Tidak dapat dipungkiri bahwa virus Corona telah menimbulkan orang manjaga jarak. Selain itu, imbauan #dirumahaja semakin mempersempit ruang gerak banyak jomblo.
Bagi para jomblo, hal tersebut tak ubahnya malapetaka yang semakin menghambat menemukan belahan jiwa. Banyak dari kita yang tidak memiliki seseorang yang bisa diajak berbagi keluh kesah atau berbagi kasih. Level rasa sepi yang dirasakan pasti akan meningkat lebih dari hari-hari biasa tanpa pandemi Corona.
Meski begitu, sebenarnya kita masih bisa mencari jodoh di tengah krisis ini seperti duduk manis bahkan rebahan di rumah mantengin AN ini.
Namun saya lihat banyak yang malah tambah stres di AN, sebulan dua bulan mantengin AN masih stres ringan, namun sekarang sudah Lima bulan lebih menjadi stres berat bahkan saya lihat udah ada yang menderita gangguan kejiwaan.
Saya mengamati fenomena-fenomena yang terjadi:
- Dulu disaat sibuk2nya, kita jomblo sering lupa waktu. Boro-boro sempet mikirin jodoh, menyelesaikan deadline tugas kantor aja serasa 24jam sehari kurang. Akhirnya saat wfh membuat kita berpikir ulang eh berpikir banyak dan tersadar "Lho umurku ternyata sudah...xx... so, mana jodohku. mana? mana?."
- Udah mantengin pagi siang malam, e e e anggota AN yang nginbox atau chat jauh dari kriteria yang diinginkan sehingga makin menambah stres dengan status jomblonya. Ini terlihat dari blog2 dan comment2 mengibaratkan prospek yang tertarik tuh miskin bahkan penganguran, tidak tampan atau tidak cantik. Mengistilahkan, bukannya dapat ikan malah dapat sampah, yah intinya jauh dari kriteria yang diharapkan. Seakan itu adalah gerandong atau nenek lampir yang harus disingkirkan agar muncul sultan atau bidadari dari negeri awan. Padahal ya itu jatah sekufu kita. Ingat bahwa selalu ada emas dipasir di sungai, yah pintar2 aja mengayaknya.
- Kebanyakan melihat blog-blog inspirasi atau blog menggurui yang pada kenyataannya tidak sesuai dengan kondisi kita saat ini malah menambah gumoh, suntuk dan menyulut emosi untuk siap ngajak tarung sang pembuat blog bahwa tulisannya tidak valid dimasa pendemi, plus doi bakal dipakai sebagai bahan praktikum mengasah keahlian bikin blog tandiangan, mengumpat, sumpah serapah, fitnah dan luapan uneg2 hati. Sebelum nanti lulus dan kerja nyata bakal dipraktekkan pada suami/istri masa depannya. Yeah Universitas Kehidupan AN. He he he he he.
- Makin banyaknya anggota yang aktif dan giat di AN, terlihat dari banyak yang online dan banyak Foto yang diupload, menambah meriah pilihan-pilihan calon yang ada. Bagi beberapa jomblo AN mungkin menarik, namun beberapa lainnya malah menganggapnya sebagai saingan. Yah AN yang penuh sesak.
- Dimasa pendemi, banyak pria jomblo berpikir ulang termasuk 'beberapa' pria2 AN, berpikir tentang isi kantong yang tipis, sehingga apa siap menafkahi?, bahkan pekerjaanpun saat ini tiada jikapun pun ada tapi sedang menurun atau tidak stabil karena Corona. Sehingga saat wanita menemukan pria teman baru di AN. Banyak pria yang asyik masyuk di chat dan vicall saja, lumayan mengusir kesepian garatis tamba atis, namun saat diajak ketemuan, dengan tidak perlu pake beribu alasan tapi cukup alasan sederhana yaitu karena pendemi Corona menjadi suatu kemakluman. Pasrahlah si wanita, bingung antara males lanjut chat yang melelahkan hati atau block aja tapi kok sayang, selalu punya alasan dihati bahwa 2bln lagi Corona berakhir. Sebagai priapun saya maklum, lebih baik menyehatkan isi kantong dibanding menikah modal terbatas. Namun saya pun selalu percaya, menikah akan mendatangkan rejeki.
Oh Corona kapan dirimu pergi. Kami para jomblo sudah dahaga, butuh minuman segar-segar rasa cinta dan kasih sayang dari seorang pasangan halal.
Kang Jay
”Masih inget sama mantan. Kalo masih inget, gak akan jadi mantan.”
" Enak ya jadi kamu. Pengen dapet status mantan, rela ninggalin aku pas lagi sayang-sayangnya."
"Mantan itu ada 2 jenisnya, mantan terindah ama mantan terenak, eh..."
"Itu virus apa pacar, sih. Kerjaannya nyakitin terus."
"Karena 'Hai' setitik, rusak move on setahun."
"Sepandai-pandainya move on kalau disenyumin mantan bakal gagal juga."
"Ingat dia cuman minta maaf bukan minta balikan apalagi minta dilamar, lek ngayal ki ojo duwur-duwur to le timbang kesampluk pesawat."
Ya, diatas hanya intermezo, bahasan ringan melayang......lalu bahasan beratnya gimana ???
Yaitu saat kita ingin membuat mantan kembali ke kita he he, pasti ada yang mikir "gak gue banget gitu loh, kan mantan udah ditaroh di tong sampah mosok mungut sampah sih", namun hati nurani kalian ada aja yang masih berharap yekan terutama yang bukan korban diselingkuhin cuman korban adu mulut dll. Ngaku deh.....
Sebenarnya untuk bisa balikan lagi dengan mantan kita itu tidaklah terlalu sulit. Cukup lakukan beberapa "TRIK" maka dia pasti akan memohon untuk bisa kembali bersama kita.
Yang paling sulit itu adalah bagaimana cara mempertahankan dirinya begitu dia sudah kembali.
Ada banyak sekali wanita yang berhasil membuat mantan mereka kembali setiap hari. Namun mayoritas dari mereka akhirnya akan putus lagi. Kenapa?
Alasannya sederhana yaitu karena masalah yang dulu menyebabkan mereka putus itu masih ada dan belum teratasi sama sekali.
Jadi kita memang harus dapat mengetahui apa 'akar permasalahan' yang telah merusak hubungan anda dan anda harus bisa mengatasinya. Jika tidak maka anda hanya tinggal menunggu waktu untuk kembali kehilangan dirinya. Memang dibutuhkan sedikit usaha lebih untuk bisa membuatnya ingin kembali serta sekaligus untuk mempertahankan bersama anda.
Sayang gak bisa panjang-panjang nulis blog nya, lanjut di blog-blog selanjutnya yach. Saya kasih bocoran dikit: Putuskan kontak dengannya minimal 4 minggu, mengapa 4 minggu?. Hehe.
Sebelum mengakhiri yuk kita nyanyi dulu, "Mau dikata apalagi jika kau bukan milikku lagi, namun masih bersemi dihati. Terima kasih atas semua kenangan indah ini."
Penutup.
Mengenang mantan sah-sah saja tapi jangan keseringan, karena mengenang adalah pekerjaan pensiunan. -sujiwo tejo-
Kang Jay
Kita mungkin menyesal atau bahkan memandang orang-orang itu dengan perasaan iri. Namun, jauh di dalam hati kita tahu bahwa karena pilihan kita sendirilah maka kita sampai di tempat kita sekarang dan menjalani hidup yang kita jalani ini.
Tetapi bahkan kalaupun kita tidak bisa atau tidak berani melakukan perubahan dramatis dalam hidup kita agar dapat mengejar dorongan hati dan keinginan kita, seperti meninggalkan pekerjaan, bertualang dan pergi ke mana pun kaki membawa, kita masih dapat mengambil langkah-langkah untuk memastikan agar kita tidak tersesat terlampau jauh dari impian masa kecil yang kita pendam di dalam dada.
Dengan begitu kita tak lagi bertanya-tanya ke mana perginya waktu atau apa saja yang telah kita capai.
Alih-alih ingin jadi orang penting atau mencapai berbagai hal yang hebat, impian saya sejak kecil hanyalah hal-hal kecil dengan tujuan yang jelas dan jadwal yang pasti. Di antara tujuan dan keinginan, saya mencoba menempatkan diri dalam situasi yang membawa saya ke jalur menuju sasaran itu.
Misalnya, saya bermimpi bisa tinggal di pedesaan Jogja. Saya suka Jogja, aroma dan suasana saat berada di sana, bukan sebagai turis tetapi sebagai seseorang yang merasa betah tinggal di sana. Dan saya ingin itu segera menjadi kenyataan. Bukan suatu hari kelak dalam hidup saya ketika saya sudah menjalani hidup yang membosankan.
Akhirnya saya memberanikan diri ke bigbos untuk minta penempatan di cabang Jogja, karena tujuan saya adalah menjalani hidup sebagai warga Jogja, saya tidak menghabiskan waktu dengan ngantor saja, tetapi dengan bergaul di warung-warung sego bercengkerama dengan tukang becak dan kuli, menyusuri pematang sawah pingiran sungai, menapaki jalan-jalan sempit namun mulus di Jogja berbekal nasi kucing, menyusuri gunung dan pantai Jogja yang eksotis.
Saya merasa selama masa tinggal di Jogja itu terasa sebagai salah satu tahun paling menyenangkan dalam hidup saya. Dan saya tahu pasti di mana saja momen-momen itu.
Saya juga tidak bermimpi untuk memiliki berbagai benda, menjadi orang penting atau sukses dalam karier atau apa pun, tujuan saya terutama adalah menghimpun pengalaman dan melakukan berbagai hal yang membuat saya tertarik ketika itu.
Seperti tukang jalan-jalan hemat yang kebetulan saya bekerja sebagai tour guide, yang bisa membuat saya ke berbagai tempat, dengan budget kantor atau budget sendiri yang disesuaikan dengan kemampuan saya saat itu. Atau keinginan untuk mengkoleksi souvenir2 dari setiap kota atau negara yang saya kunjungi, yang membuat saya mulai menjadi penggila pernak-pernik itu.
Adakalanya berbagai dorongan impusif menjauhkan kita dari tempat kita semula, namun karena sasaran kita adalah selalu melihat ke depan, ke proyek berikutnya, ke minat berikutnya, dan ke kesempatan berikutnya yang tertangkap mata, maka kita akan jarang menyesali yang telah lewat. Sejauh ini saya pun sangat senang bisa terus melanjutkan hidup dan melepaskan masa lalu tanpa banyak penyesalan dan rasa kehilangan. Malah saya merasa percaya diri bahwa apa pun yang ada di depan akan lebih baik dan lebih menarik lagi.
Karena sasaran kita akan selalu ada di depan kita, bukan pada masa lalu. Dan sasaran itu adalah target-target yang perlu kita capai dengan melaksanakannya secara nyata, bila kita memang ingin menjalani hidup yang membahagiakan. Sasaran itu mestinya tidak hanya menjadi pemikiran penuh harapan yang samar-samar, sebuah MUSIK LATAR dalam kehidupan kita, sementara kita sibuk melakukan sesuatu yang lain yang SAMA SEKALI berbeda.
Dengan demikian, di mana pun kita kini berada dan pada usia berapa pun, kita akan tahu pasti apa yang telah kita lakukan dan capai, dan hidup ini akan menjadi penuh warna, pengalaman, dan berbagai hal yang dicapai tanpa rasa bersalah atau PENYESALAN.
Kang Jay
Bicara keseharian kita. Mungkin kita suka merasa hebat punya banyak kegiatan ini itu, memulai proyek-proyek baru dan selalu punya kesibukan untuk dikerjakan. Kita merasa berarti, sibuk, dan bertanggung jawab atas sesuatu.
Bahkan kita sering menilai diri sendiri dari seberapa sibuk kita. Begitu pula dengan orang lain. Bila kita melihat orang lain tidak melakukan apa pun, kita berasumsi bahwa orang-orang itu sedang tidak menjalani hidup yang memuaskan dan menyenangkan. Mereka tidak menjadikan diri mereka berguna atau memberikan sumbangan kepada masyarakat dan dunia ini.
Karena itu, berdiam diri, bahkan dalam situasi yang mengizinkan kita untuk tidak bekerja terlalu keras atau terlalu lama, adalah situasi yang tak tertanggungkan dan tidak kita inginkan. Kita merasa lebih baik bekerja berjam-jam, selalu mengerjakan sesuatu, dan menggarap lebih banyak lagi proyek hingga kita tak lagi punya waktu dan tenaga untuk mengerjakannya.
Dan di dalam yang demikian itu sungguh banyak nilai kebajikannya. Mempunyai pekerjaan dan mengembangkan karier memberi kita tujuan dan makna hidup serta menyediakan jalan bagi kita unt mencari nafkah. Kita berbangga hati karena bergabung dengan suatu perusahaan dan atau menjalankan bisnis atau membuka usaha jasa.
Kita mengisi hari-hari kita dengan berbagai kesibukan. Agenda harian kita penuh dengan rapat, tenggat, dan berbagai target capaian. Pikiran kita penuh dengan ide, rencana, dan strategi. Juga merupakan sarang rasa frustrasi, penyesalan, dan kekesalan.
Sejak pagi hingga malam, kita terus-menerus sibuk. Bahkan di rumah pun pikiran kita masih sibuk dengan sisa-sisa masalah di kantor. Sementara akhir pekan kita gunakan untuk mengejar ketinggalan berbagai proyek yang belum selesai atau untuk mereka proyek-proyek baru.
Dan kita tidak berhenti sampai kita merasa kelelahan dan dipaksa untuk istirahat, mau atau tidak mau. Karena tubuh sudah amat lelah dan pikiran tak lagi berfungsi.
Seorang teman dari Australia, mengatakan kepada saya bahwa musuh terbesar orang-orang yang sibuk bekerja adalah stres.Yang dimaksudkan stres bukanlah dari pekerjaan itu sendiri, melainkan stres dari proses bekerja yang terus-menerus tanpa membiarkan diri beristirahat sesekali.
Memang, banyak pegawai yang ingin berprestasi tinggi merasa perlu terlihat bekerja keras dan lembur. Itu membuat mereka tampak profesional dan merasa penting. Mereka bangga bila tidak menyempatkan istirahat, serta menganggap orang-orang yang pulang lebih awal dan menikmati liburan sebagai orang-orang yang tidak memiliki ambisi dan komitmen terhadap pekerjaan mereka.
Namun, menurut dia, mereka yang tahu cara berdamai dengan diri sendiri sesungguhnya bisa bekerja dengan lebih baik dan dengan hasil yang lebih baik. Mereka juga bertahan lebih lama dalam pekerjaan mereka karena mereka tidak mudah kalah oleh penyakit dan masalah-masalah kesehatan yang berkaitan dengan stres dan ketidakmampuan menyeimbangkan kehidupan. Mereka yang gila kerja mungkin terlihat tak terkalahkan sekarang, tetapi ketika mencapai usia empat puluh atau lima puluh, mereka akan membayar adiksi mereka dengan kesehatan yang buruk dan tubuh yang aus akibat terlalu lama disalahgunakan. Saya teringat dengan sepupu saya hampir seusia, seorang akuntan di depkeu, meninggal karena kelelahan dan serangan jantung. Sebenarnya dia sudah lama merasa jantungnya sakit namun suka diabaikan karena kesibukan. Bekerja dan pulang jam 10 malam, menjalani bertahun-tahun.
Kita mungkin merasa bahwa kita kuat dan bisa menanggungkan stres dan tekanan sebanyak apapun. Namun tak lama beban itu pasti menjadi semakin berat dan semakin sulit dipikul.
Teman saya menyamakannya dengan mengangkat sebuah cangkir. Cangkir itu ringan dan mudah dipegang. Tapi cobalah menahan cangkir itu di udara selama beberapa menit, maka tangan kita akan mulai terasa pegal. Setelah beberapa saat lengan kita akan mulai bergetar. Cangkir itu makin berat dan makin berat saja setiap menit. Mustahil seseorang dapat menahan memegang cangkir selama sejam tanpa merasa pegal atau semacamnya.
Karena itu, kendati cangkir itu ringan. adalah konyol untuk memegang dan menahannya terus-menerus . Dan kita tak perlu mencobanya pula. Begitu bebannya terasa terlalu berat dan mulai membuat pegal, yang terbaik yang dapat kita lakukan adalah meletakkan cangkir itu sejenak dan rehat. Dengan begitu kita membiarkan lengan kita relaks sejenak dan menghimpun kembali tenaga kita. Bila sudah siap, kita dapat mengangkatnya lagi, dan cangkir itu akan terasa ringan dan mudah diangkat.
Pada waktu kita rehat dari apa pun yang sedang kita lakukan atau khawatirkan, itu sama dengan meletakkan cangkir sejenak. Alih-alih menambah beban dan stres, kita memberi kesempatan pada pikiran dan tubuh kita untuk merasa relaks dan melepaskan diri kita dari beban maupun stres.
Jadi ketika kita kembali menekuni pekerjaan kita, kita dapat menanggungnya lagi dengan mudah dan dengan pikiran yang jernih. Dengan demikian bukan hanya kualitas pekerjaan kita yang akan meningkat, kita pun akan tetap jauh lebih sehat sampai masa-masa mendatang.
Kang Jay
“Lalu, bagaimana cara mencintai karena Allah?” tanya kita.
Sesungguhnya, ini pertanyaan yang berat, dan sayapun bukan ahlinya. Namun, satu hal yang bisa kukatakan: mulailah dari amalan harianmu.
Seperti, salatmu; sudahkah kau luruskan niatmu karena Allah? Sudahkah kau prioritaskan urusan akhirat setiap kali berdiri untuk salat? Coba, jujur dengan dirimu sendiri danjawablah: Apa alasan kau salat? Apakah kau salat karena kau punya suatu keinginan duniawi, seperti cepat dapat jodoh, memiliki banyak uang, dan hal-hal semacamnya? Apakah kau salat karena ada orang-orang di sekitarmu? Akankah salatmu kau tinggalkan saat kau tak mendapatkan apa yang kau inginkan?
Lalu, sedekahmu; sudahkah kau luruskan niatmu karena Allah? Sudahkah kau prioritaskan urusan akhirat setiap kali bersedekah? Ataukah kau hanya mengharapkan balasan di dunia ini? Akankah kau malas bersedekah jika tak mendapatkan apa yang kau harapkan di dunia ini'?
Mulailah dari amalan harian ini.
Dan, banyaklah berdoa agar dapat meluruskan niat seluruh amalanmu karena Allah, karena hanya dengan taufik-Nya kita bisa demikian.
Lalu, jika kau seorang Muslim, kunjungi kajian-kajian bertajuk tauhid, yang dibimbing oleh ahli ilmu yang berpegang teguh pada apa yang seharusnya menjadi referensi seorang Muslim, dengan intrepetasi yang merujuk pada generasi-generasi terbaik yang langsung direkomendasikan oleh Nabi, melalui sumber-sumber valid.
Dulu, saat saya belum tahu apa-apa, kupikir ikhlas adalah sesuatu yang sederhana. Namun hari ini, saya telah belajar satu dua hal, dan, teman, ikhlas tak sesepele kelihatannya. Perbuatan tidak ikhlas bisa sangat, sangat samar. Di bibir, kau bisa bilang ini karena Allah. Di lubuk hati terdalam, bisa saja ada niat-niat lain yang tersembunyi. Bahkan, pernah kudengar sebuah analogi yang mengungkapkan bahwa ketidakikhlasan lebih samar daripada semut hitam dalam kegelapan malam. Ini bukan sesuatu yang sepele. Ini bukan sesuatu yang mudah. We all are still learning and struggling.
Sekarang, kembali pada pertanyaan awal: bagaimana cara mencintai karena Allah? Kita butuh ilmu. Kita butuh belajar tentang keikhlasan karena Allah. Kita butuh tahu tentang tauhid.
And, it’s a long, long journey until you die. But it will be worth it, trust me.
Kang Jay
“Siap dan tenanglah (sabar) atas apa pun yang menimpamu karena itu menjadi kemestian bagi orang hidup.” (QS. Luqman: 17)
Agar kita dapat bersabar dan menjadi penyabar yang disayang Allah, kita harus melakukan olah rasa agar perasaan mampu melawan kejadian yang tidak kita harapkan sehingga dapat kita kendalikan yanh akan menumbuhkan rasa menerima dan ridha, yaitu dengan keberanian untuk menelan yang pahit, yang getir, yang asam atau pun juga yang pedas sekalipun.
Karena hal yang demikian itu merupakan kewajiban yang harus kita terima, sebagaimana firman Allah diatas.
Dengan kepandaian mengolah rasa akan menguatkan asa. Dengan menguatnya asa, semua yang pahit menjadi sirna dan tidak ada lagi yang dapat mengiris hati kita.
Contohnya ialah: bila sekelompok orang ramai memperbincangkan keburukan atau aib diri kita (ghibah), setelah kita mendengar adanya gosip-gosip itu sebaiknya kita berhenti sejenak, kemudian merenung, mengingat-ingat apa yang mereka gosipkan itu. Tanyakan pada diri sendiri: “Apakah benar saya melakukan apa yang mereka gosipkan itu?”.
Bila kenyataannya memang benar kita melakukan sebagian yang digosipkan dan sebagian lagi adalah tambahan fitnah, maka gosip gosip itu merupakan sanksi hukum atau hukuman yang dipercepat di dunia. Insya Allah kelak di akhirat akan mendapat ampunan. Oleh karena itu, kita tidak perlu bersedih atau marah, karena hal itu menguntungkan kita. Daripada kita marah, membalas atau menyerang mereka, kita akan mendapat kesulitan dengan merambah bahaya yaitu melakukan Dosa, bahkan menambah kesulitan, dan kita akan menjadi pencela, pemaki, sama seperti mereka. Sedangkan sikap seperti itu sangat dibenci Allah. Pahamilah firman Allah berikut ini:
“Celaka bagi pemaki dan pencela." (QS. Al-Humazah: l)
Itu adalah ciri penghuni neraka, yang suka memakan 'daging bangkai' orang lain karena umpatan-umpatannya. Oleh karena itu, lebih baik kita ridha saja, dengan ridha kita menjadi penyabar, karena Allah sayang kepada orang yang penyabar. Biarlah dibenci banyak orang, asal disayang pencipta orang.
Bila yang digosipkan tentang kita itu tidak benar, fitnah semata, itu berarti kita mendapat pahala kebajikan atau pahala ibadah tanpa berbuat.
Ingatlah tentara Iblis akan berusaha menipu daya orang lain yang berhati kosong dan lemah untuk memusuhi kita terutama disaat kita sering melakukan amar ma'ruf nahi munkar, ya disaat kita mengajarkan kebajikan untuk sesama.
Maka kita akan mendapatkan hasanah sebesar pahala umroh, tanpa berumroh, bahkan mungkin lebih besar lagi, tergantung apa yang digosipkan atau banyaknya yang digosipkan dan berapa besar sabar yang ridha dalam dada kita. Coba kita bayangkan, betapa kita lelah dan letih melakukan umroh dengan tenaga dan biaya yang besar. Kini hanya dengan mengolah rasa, mengubah pikir dan pola, menekan nafsu, kemudian menyambung cita rasa kepada Allah, kita akan menjadi tenang dan menerima kejadian pahit dengan dada lapang, dada yang bersih dari dendam dan benci. Dan hati kita tersenyum, wajah kita ceria, pahala bertambah. Allah memandang dengan mata kasih, nikmat dalam hati rasanya, tenang semuanya. Alhamdulillah.
Tidak mungkin bahagia tanpa kebeningan hati. Bahagia sudah ada dalam lubuk hati, namun tertutup oleh karat bekas maksiat dan kesombongan.
Sesungguhnya surga dunia itu ada dalam hati manusia. Itulah hasanah dunia, dan siapa pun yang mendapat surga hasanah dalam hati, dialah yang akan mendapatkan surga di akhirat kelak.
Untuk mendapatkan hasanah duniawi, kita hanya bermodal membersihkan lahan tempat hasanah itu bersemayam, yaitu pikiran dan perasaan yang bening.
Allah berfirman dalam Surat Asy-Syu’ara ayat 88-89: “Pada hari yang tidak berguna harta dan anak-anak, kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang bersih.”
Selamat mencuci hati....
Kang Jay
Hari itu, tinjunya mendarat di pipimu. Dan, ini bukan kali pertama.
Polanya sudah mudah ditebak: Kau baru saja keluar dengan teman-temanmu yang tak dia sukai. Dia mengetahuinya. Kau berusaha memberi alasan. Dan, dia akan memukulmu. Kau berdiri gemetaran di pojok kamarnya. Napasnya naik-turun. Kau pergi meninggalkannya. Dia akan mengejarmu. Kau menangis. Dia meminta maaf, memohon-mohon. Jangan pergi, aku benar-benar janji nggak bakal ngelakuin ini lagi. Kau hanya bisa diam, nyaris mati rasa. Dan, dia tak akan pernah menyerah.
Seperti cerita yang sudah-sudah, kau akan menatap kedua bola matanya. Lalu, kau tenggelam di dalamnya, teringat kisah sedihnya di masa lalu. Keluarga broken home. Ayah yang selalu memakinya saat masih kecil. Ibu yang sering memukulnya. Ayah yang menikah lagi. Ibu yang menikah lagi. Keluarga baru yang tak menyukainya. Tersisihkan oleh keluarga sendiri.
“Aku cuma punya kamu,” lanjutnya, meluluhkanmu. Dan, kau akan memaafkannya.
Bukan karena kau sebodoh itu, bukan karena kau masih sayang kepadanya. Tetapi, karena kau adalah satu-satunya yang dia miliki. Kau tak tega. Lagi pula, bola matanya saat memohon maaf; terlihat seperti bibit-bibit perubahan yang baik. Mungkin, kali ini, dia akan berubah, pikirmu.
Sayangnya, dia tak pernah berubah. Padahal dulu dia tidak begini. Dulu, kisah cinta ini begitu indah.
Bermain Fisik sudah jadi ritual di kala emosinya memuncak. Ucapan maaf hanya jadi formalitas. Terlalu sakit untuk bertahan, terlalu cinta untuk melepaskan.
Memang, ada masa-masa ketika dia begitu perhatian. Membawakanmu makanan saat kau sakit. Meyakinkan keadaanmu selalu baik-baik saja. Menjemputmu pukul berapa pun. Menjauhkanmu dari orang-orang tak baik. Namun, sisi monsternya selalu muncul. Terutama saat kau melakukan apa yang dia tak lakukan. Berbincang panjang lebar dengan teman laki-lakimu di telepon, hanya untuk membicarakan sebuah tugas. Keluar bersama sahabat-sahabatmu yang tak disukainya tanpa alasan.
Teman-temanmu memintamu untuk melepaskannya. Namun, bola matanya yang menyimpan kesedihan; ucapan maafnya yang selalu terdengar tulus; kesendiriannya-membuatmu ingin bertahan.
Bahkan suara di dalam hatimu berkata, “Kamu harus mencintai dirimu sendiri juga.” Tetapi, teori selalu mudah diucapkan. Namun sulit dijalankan.
Kau selalu disakiti, tetapi selalu saja ingin kembali, kembali, dan kembali.
Saya berusaha mencari-cari alasan paling masuk akal: Mengapa kau melakukannya? Mengapa berat bagimu meninggalkannya?.
Religiously speaking, mungkin ada peran pasukan Iblis, yang memberi alasan padamu ingin kembali. Berpacaran adalah hubungan yang dilarang dalam agama kita. Sehingga syaitan sangat suka untuk menjadikan indahnya kesalahan ini. Terasa seperti candu. Setiap kali kau ingin meninggalkannya, seolah ada bisikan-bisikan yang berisi janji manis: Dia Bakal Berubah. Nggak ada cowok yang bisa menyayangimu seperti dia. Bagaimana dia bisa memperbaiki dirinya kalau kau tidak memberi kesempatan. Nanti kalau sudah menikah, pasti semua bakal baik.
Ini fenomena aneh, seperti jebakan nyata. Dalam hal yang dilarang, kau ingin selalu ingin kembali, kembali, kembali. Meski fisik dan mentalmu disakiti, kau terus bertahan. Sampai menikah. Namun, dalam posisi sudah halal seperti itu, kau baru merasa benar-benar tersakiti dan terpenjara. Dan, yang ingin kau lakukan hanyalah bercerai. Titik.
Religiously speaking, karena pasukan iblis akan menghasutmu untuk segera bercerai. Secepat dan sesingkat-singkatnya.
“Tidaklah aku tinggalkan (anak Adam) sampai aku pisahkan dirinya dengan istrinya.” Maka, Iblis mendekatkannya seraya berseru, “Bagus benar dirimu.” [HR Muslim: 2813]. Sehingga Arasy bergetar, senanglah Iblis.
Jebakan yang amat-amat nyata.
Sayangnya, saat kau sudah menikah, tak semudah itu berkata putus.
Kau harus memikirkan nasib anak-anakmu. Keputusanmu akan mempengaruhi seumur hidupmu. Kau harus melalui birokrasi melelahkan, rentetan persidangan, dan dia yang berusaha menyulitkanmu dalam proses perceraian.
Ada penyesalan seumur hidup di depan matamu. Beruntung, hari ini, kau punya kesempatan untuk mengubah semuanya.
Memang berat, memang sulit, memang butuh perjuangan alot, tetapi.... apakah kau ingin menukar rasa sayang ini dengan penyesalan seumur hidup?.
Kang Jay
Pria AN tentu sudah banyak yang mengalami. Tapi kita pria selalu diajarkan oleh ibu kita untuk menjadi pria tegar, kuat dan bijak sehingga kita dipaksa menelan kesedihan sendiri. Ini adalah kisah sedih biasa terjadi.
Berlagak seperti korban, tetapi dia tersangkanya.
Dia wanita mengunggah kutipan-kutipan sedih seakan dia yang paling tersakiti. Tidakkah dia lupa pada seluruh ucapan menyakitkan yang dia lemparkan kepadamu dalam nada tinggi merendahkannya? Apakah dia lupa telepon tengah malam penuh perdebatan yang membuatmu sedih dan kecewa?
Dia bercerita kepada semua temannya tentang keburukan dirimu. Lupakah dia pada seluruh keburukan yang dia lakukan kepadamu? Mengatur hidupmu untuk tidak-begini tidak-begitu. Posesif yang tak masuk akal. Mengancam marah bila kau ingin menghabiskan waktu dengan hobimu sedikit lebih lama. Mempermainkan perasaanmu saat kau sedang jatuh-sejatuhnya pada dirinya. Selalu mencari cara agar kau memohon-mohon kepadanya, menangis kepadanya, dan dia akan memaafkanmu, setelah dia merasa puas mempermainkanmu. (Oh, tentu, dia menganggapnya: aku nggak mempermainkan dia, kok. Itu cuma ngetes apakah dia benar-benar sayang atau pura-pura).
Dalam hubungan tak dewasa seperti ini, akan selalu ada permainan "Sebenarnya Aku Korbannya, Dia Yang Salah". Dalam masalah seperti ini, selalu ada dua persepsi berbeda. Dan, aku tak ingin terjebak dalam permainan ini. Mari menjadi dewasa, introspeksi masing-masing, salah dirimu yang telah memulai sesuatu yang salah ini, lalu maafkan dirimu, maafkan dirinya, dan melangkahlah tanpa pernah menoleh ke belakang lagi.
Guys, you were wrong. Memang, kau mencintainya begitu dalam, memperlakukannya bak putri, saya sering mengingatkan di blog-blog saya sebelumnya bahwa para gadis untuk kuat berdiri dengan kaki mereka sendiri. Hal yang sama berlaku untukmu. Sebagai laki laki, sebagai manusia, kau harus mampu berdiri kuat dengan kakimu sendiri, tanpa bersandar dan bergantung pada cinta dari manusia-manusia ini. Supaya nanti saat patah hati melanda, kau tak seperti orang yang tersesat.
Girls, you were wrong. Memang, kau sering kali jadi korban dan pihak yang dirugikan. But that's not how you treat a human. That’s not how you treat yourself. Selama ini, kau bertanya mengapa hidup begitu kejam pada dirimu, tetapi kau lupa betapa kejamnya dirimu terhadap manusia lain dan dirimu sendiri.
Laki-laki dan perempuan sama-sama manusia. Manusia bukan malaikat. Manusia melakukan kesalahan. Kalian telah memahami apa porsi kesalahan masing-masing. Dan, kalian masih punya waktu. Maka, ayo maafkan dirimu, maafkan dirinya, benahi dirimu, melangkah tanpa dirinya, kuatkan dirimu. Dan, jika kau tak tahu bagaimana harus memulai, mulailah dengan menghamparkan sajadah, ya mulai dari Dia yang Telah Menciptakanmu dan seluruh alam semesta ini; mohon ampunlah kepada-Nya, sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Sekarang, lihatlah ke depan, melangkahlah dengan berani, berhenti berlagak bagaikan korban, berperanlah layaknya pahlawan.
Makasih ya supportnya pada rekan-rekan AN untuk saya terus berkarya membuat blog.
Kang Jay