BLOG TULISAN Jayadiningrat


Terkadang kita menjadi sosok yang lupa dengan kebaikan orang lain pada diri kita. Yang kita pikirkan setiap saat justru orang yang selama ini menyakiti dan mengecewakan kita. Hati kita akhirnya dipenuhi kebencian dan dendam. Kebencian itulah yang merenggut kedamaian hati kita setiap hari.

Kita lupa, ada begitu banyak orang yang mencintai kita. Kita lupa, jumlah orang yang mengecewakan kita jauh lebih sedikit dibandingkan jumlah orang yang menyayangi dan berjasa dalam hidup kita. Lantas mengapa kita justru lebih sibuk memikir kan orang yang mengecewakan kita?

Setiap hari, luangkan waktu untuk memikirkan orang-orang yang layak dan pantas untuk kita beri ucapan terima kasih karena telah mencintai kita sepenuh hati. Mereka yang hendaknya mengisi lebih banyak ruang di hati kita.

Jika hati kita terisi penuh dengan sakit hati dan kekecewaan, maka yang menguasai jiwa kita adalah dendam dan kebencian. Kita selalu berusaha untuk membuat orang yang sudah menyakiti kita merasakan sakit yang sama, bahkan lebih sakit dari yang kita rasa. Akhirnya, tiap waktu kita memikirkan berbagai cara untuk membalas sakit hati kita. Waktu dan usia kita ludes untuk memikirkan cara balas dendam kepadanya.

Padahal jika kita renungkan, apa untungnya? Jika dendam sudah terbalaskan, kita dapat apa? Kepuasan hati? Percayalah, rasa puas yang hadir dari kesedihan orang lain bukanlah kepuasan sejati. Itu hanya kepuasan semu. Seolah hati kita senang, padahal ia bagai bara panas yang merusak diri.

Dampak kedua tentu saja kita jadi kehilangan banyak kesempatan untuk membalas kebaikan dari orang yang selama ini membantu dan mencintai kita. Kita jadi kehilangan banyak peluang untuk berterima kasih kepada banyak orang yang selama ini berjasa dalam hidup kita. Kita jadi tak punya waktu untuk memberi hadiah berharga bagi mereka, karena terlalu sibuk memikirkan orang yang menyakiti kita.

Dampak ketiga, kita kehilangan kesempatan untuk memperjuangkan mimpi-mimpi besar yang kita cita-citakan. Fokus kita terpecah. Kita tidak totalitas dalam memperjuangkan harapan yang sudah kita buat.

Karena terlalu banyak kerugian yang kita tanggung, maka sadarkan diri bahwa jadi pemaaf itu sungguh bermanfaat bagi diri kita pribadi. Hidup kita lebih tenang, hati lebih damai, energi kita pun akan tersalur untuk sesuatu yang lebih bermanfaat.

Seminggu yang lalu saya dihubungi oleh Teman SD&SMP yang dulu begitu dekat dengan saya. Kemana-mana kita sering bareng. Dia saat ini sedang berjuang sembuh dari Covid-19. Dia menghubungi saya karena dia selalu teringiang-ngiang pada temen-temannya yang tulus menyayanginya. Dia cerita napas dia sudah tinggal 30% lagi dan kadar oksigen 85%, dia sering terbayang-bayang wajah saya, dia bilang mungkin jika dia tidak menghubungi saya lagi berarti dia sudah memakai ventilator. Dia berharap "disisa hidupnya" masih bisa ngobrol dengan teman2 karibnya dulu. Saya menjadi trenyuh dan berusaha mengirimi dia madu dan puluhan kaleng susu cap beruang. Semoga dia segera disembuhkan. Aamiin.


Update hari ini 5 Januari 2021, teman telah meninggal.



Selamat jalan teman, semoga amal ibadahmu diterima disisiNya. Hiks.


Kang Jay


Tiap diri, punya air matanya sendiri. Kesimpulan itu yang bisa saya ambil ketika melihat ataupun menyelami satu per satu persatu curhatan yang masuk ke saya. Setiap orang punya permasalahan hidup yang berbeda. Tak ada satu pun yang dirinya tak pernah mendapatkan masalah.

Maka tak perlu kita merasa menjadi orang yang paling sengsara di dunia ini. Karena di tempat lain, sesungguhnya banyak yang menerima ujian lebih berat dari kita. Di tempat lain mungkin jauh lebih banyak yang hidupnya lebih sulit dibandingkan kehidupan yang kita rasakan.

Yang kita rasa bahagia, bisa jadi dia memang orang yang pandai menyembunyikan penderitaannya. Yang terlihat tiap hari ceria, mungkin dalam kesendirian, ada persoalan besar yang dipikirkannya. Bukankah kita tak tahu apa yang ia rasakan saat sendiri? Mungkin ia sesenggukan mengadukan permasalahan hidupnya pada Allah semata. Mari belajar pada pribadi seperti ini, yang mampu tetap tersenyum meski hatinya memendam sedih luar biasa.


Tiap diri punya ujiannya sendiri. Ada yang kariernya hebat tapi sedih memikirkan jodoh yang tak kunjung datang. Ada yang finansialnya bagus, jodohnya baik, tapi sedih karena buah hati belum juga hadir di tengah kehidupan mereka. Ada yang dikaruniai buah hati, tapi ekonominya sulit. Ada yang lulus kuliahnya cepat, tapi bertemu jodohnya lambat. Ada yang karirnya melesat, tapi diuji dengan pasangan hidup yang belum baik. Ada yang jabatannya tinggi, tapi diuji dengan anak yang nakal, dan lain sebagainya.

Tak usah kita membandingkan diri dengan orang lain. Karena tiap kita punya kisah sendiri-sendiri. Yang perlu kita risaukan adalah ibadah, dosa, dan kehidupan akhirat kita. Segala peristiwa di dunia ini hanyalah cara Allah untuk memfilter, siapa dari kita yang mampu menghadapinya dengan cara yang baik dan menjadikannya sebagai jalan menuju Allah.

Membandingkan masalah diri dengan orang lain hanya akan menimbulkan dampak tak baik. Jika kita merasa masalah hidup kita lebih berat, kita kehilangan rasa syukur dan iri pada orang tersebut. tapi jika kita merasa masalah diri lebih ringan dari orang lain, kita bisa terseret jadi pribadi yang tak sensitif, karena senang melihat orang lain lebih menderita dari kita.

Cukup miliki keyakinan, tiap diri punya masalah untuk diselesaikan. Kalau bisa, usahakan bantu masalah orang lain. Dengan membantu orang lain, semoga Tuhan memudahkan terselesaikannya masalah pribadi kita.

Kang Jay


Jangan biasakan dendam dengan peristiwa di masa lalu. Maafkan masa lalu kita.



Saya merasa perjalanan hidup tiap manusia sungguh ajaib, unik, dan spesial, tak peduli siapa pun dia. Bahwa ada skenario Tuhan yang memang hebat, itu pasti. Tapi mensyukuri setiap takdir yang terjadi, itu pilihan. Bahwa perjalanan hidup tiap orang sudah tertulis di lauhulmahfudz, itu tak terbantah. Tapi menghikmahi perjalanan hidup yang telah dilalui, itu pilihan kita masing masing.

Saat balita sampai usia sebelas tahun, saya begitu dimanja oleh beragam fasilitas yang wah. Apa yang saya minta, seketika ada. Saat itu usaha orangtua sedang berjaya, ekonomi keluarga tak ada masalah. Tapi saat usia sebelas tahun, usaha ayah saya bangkrut terutama karena ayah saya sakit2an, padahal beliau tulang punggung daei beberapa keluarga. Kehidupan kami berubah drastis. Dulu semua kebutuhan dan keinginan tercapai seketika, waktu itu harus sangat mengirit agar kebutuhan bisa tercukupi. Bahkan mengirit pun tetap tak cukup. Masih berutang sana-sini, tak jarang terjerat utang bank dan rentenir.

Masalah demi masalah terus mengalir. Ibu kandung saya sebagai salah satu istri dari ayah saya akhirnya mutar otak, dan kemudian jadi tulang punggung ekonomi bagi anak-anak kandungnya, wajahnya memang tersenyum seolah menunjukkan dirinya tak menyerah, tapi jiwanya tak bisa dibohongi, raganya tak bisa didustai. Beliau tertekan, sarafnya terlalu tegang, hingga penyakit demi penyakit menggerogoti fisiknya.

Perubahan kehidupan yang luar biasa itu tentu berpengaruh besar pada psikologis saya yang hendak menginjak usia remaja. Jiwa saya seolah terpelanting. Tak siap menghadapi perubahan yang berlangsung sangat cepat.

Apa yang terjadi? Saya tumbuh dengan keminderan yang luar biasa. Saya berubah menjadi sosok yang pendiam, pemalu, dan rendah diri. Saya menjadi pribadi yang murung, sering mengurung diri, tak suka bergaul seperti dulu. Perasaan itu menghantui saya cukup lama. Seingat saya sejak kelas 5 SD, berlanjut SMP, STM, saya tetap menjadi sosok yang pendiam, minderan, dan rendah diri.

Akhirnya dalam perjalanan usia saya lantas mencari penyebab, apa yang membuat saya menjadi sosok seperti itu. Hingga akhirnya saya sadar, bahwa yang mengubah saya adalah kejadian demi kejadian pahit yang selama ini menimpa saya. Saat itu, kesadaran tersebut alih-alih membuat saya memperbaiki mindset dan memperbaiki perilaku, justru ketika menyadari bahwa yang membuat saya minder adalah peristiwa di masa kecil, saya malah menyalahkan masa lalu. Ya, saya dendam dengan masa lalu.

Mengapa saya dendam? Karena saya merasa banyak peluang yang harusnya membuat saya menjadi pribadi hebat, tetapi karena masa lalu yang pahit, akhirnya saya kehilangan peluang tersebut. Saya tak punya banyak teman, tak pandai bergaul, susah bersosialisasi, takut bicara di depan orang banyak, saya rasa semua karena kesalahanan masa lalu.

Perasaan itu terus tersimpan dalam memori otak saya, hingga ada satu peristiwa yang membuat saya tersadar, yakni ketika saya mulai hobi membaca biografi orang-orang hebat dalam sejarah. Ketika membaca kisah hidup mereka, ya Allah, saya terasa ditampar berkali-kali.

Jiwa saya seolah berteriak memarahi saya, “Hei, kamu kira kamu saja yang masa lalunya pahit? Lihat masa lalu mereka! Kamu akan tahu dan sadar kalau ternyata kehebatan dan masa depan seseorang bukan ditentukan oleh bagaimana masa lalunya. Sekelam apa pun masa lalumu, masa depanmu masih suci. Jangan buramkan masa kinimu dengan terus menyalahkan masa lalu. Maafkan masa lalumu, jadikan ia sebagai pelajaran untuk meraih keberhasilan di masa depan.”

Teriakan itu makin keras ketika saya dipertemukan dengan puluhan sahabat hebat yang masa lalunya ternyata lebih parah dari saya. Mereka seolah dihadirkan oleh Allah kepada saya sebagai cambuk. Usai itu, saya lantas mengubah sikap. Saya memaafkan masa lalu. Saya perbaiki mindset tentang diri. Saya positifnya pandangan saya terhadap diri sendiri. Saya perbaiki cara pandang terhadap lingkungan. Saya perbaiki cara saya menyikapi kejadian.

Setamat STM nekat hijrah ke Jakarta bermodalkan uang 200rb, 25rb untuk ongkos bus kala itu. Perkerjaan apapun saya jalani, mulai sebagai kurir antar surat. Mengejar asa, improve knowledge and skill dengan kuliah S1 S2 dan S3. Saya selalu tidak pernah menyerah mengejar karir, mencoba selalu mencari tantangan baru. Target berikutnya adalah menjadi salah satu direktur di salah satu perusahaan, dan terus mengamalkan ilmu dalam dunia pendidikan dan berusaha menjadi profesor.

Pernah saya menceritakan kalau saya ini pendiam di depan peserta seminar atau perkuliahan, semua pada ketawa. Nggak percaya. “Lha, Pak Jay pendiam kok bisa ngomong berjam-jam tanpa henti.” Tahu nggak rahasianya? Ya, karena saya sering memaksakan diri untuk berani ngomong. Akhirnya lama-lama jadi cerewet sendiri di depan publik.

Maka inilah saya, pribadi yang sudah rida dengan masa lalunya. Pribadi yang memiliki impian besar di masa depannya. Pribadi yang terus berusaha mengisi hidupnya dengan aktivitas seproduktif mungkin. Karena kita tahu masa lalu sudah terjadi dan tak bisa lagi kita ubah. Cara terbaik dalam menyikapi masa lalu adalah dengan memaafkan, lalu mengambil pelajaran berharga sebagai bekal untuk menghadapi masa depan yang penuh petualangan.

Kang Jay


Sering kali kita lebih peduli merawat rumah, mobil, dan benda-benda kesayangan kita ketimbang tubuh kita sendiri. Sampai bagian tubuh itu mulai pegal, kaku, dan menjerit meminta perhatian kita.

Tubuh kita, sering kita sepelekan. Sedemikian kita menyepelekannya sehingga perawatannya sering kali ada di daftar paling bawah prioritas kita. Padahal. melalui tubuh kita inilah kita merasakan kesenangan, kesakitan, dan kesehatan. Padahal dengan tubuh dan kelima indra, kita dapat mengapresiasi kekayaan hidup: sentuhan. citarasa. pemandangan, suara, dan aroma.

Kita tidak hanya mengabaikan kebutuhan tubuh kita, malah sering kali memperlakukannya dengan kejam dengan duduk berjam-jam di depan komputer, dengan membiarkannya mengalami berbagai beban fisik dan mental, dan dengan benar-benar mengabaikannya.

Jadi, perlu bagi kita untuk merawat tubuh sesekali, bila tidak bisa secara teratur. Sisihkan waktu untuk menikmati pijat refleksi dan pijat kaki. Pijat kaki yang dilakukan oleh terapis yang terampil benar-benar dapat membantu menyehatkan organ-organ dalam kita. Ingatlah. setiap titik di telapak tangan dan telapak kaki kita sebenarnya terhubung dengan berbagai bagian tubuh dan organ-organ vital di dalam tubuh kita, maka stimulasi secara teratur dapat memperbaiki sirkulasi darah dan menguatkan sistem kekebalan kita.



Kunjungan rutin ke spa di antara jadwal mingguan kita yang padat. Percayalah nanti akan benar-benar membedakan antara diri kita yang terus-menerus lelah dan habis-habisan, dengan diri kita yang segar dan energik. Kalaupun kita tidak suka membuang waktu dengan berbaring telentang berjam-jam sementara seseorang mengurut otot-otot kita dan memijat telapak tangan dan kaki kita, please terima saja demi tubuh kita. Tidak ad

a yang lebih disukai tubuh kita ketimbang diperhatikan, dimanjakan, dipijat, dan dirawat.


Pijat dapat membantu mengatasi depresi dan gangguan kecemasan yang dialami oleh siapa saja terutama single seperti saya yang stres memikirkan jodoh. Memperbaiki sirkulasi darah dan kelenjar getah bening. Memperbaiki kejang otot. Membentuk jaringan ikat kolagen. Mengurangi rasa nyeri dengan merangsang jalur saraf aferen. Meningkatkan efektivitas pernapasan dengan memperbaiki kapasitas rongga dada.

Memang dijaman Covid ini mengunjungi tempat pijat atau spa harus hati-hati sekali. Sayapun cendurung hanya memanfaatkan jasa dari satu ex-terapis doi Shiatsu-nya mantap, setidaknya meminimalisir resiko. Walau pernah karena sudah kagak tahan ingin menikmati aromaterapi dan suasana syahdu khas thailand plus musik mistisnya maka saya nekat mendatangi Spa premium langganan yang saya rasa kontrol protokolnya bagus. Tak terbayang jika punya istri yang mahir memijat apalagi bisa Shiatsu, ditambah pintar masak, keibuan, baik hati dan suka menabung. Jiaaahhh ngimpi....

Kang Jay


Seorang polisi di kota kecil menghentikan seorang pengendara motor yang kedapatan ngebut di depan kantor Polsek. Tanpa pakai helm dan lupa dompet hape ketinggalan, plus motornya pun pinjaman tanpa bawa stnk. Tadi pas mau berangkat buru-buru.



“Tapi Pak, saya bisa menjelaskan alasannya.”

kata pria pengendara motor itu.

“Jangan banyak omong,” hardik polisi itu. “Saya akan menahan kamu sampai Pak Kapolsek datang.”

“Tapi, Pak, Anda harus dengar saya dulu. Saya …..,” coba menyela pembicaraan.

“Sudah kubilang jangan banyak omong! Kamu saya masukkan ke dalam ruang khusus tahanan!”. Kemudian si polisi ngunci & ngeloyor pergi ke warkop sebelah.

Beberapa jam kemudian, polisi itu menengok kembali tahanan tersebut dan berkata, “Kamu sangat beruntung, hari ini Pak Kapolsek sedang menghadiri pernikahan putrinya. Hatinya pasti senang saat dia kembali ke sini nanti.”

“Jangan harap,” jawab pria tersebut. “Saya adalah pengantin prianya.”

Kang Jay
#cps
Alkisah ada Reni seorang wanita baik yang tulus mencintai pasangannya, tetapi semua pasangannya justru berbalik menyakitinya. Mengapa nasib Reni bisa semalang ini? Dia berusaha se-terbaik mungkin, namun dia selalu merasa disakiti pria "brengsek".

Populasi wanita yang merasa "baik" dan bernasib malang seperti Reni ada banyak sekali di dunia ini. Jika dilihat sekilas, mereka seolah tidak memiliki kesalahan apapun, seakan merekalah korban dalam hubungan buruk mereka. Namun, Reni tidak sadar, justru dengan menjadi wanita baik, dia selalu bertemu pria brengsek. Bagaimana bisa, ya?.

Tidak ada yang salah menjadi wanita baik seperti Reni, tetapi kebaikan Reni yang berusaha dia tonjolkan sama sekali tidak membuatnya merasa berhak dapat pasangan sempurna seperti malaikat. Camkan itu. Jangan gara-gara merasa dirinya baik, Reni merasa berhak dapat pasangan yang harus memenuhi kebutuhan dia setiap saat. Terus menuntut pasangannya HARUS selalu memahami dia.

Reni merasa tidak pernah salah. Yeach bidadari tak bersayap. Mana mungkin wanita sebaik Reni berbuat salah pada pasangannya?. Dia selalu memenuhi keinginan pasangannya, meskipun sebenarnya dia ingin sekali menolak. Dia berharap pasangannya bisa memahami dirinya tanpa harus mengkomunikasikan keberatannya. Dia ingin sekali pasangannya tahu di balik senyumannya, sebenarnya dia bersedih, dongkol, kesal, gemes dan marah. Pengorbanan Reni baik sekali, bukan?.

Reni sengaja mengalah dan diam saja karena dia tidak ingin kejujurannya menyakiti hati pasangannya. Setiap kali pasangannya mencurahkan kekhawatirannya, Reni selalu menjawab, “Aku nggak apa-apa,” agar pasangannya mengerti dia sakit hati, kesal, dongkol dan marah tetapi dia tidak sanggup mengatakannya. Tanpa Reni sadari, dia sudah menodai hubungannya sendiri dengan kebohongan. Bukan karena dia tidak ingin menyakiti pasangannya, melainkan karena dia TAKUT menghadapi konflik dan tidak bisa mencari solusinya.

Tidak diragukan Reni mengorbankan segalanya. Dari teman-teman, hobi, privasi, semua dia korbankan demi kebahagiaan pasangan. Dia merasa hatinya rapuh memiliki cinta yang lebih besar daripada pasangannya, makanya dia sedih kebesaran hatinya ini selalu dimanfaatkan oleh pria "brengsek". Padahal kenyataannya, Reni hanyalah wanita ber-EGO besar yang mengira dirinya tidak memiliki kekurangan apapun, wanita baik yang layak dapat pasangan SEMPURNA. Terus kerapuhannya yang membuatnya merasa selalu diinjak-injak orang lain. Sedihnya, Reni tidak akan sadar hal ini, karena mana mungkin wanita baik sepertinya memiliki kesalahan?. Hadeh.

Mengapa Reni sering merasa dirinya adalah KORBAN? Mengapa Reni tidak pernah bisa jujur dan berharap pasangannya bisa membaca kodenya? Karena dia mengukur harga diri dan kebahagiaan dirinya dari seberapa BESAR pasangannya mencintainya, bukan seberapa besar dia menyayangi DIRINYA sendiri.

Dia takut kalau dia bersikap tegas, pasangannya akan meninggalkannya. Makanya, dia rela mengalah dan berkorban meski terus tersakiti. Jika Reni segera tidak sadar dan memperbaiki diri, dia akan selalu terjebak dalam hubungan penuh kekerasan namun dia merasa tidak bersalah sedikit pun, dan terus merasa jadi wanita paling baik namun mengapa oh mengapa selalu disakiti terus. Hadeh.

Kalau ada pembaca di AN tidak ingin bernasib sama seperti Reni, janganlah mencari pasangan untuk membuat dirimu berharga dan layak dicintai. Belajarlah menghargai dan menyayangi dirimu terlebih dulu. Bersikap baiklah pada diri sendiri sebelum bersikap baik pada orang lain.

Saya banyak ngobrol dengan para janda-janda maupun gadis-gadis di AN, banyak kejadian seperti diatas. Seakan menjadi KORBAN karena menyangka dirinya wanita paling baik sedunia yang berhak mendapatkan pasangan SEMPURNA. "Aku tidak layak lho diperlakukan seperti itu". Namun ternyata dia menjadi baik ke orang lain karena ingin dihargai dan dicintai, namun hati nuraninya selalu ingin berontak karena dia tidak bersikap BAIK pada dirinya sendiri. Fiuhhh.

Kang Jay

#darisatusumberdanopinipenulis
Tahun 2020, menurut saya adalah tahun yang paling cepat dilalui. Seperti baru kemarin bulan Februari saat mulai rame-rame drama Covid, kemudian melalui aktivitas makan-tidur-ibadah-sedikitkerja @dirumahaja tiba-tiba sudah Desember aza.


Selama setahun yang sangat cepat ini eee bukannya banyak waktu @dirumahaja dimanfaatkan untuk membina hubungan baru yang produktif. Namun malah diisi dengan kesibukan online tidak jelas dan sia-sia sambil mengulik status-status dari deretan para mantan. Apalagi yang nganggur dan nempel ortu, berasa tinggal dihotel, yee kaannn. "Covid mak, perusahaan ga ada lowongan", alasan asyikmu pada ortu yang sudah renta sambil lanjut cekakak cekikik pantengin medsos.


Sebenarnya saya pun sadar:


Semacam infus candu untuk melupakan realita hidup bagi beberapa orang menyedihkan dan penuh penderitaan. Tapi ya gimana mosok jadi jomblo bengong, mending kelihatan sibuk (diliat emak yang gaptek) pegang hape memaintain bisnis beberapa account medsos demi status sosial dilingkungan, p

dahal digaji juga kagak, malah minta pulsa ke emak. Kata emak biarin deh yang penting masih bisa ketawa. Soalnya ayam tetangga kebanyakan bengong, paginya mati.


Lanjut, mungkin banyak dari kita yang sampai saat ini masih terjebak dalam kenangan bersama mantan terindah yang dulu hadir dan singgah mengisi hari-hari kita, meskipun sebenarnya sadar sih udah terpisah jarak dan waktu. Yeachhh.

Seperti rasa di puisi ini:
Sampai kini aku belum mampu menata kembali hatiku. Separuh rasaku masih milikmu.
Saat yang aku tau hanya tau cara untuk mencintaimu.Tanpa pernah tau cara untuk melupakanmu.
Andaikan dulu kau tak pergi.Tak mungkin kurasakan rindu yang tak bertepi layaknya kini.

Sambil nyanyi lagu Rindu - Bastian Steel.
Nyessss, nikmat diulang-ulang setahon, ingat bukan seminggu atau sebulan. Njirrr....

Pada akhirnya di akhir tahun ini, saya pun tersadar, distorsi cinta yang membayangi jiwa harus segera dienyahkan. Tuk menyongsong harapan baru demi kebahagiaan di masa depan. Kapan lagi kalau kita tidak memulainya di awal tahun 2021.

Cari jodoh mirip-mirip cari kerjaan, harus tekun dikejar dan dijalani prosesnya sebelum gajian eh jadian. Kerja aja gak betahan macemana bisa betah menjaga hubungan sampai pelaminan. Yeach mari saatnya manteman kita semangat menemukan kekasih baru menjalani prosesnya hingga bersanding di 2021. Sehingga 2021 menjadi tahun produktif. Aamiin.


Nyanyi lagu Dinda dan Negeri di Awan - Katon, ahhh, semoga ada bidadari lewat dan mau dipersunting.


Ketaker generasi kapan, biarin dah.


Kang Jay

Hubungan cinta kayak menabung di bank: kalau sedikit menyetor, lebih banyak menikmati fasilitas, ya bunga-nya kecil!. Note ya ini analogi aja jangan hubungkan dengan bunga bank halal haram.

Sadar tidak kalau bunga cinta yang berlimpah di awal hubungan itu karena kita dan dia rajin setor USAHA ini itu tidak pakai mikir. Tapi setelah jadian atau menikah, kita dan dia suka jadi malezzz setor lalu suka perhitungan tentang usaha masing-masing… ya...wajar cintanya pudar he he!

Cinta adalah bunga perasaan akibat usaha-usaha itu.

Jika kita mendengar orang putus atau cerai dengan alasan, “Gue gak ada rasa lagi!” Saya sih cuman senyumin aza karena dia lagi mengakui dirinya malezzz atau perhitungan dalam berusaha di hubungannya.

Menurut saya nih, Cinta itu bersyarat dan tidak kekal abadi; itu semua tergantung dari para manusianya mau terus berusaha atau tidak.

Makanya tidak usah memusingkan soal jodoh apa tidak, restu apa tidak, cocok apa tidak, sekufu apa tidak, semuka apa tidak, sezodiak apa tidak, sealiran apa tidak, beda kelamin apa tidak..eh yang terakhir ya harus ya… karena semua percumah kalau tidak ada yang namanya usaha.

"Tapi jika udah usaha saat awal kenalan, dianya kagak respon cinta kita. Gimana duong?" Ya cari yang lain, gitu aja kok repot, didunia emang cuman dia aja. Cinta itu bersemi saat ada usaha kedua belah pihak, setidaknya si dia menghargai usaha kita. Saya pernah ketemuan ama cewek cantik, asli menawan hati pada pandangan pertama diusia dia hampir 40th, walau mulai terlihat guratan keriput karena usia yang tersamar karena riasan, namun sungguh anggun dibalut baju kantoran. Sehingga saya pun heran secara fisik & penampilan tidak ada kekurangan namun mengapa dia belum nikah juga. Beberapa kali ketemu akhirnya saya ada temuan: doi pasif banget, saya udah usaha ga pake banget sih ee doi cuman datar aja, kalem aja, santai aja tanpa usaha balik. Ini bukan saya perhitungan, atau jadi cowok kok banyak maunya, tapi boleh dong sekedar meyakinkan hatiku, nikah kan buat seumur hidup. Saya tahu dalam hatinya menginginkan segera menikah, dari arah pembicaraannya saya tau intinya ga usah pake ribet deh ga usah protokoler janjian ketemuan sana sini tiap minggu yang menguras tenaga pikiran dia, langsung lamar nikah ngamar beres, ehhhhh. Namun logika pria saya langsung bekerja apakah dia cinta juga atau hanya aji mumpung saja, apakah dia bisa memperlakukan saya dengan baik sebagai suami kelak, atau dia maunya dilayani terus. Menjadi tuan putri itu elegan dipandang, namun sekali2 menjadi pelayan itu memabukkan dirasa. Halah. Akhirnya saya test tidak hubungi dia beberapa hari, ee tidak ada respon, mungkin bukan dia pemalas dan bosan menjalin hubungan tanpa ikatan namun mungkin dia tidak ada chemistry ke saya, positif thinking azah. Done, who's next.

“Tapi kalau udah usaha saat jadian atau menikah, namun hubungan malah tetap hambar. Gimana duong?” Kalau ini yang terjadi, saya sih punya feeling pasti tanpa disadari kita juga ada usaha lain ke orang lain, bahhh ha ha, makanya jadi ada pembanding yang bikin usaha ke pasangan jadi hambar. Cepat atau lambat pasti akan selingkuh. Makanya selingkuh awalnya selalu biasa saja tidak ada niat atau perasaan, cuman curhat-curhat ringan.. cuma usaha, usaha, dan usaha yang berkelanjutan. Tau-tau kejadian deh, nikmat tapi bikin amsyong.

Jadi ayo terus berusaha hanya pada the only one, jangan malas mager apalagi cuman menunggu, laksana tuan putri atau pangeran bahhhh… karena masa depan hubungan percintaan kita ya bergantung dari disiplin usaha kita! dan tentu Doa (must).

Kang Jay

#dariberbagaisumbergajelas_danidepenulisygkuranggawean
Bagi yang berminat, ayokenalan.

Sebelum akhir 2021 kita nikah, udah mulai bosen masakan warung pingin ada yang masakin terutama bekel makan siang.

Cukuplah maksimal 3 bulan ta'aruf, jika cocok minggu depannya langsung acara sederhana di KUA kagak pake resepsi ya malu ama incu, cukup bilang maharnya mau apa? Karena itu kewajiban saya sebagai calon suami, tentunya jika mampu memenuhinya, rumah ruko mobil emas200g atau seperangkat alat sholat atau apa. Namun jika dalam perjalanan ta'aruf ternyata belum cocok maka kita ke KUD.


Beneran lain heureuy orang sunda mah karasep contona tingali weh urang.


Jodoh itu sudah ada yang ngatur, kalau belum dapat berarti kita susah diatur.


Jangan tinggalkan dia yang baik, demi mencari yang lebih baik.


Aku jomblo kamu jomblo kenapa gak jadian aja sih?


Kang Jay

Kita akhir-akhir ini disodori banyak berita yang cukup membuat kita serba salah sebagai sesama muslim. Antara gemes, sedih, kasihan ya campur aduk. Saking terusik jiwa saya akhirnya saya coba pelajari kelompok FP* dari mulai dari sejarahnya, sepak terjangnya, sekaligus menyelami jiwa anggota2nya.


Well, para anggota dari kelompok ini tentu tergerak bergabung sebagai anggota karena "merasa" terpanggil untuk menjadi pembela agama Islam terdepan "amar ma'ruf nahi munkar'. Namun sayang disayang akhir2 ini kelompok ini "merasa" diperlakukan tidak adil, sedangkan mereka merasa umat islam pada umumnya kenapa malah diam saja melihat "ketidakadilan" versi mereka. Itu yang kemudian membuat mereka memborbardir dunia maya, setelah mentah lewat poster2. Saat ini mereka merasa "Hai kalian kan sama2 Islam, tolong bantu kami dong, mana jiwa korsa kalian, INGAT selama ini kami lho yang telah membela Islam Indonesia difront terdepan".


Kilas balik yang saya ambil dari berbagai sumber, FP* sebenarnya ahlussunnah waljama'ah, mirip NU, makanya sering disebut anak NU yang nakal/radikal.

Dan setelah kerusuhan 1998, pemerintah berpuluh tahun membina FP* secara simbiosis mutualisme, dimana keuntungan disisi pemerintah sebagai pengerem dan penetralisir para mafia/kartel, geng koruptor, para pembeking tempat maksiat, bandar judi dan narkoba dll. Kita semua tahu bahwa banyak anggotanya dari preman tobat, Islam fundamentalis, Islam artis (alias hanya pingin eksis dan bangga dgn pakai simbol2nya saja), bahkan jihadis garis keras. Tentu ini bisa menguntungkan pemerintah karena orang2 ini bisa terkumpul dalam satu kelompok dan gampang memonitornya, daripada terpisah-pisah. Anggota2nya ter-record dalam sistem database dengan baik, tiap pergerakan mereka baik online/offline guampang terlacak, sehingga membuat mudah dan nyaman aparat. Tinggal duduk manis mengamati layar super komputer dengan software monitoring dan analisa yang canggih, terdata dengan baik bahkan bertahun2 dari jenjang karirnya mulai hanya sebagai anggota, aktivis, pengurus bahkan kemudian naik jadi pimpinan FP*. Sejuk terkantuk-kantuk diruang ber-AC tanpa harus panas2an terjun kelapangan, namun bisa kepegang kartunya.


Kemudian saya pelajari juga tentang kenapa mereka menggunakan teknik2 pembakar semangat maju tak gentar untuk membela Islam yaitu melalui dakwah2 jihad, atau tulisan2 penuh emosi, kutukan, doa2 laknat terhadap orang2 munafik, musuh, golongan lain, janji janji hadiah surga bidadari dll. Sebenarnya itu semua banyak mengambil tulisan dari kitab2 kuno ataupun hasil pengalaman lapangan para khalifah2 atau ulama2 terdahulu untuk mengobarkan semangat tentara Islam atau umatnya, bahkan dari perang saat ini di afghanistan, irak, suriah, gaza dll. Dulu atau diarab sono mungkin sangat manjur karena memang sedang butuh jihad untuk lawan musuh2 Allah yang sangat tangguh dan berbahaya. Sayangnya, ini Indonesia tercinta yang aman dan damai. Beribadah dijamin oleh negara. Asal tidak macem2 maka lahir, besar, ibadah, nikah, punya anak, tua dan meninggal bisa tersenyum ceria kemudian masuk surga. Aamiin. Sehingga teknik2 ini banyak yang mentah/terbantahkan pada hampir sebagian besar umat Islam di Indonesia. Dimana hanya mempan pada orang2 yang dangkal pemahaman keislamannya, bawaan orok sudah radikal atau ingin ikut2an saja biar rame dan bangga "saya pembela Islam lho, lu siapa dan ngapain?". Sedangkan warga Islam Indonesia pada umumnya akan berkata "Saya bahagia kok, negara selalu hadir, jalan2 mulus, listrik nyala, pendidikan gratis sampai smp, faskes tersedia dan murah via bpjs, masjid megah dan nyaman, pengajian2 damai, kyai dan ustadz pintar2 & ramah2, kampung dan negara aman bahkan anak saya jadi polisi dan tni, hidup mereka bahagia dan terjamin. Kemudian di suruh Jihad fisik disaat negara damai, ya saya tentu no no no, Jihad untuk siapa, mereka atau aparat yang jelas-jelas sesama muslim. Ingat Islam itu cinta damai sebagai rahmatan lil'alamin. Lalu mengapa ada orang dihukum oleh negara, ya wajar jika mengganggu hak orang lain unt hidup damai, atau dia pencuri, pemerkosa, koruptor, pengedar dll. Negara WAJIB dan harus hadir untuk "mengamankan" mereka ke lembaga pemasyarakatan agar dididik dan kemudian diharapkan sadar. Udahlah tidak usah neko2 hidup di Indonesia, dijamin enak. Mau cari nafkah tinggal dorong gerobak diujung jalan jualan cilok." Begitu mungkin kira2 apa kata sebagian kita umat Islam di Indonesia.


Lanjut. Sayang disayang dalam perjalanan waktu makin kesini, hubungan mesra pemerintah dan FP* dalam bingkai hubungan simbiosis mutualisme mulai terganggu. Pelan2 FP* mulai disusupi dan dimanfaatkan oleh politikus2 atau ustadz2 gadungan untuk mengumpulkan massa fanatik. Sehingga tujuan yang tadinya mulia sebagai pembela Islam terutama dari kemaksiatan, malah menjadi ajang demo dan aksi massa bermuatan politik. Padahal saya amati politikus2 atau ustadz2 gadungan itu banyak yang beda aliran spt hti dll. Ini kemudian yang ditakutkan oleh negara, otak-otak orang politik ini dikawatirkan membelokkan pola radikalnya ke makar terhadap NKRI bukan lagi membela Islam secara kaffah. Kita tau, orang radikal (biasanya) emosian (hehe) itu pola pemikiran mereka simple alias sederhana kok yaitu senggol bacok, jika Islam diganggu maka nyawa pun gampang dipertaruhkan, tentu ini sangat berbahaya jika dimanfaatkan oleh otak-otak jahat dibelakangnya demi memobilisasi massa menggulingkan pemerintahan yang sah. Sehingga sebelum benih2 makar itu berkembang, saya sangat setuju dengan tindakan pemerintah untuk mempeti-eskan. Tentu sulit membubarkan, bahkan tidak akan bisa, karena orang radikal tetap radikal, nanti bakal hanya akan berganti kulit, misal jadi FGI atau PGI (artikan sendiri). Bahkan lebih membahayakan karena terpecah-pecah kelompoknya sehingga sulit untuk dikontrol pergerakan online/offline anggota2nya, beda jika jelas2 ter-registrasi ktp, kk, no hp di kantor2 cabang FP* atau ada dalam grup2 WA/FB/Insta FP* yang bisa diketahuai KK saat daftar SIMcard atau dilacak posisi diBTS mana. Saya pernah melihat sendiri presentasi dari produk Intercept milik vendor Asing, asal si A pernah online alias bukan tinggal bertahun2 di hutan ( seperti kelompok yg kita tahu) disulawesi dan papua, tinggal ketik nama atau inisial tertentu, atau dekatkan alat intercept dlm radius bebepa ratus meter dari Smartphone target maka bisa dibajak Smartphone tersebut secara software. Lalu tinggal aktifkan kamera, lokasi, microfon, wa, fb, laman web yg dibaca, bahkan jika paket datanya mau habis bisa aktifkan unlimited, rekam percakapan, ambil gambar/video otomatis tanpa terdetect file hasil rekaman, sending data2 ke cloud, termasuk aktifkan telegram (suka digadang2 aman oleh teroris). Sehingga segera segala aktifitas online muncul dan ter-record kedalam sistem intercept dengan baik he he untuk siap digunakan dipengadilan jika si orangnya mulai macem2 atau bakal mengganggu stabilitas negara.


Maka langkah negara saat ini setidaknya akan membuat sekam membara itu di peti es kan. "Sementara" memang, namun stabilitas dan keamanan negara setidaknya terjaga sampai pemilu berikutnya. Ya, sampai beralih kepemimpinan baru yang akan memikul tanggung jawab estafet untuk memaintain kelompok ini dengan "cantik", mungkin dilanjutkan oleh anak cucu kita saat mereka jadi pemimpin bangsa dimasa depan, karena anggota2 kolompok ini juga warga negara Indonesia yang harus dijunjung tinggi hak2nya sesuai dengan UUD. Walau punya sifat radikal, tapi negara harus maklum karena sudah bawaan orok (apa mau dikata) tapi jika diemong dengan baik akan adem tentrem bahagia. Bahkan bagi yang masih jomblo bisa segera dapat jodoh di AN he he he.


Ingatlah Islam itu indah yang mengajarkan kedamaian, cinta kasih, dan tepo seliro.


Eh kepanjangan blog ini, keasyikan ngetik.


Maaf ya man teman, ini sekali dan terakhir kok saya bikin blog politik, jika kurang nyaman mohon segera di skip aja. Tidak ada maksud menjelek2kan atau maksud lain, hanya sekedar menyampaikan uneg2.


Kang Jay.

Pages: « Previous ... 13 14 15 16 17 ... Next »
advertisement
Password protected photo
Password protected photo
Password protected photo