kita yang mampu menghadapinya dengan cara yang baik dan menjadikannya sebagai jalan menuju Allah.

Membandingkan masalah diri dengan orang lain hanya akan menimbulkan dampak tak baik. Jika kita merasa masalah hidup kita lebih berat, kita kehilangan rasa syukur dan iri pada orang tersebut. tapi jika kita merasa masalah diri lebih ringan dari orang lain, kita bisa terseret jadi pribadi yang tak sensitif, karena senang melihat orang lain lebih menderita dari kita.

Cukup miliki keyakinan, tiap diri punya masalah untuk diselesaikan. Kalau bisa, usahakan bantu masalah orang lain. Dengan membantu orang lain, semoga Tuhan memudahkan terselesaikannya masalah pribadi kita.

Kang Jay

advertisement
Password protected photo
Password protected photo
Password protected photo