BLOG TULISAN Jayadiningrat

Ada yang kangen sepertinya, muach muach muach. Nongol bentar ah sambil ketik-ketik dikit.

Mohon maaf ya para Neng dan para Tante yang cantik-cantik semelohai calon bidadari surga, kakek ini melipir dulu sementara waktu, mau fokus ta'aruf, dan fokus di pekerjaan setelah Covid yang gila2an sibuknya.

Doakan sukses ta'aruf nya, udah beberapa kali belum jodoh, semoga ini yang terakhir.

Saya doakan semoga rekan-rekan seperjuangan yang selalu giat mentengin AN 24x7x365, bahkan semangat 17 Agustus 1945 berkonflik di blog AN padahal kenal aja kagak tapi seperti saudara dalam selimut eh maksud saya selimut ealah apalah itulah kasur busa, semoga segera mendapat jodoh semuanyah.

Salam untuk kang Feri, aku tahu hatimu baik, aku tahu kamu merasa tersakiti atas perbuatan teteh2 tante2 disini, tapi aku tahu rem mu juga udah blong he he. Yuk mari kita nikmati keindahan alam agar umur kita awet muda. Berkutat di AN kurang baik, setahun, dua tahun, lima tahun itu disini hanya serasa beberapa bulan saja. Monoton dibuai dunia maya AN ini akan "membahayakan" hidup kita. Boro2 jodoh yang ada musuh2 maya. Ayo ambil satu untuk dita'arufi, lalu jika perlu datang ke AN lagi saat mau ambil lainnya. Gitu aja.

Oiya untuk teteh2 tante2 jangan berkerumun gitu ah, kita pria2 jadi takut buka blog, bahkan saat saya bikin blog cuman 'hit & run' ngeri soalnya bahkan bikin kita pria super duper illfeel, isinya banyak yang menghujat cowok2 tipe-4 padahal kita kan cowok highclass yang prospektif he he he, gak level banget nget dan gak elit kemana2 saat kita dibanding2in ama cowok gituan. Cowok Indosiar kayak gitu, cuman cocok jadi pemain sinetron. Emang kita cowok apaan. Indonesia negara maju dan makmur karena banyak cowok baik, sukses, mapan, pekerja keras, dan family man. Coba buka mata, sekali2 jalan2 ke pusat2 perkantoran, liatlah pria2 sukses itu. Agar mindset berubah dan akan mengirimkan inner positif menarik pria2 sukses, bukan inner negatif muram gelap durjana menarik pria2 Indosiar yg berinner negatif juga. Kita pria suka wanita ceria, energik, dan bahagia. Bukan moody, kasar, galak, dan tidak menghargai orang lain. Mana sifat penyayang yang suka merawat anak???. Ada satu kiat digemari cowok yaitu walau suasana hati lagi muram durjana tetap diluar perlihatkan ceria, energik dan bahagia. Tapi alhamdulillah ada kok yang bikin kita pria kagak takut karena dunia kita pria bukan hanya di blog yaitu saat click Foto (bukan click Blog ya), isinya seger-seger bikin sejuk dimata &hati dan juga bikin semangat menafkahi. Terus semangat ya menambah koleksi fotonya, makin fotogenik deh kalian. Hai pria-pria highclass, salam underground.

Teruntuk kepada kartika dan sari, terima kasih telah menghiasi blog-blog ngasal ku. Yang aku suka dari AN adalah mudahnya dapat wanita calon ta'aruf saat tertarik di click Foto, penuh segudang wanita cantik2, baik2 dan sholehah yang bikin saya pusing sendiri, walau mereka silent namun setiap saya chat atau nginbox selalu dibales dan semua REAL, sangat fantastis, serasa semua pingin saya nikahi dan nafkahi. Mending melipir dulu daripada pusing liat yang seger-seger saat click Foto yang malah yg diincar kagak difokusin. Fokus fokus fokus ah.

Saya tahu dari berjuta penggemar, ada satu dua yang kurang suka padakuh, tak apa. Saya pede aja bahwa mungkin mereka syirik aja ama pria highclass seperti saya ini wkwkwkwkw. Pede abizzzz. Jangan muntah. Namun tenang, saya selalu doakan kalian saat sepertiga malam dan subuh. Percayalah, mencari musuh tu gampang tapi carilah sahabat yang menyejukkan hati dan selalu ada dalam suka dan duka. Coba cek seberapa banyak sahabat baikmu ????????

Jadi maafken jika ada salah kata terutama saat ngeblog magabut selama Covid, atau perbuatan atau tingkah yang kurang berkenan. Satu yang saya susah direm, bikin blog cinta-cintaan, maafken jika nanti nongol lagi dengan ide blog baru. Suka gatel gatel klo ga di ekspresikan.

Opung saya di samosir pernah bilang:
"Bergunalah bagi orang lain atau setidaknya tidak menyusahkan orang lain".
“Jika seorang manusia selalu membawa pemikiran yg tidak baik, maka sepanjang hidupnya pemikiran yg tidak baik itu akan mengikutinya kemanapun dia pergi. Jika dia tidak mau mengubah perangainya, maka dimanapun dia berada, tidak akan ada yang mau mendekatinya. Kebahagiaan selalu menjauh dari hidupnya….”.

Semoga kita menjadi manusia yang berguna dan berperangai baik.

Cemungut..

Kang Jay


Mungkin, mungkin saja, beginilah cinta di dunia ini.


la menempamu dengan kenyamanan yang membuatmu khawatir itu akan berakhir; kebahagiaan yang begitu dalam sampai-sampai kau takut kehilangan, lalu tersiksa dalam perasaan itu; cemburu yang mengiris hati; penolakan-penolakan kecil yang membuatmu sedih; perubahan tiba-tiba yang menghancurkan seluruh ekspektasimu; happy ending yang terasa seperti fatamorgana; kepergian dan rindu yang tak pernah diharapkan.


Cinta mengujimu, mengguncangkanmu, menjatuhkanmu sampai ke titik terendah. Hingga akhirnya kau bergumam, “Nggak ada yang sempurna ya, di dunia ini.”


Sejak ucapan itu, kau mulai berhati-hati. Setiap melangkah, kau ingatkan dirimu, “Nggak ada yang sempurna. Nggak ada yang sempurna.”


Jadi, kau mengurangi kadar harapmu, tak lagi mau tergila-gila pada apa pun di dunia ini. “Dunia ini fana, dunia ini fana,” batinmu.


Lalu, setiap kali cinta mengetuk pintu hatimu, kau berusaha tepis itu. Kau memblokade seluruh jalur agar cinta itu tidak menyelinap ke hatimu. Kau kurangi percakapan dengannya. Kau hapus pesan-pesannya. Kau balas pesannya, sedikit lebih lama. Kau hindari pertemuan dengannya. Kau hapus nomernya segera saat dia mulai jarang menghubungimu. Agar engkau lupa. Sampai dia meninggalkanmu. Meski berat, meski menyedihkan, kau tetap ingatkan dirimu, “Toh, kita hidup sendiri. Lahir sendiri. Mati sendiri. Mana bisa bergantung sama orang lain? Kalau udah dapat, lalu gimana kalau dia meninggal? Sama aja nggak bisa benar benar memiliki, kan? Pada akhirnya, aku tetap berjuang sendiri, kan?”.


Sejak hari itu, kau melangkah lebih mantap. Tak lagi menatap ke belakang. Mengabaikan gombalan-gombalan murahan. Berlari dari berbagai peluang cinta. Menganggap semua pria adalah madesu, mokondo, bahkan scammer. Mengira-ira tentang kejahatan cinta. Mencari-cari berita tentang laki-laki yang jahat dan tidak bertanggung jawab, diantara berjuta pria baik dan family man yang hari ini dibuai kebahagian ditengah keluarganya, seperti juga ayahmu seorang pria tua yang bahagia. Sadarlah, itu hanya angan-anganmu yang akan menjerumuskan dirimu kedalam lembah fantasi bahwa semua pria itu madesu dan jahat agar dirimu makin mantap menata hati tanpa cinta. Bahkan, engkau tambah makin semangat saat tahu bahwa ternyata banyak wanita yang senasib denganmu, yang bersama mereka makin menggiring jiwamu menyalahkan cinta yang fana.


Sayangnya, oh sayangnya, aku tahu hatimu begitu lemah dan rentan.


Melangkah sendiri melelahkanmu. Kedua kakimu seolah menjelma jadi kayu-kayu rapuh yang hanya butuh sepuluh langkah untuk patah.


Hatimu selalu cenderung untuk berharap. Namun, hatimu juga lelah berharap. Maka, yang bisa kukatakan kepadamu adalah...


Jangan lawan perasaanmu apalagi melawan dunia. Perasaan itu normal. Namun, arahkan harapanmu pada hal-hal yang kekal, yang tak akan mengecewakanmu.
Manusia dan kehidupan duniawi ini... tak ada yang kekal; tak ada yang sempurna.


Adakah yang bisa kau harapkan dari mereka... jika kau ingin kebahagiaan sempurna?.


Ayo cintaku, mulai cari atau beli sajadah dan hamparkanlah, malam ini juga duhai kasihku sayangku.


Kang Jay.


Hidup di Jakarta membuat Rita tidak mudah membesarkan buah hatinya. Semenjak suaminya meninggal karena kecelakaan, ia harus kerja keras demi mendapatkan rupiah untuk menyambung hidup bersama putra semata wayang dan bisa membayar kontrakan tiap bulan.


Rita tak berani pulang ke kampung halamannya di Sragen karena tak ingin menjadi beban orang tua. Kehidupan orang tuanya di kampung pun sudah sulit, ia tak ingin menambah beban mereka.


Reza, anak laki-laki yang baru berusia dua tahun adalah harta yang paling berharga. Anak itu menjadi sumber kebahagiaan setelah suami yang dicintai pergi untuk selama-lamanya.


Rita rela bekerja keras, salah satunya menjadi seorang buruh cuci pakaian agar bisa membeli susu untuk perkembangan putranya. Selepas Rita menyapih Reza dari ASI, ia tetap berusaha memberikan susu untuknya. Hanya sebagai buruh cuci pakaian yang dapat ia lakukan karena bisa dikerjakan sambil memantau anaknya.


Wanita yang memiliki lesung pipi itu tak ingin menitipkan Reza pada tetangga saat bekerja karena sebagai seorang ibu ia selalu merasa khawatir jika putranya diasuh oleh orang lain. Terlebih dengan adanya pemberitaan tentang penculikan anak membuat Rita bergidik jika harus meninggalkan anak semata wayang saat bekerja.


Rita selalu membawa Reza kemana pun ia bekerja. Walau ada salah seorang tetangga yang merasa iba dan menawarkan diri untuk menjaga Reza, tetapi wanita itu tetap dengan pendiriannya. Ia tak ingin merepotkan dan menjadi beban bagi orang lain.


Pagi ini Rita harus mengantarkan pakaian bersih pada pemiliknya karena Bi Sri yang biasa mengambil memberitahukan bahwa ia sedang menemani anaknya di rumah sakit. Di perjalanan tanpa sengaja ia bertemu dengan seorang lelaki yang dulu pernah dekat dengannya.


"Rita, bener kan kamu Rita?" tanya seorang pria yang sedang lari pagi terlihat lengkap dengan setelan kaus dan sepatu olahraga yang ia kenakan. Tampak gagah.


Rita mengerutkan kening seraya mengingat kembali siapa pria yang ada di depannya.


"Kamu ... Mas Ardi?"


"Betul. Jadi Mas nggak salah lagi kamu bener Rita?" Ardi tersenyum lebar.


"Iya, aku Rita." Rita membalas senyuman Ardi.


Ardi mengulurkan tangan untuk berjabat tangan. Rita menyambut uluran tangannya.


"Apa kabar? Dia anakmu?" Ardi menunjuk Reza yang berada di gendongan Rita.


"Baik. Iya dia anakku. Mas sendiri apa kabar?"


"Aku baik juga. Lama ya kita nggak jumpa." Mata Ardi tampak berbinar. Ia merasa bahagia bisa bertemu kembali dengan wanita yang pernah singgah di hatinya.


"Iya. Mas tinggal di sini juga sekarang?"


"Ya. Setelah peristiwa waktu itu Mas mencari kesibukan sendiri. Mengirim beberapa lamaran pekerjaan akhirnya diterima di perusahan di kota ini."


"Oh." Rita tersenyum kecut karena ia sadar peristiwa itu ada sangkut paut dengan dirinya.


"Kamu mau kemana?" tanya Ardi.


"Aku mau mengantarkan pakaian ini. Aku jadi buruh cuci." Rita menelan ludah seraya mengangkat pakaian di keranjang yang ia jinjing.


Terlihat raut kesedihan dari wajah Ardi. Ia tak menyangka perempuan yang dulu ia cintai harus bekerja keras seperti itu.


Dulu ia pernah meminta Rita untuk menikah dengannya, tetapi Rita lebih memilih lelaki yang dijodohkan oleh orang tua. Ardi merasa terpukul atas keputusan wanita yang dicintai itu hingga ia mencari kerja di ibu kota agar bisa melupakannya. Namun, takdir mempertemukan mereka kembali. Ia yakin benar perempuan di hadapannya kini sebenarnya masih menyimpan rasa. Terlihat dari binar mata perempuan itu saat menatap.


"Kamu jadi buruh cuci? Suamimu masih kerja 'kan?" tanya Ardi heran padahal setahunya suami Rita adalah seorang pegawai.


"Suamiku meninggal karena kecelakaan, sudah satu tahun yang lalu," ucap Rita lirih menahan air mata karena diingatkan kembali tentang suaminya.


Awal pernikahan dengan suaminya, Rita belum merasakan ada getar cinta. Dulu, ia terpaksa menikah karena perjodohan. Selang dua tahun pernikahan dan lahir buah hati mereka, Rita mulai mencintai suaminya.


Saat usia Reza beranjak satu tahun, Rita benar-benar mencintai dan menyayangi lelaki pilihan orang tua sepenuh jiwa. Namun, takdir berkata lain, Allah lebih menyayangi lelaki yang ia cintai sehingga kecelakaan itu merenggut nyawa ayah kandung Reza. Rita merasa terpukul saat itu. Ia menyesal tidak mencintai suaminya sejak pertama menikah.


"Maaf. Aku nggak bermaksud--"


"Enggak apa-apa kok, Mas nggak perlu merasa enggak enak gitu."


"Terima kasih."


Rita mengangguk. "Aku pergi dulu ya mau mengantarkan baju ini."


"Sini aku bantu. Kamu sepertinya kerepotan."


Ardi hendak meraih keranjang baju di tangan Rita, tetapi Rita menolaknya.


"Enggak usah, nanti Mas repot."


"Sudah nggak apa-apa. Aku bantu."


Ardi tetap memaksa untuk membantu Rita mengantarkan baju. Mereka berjalan bersisian. Sesekali Reza bersikap rewel dan terus menggapai tubuh Ardi seperti ingin digendong olehnya. Reza merasa rindu pada sosok ayah.


"A-a-a ... yah." gumaman Reza pada Ardi


"Sepertinya anakmu ingin aku gendong. Sini berikan padaku!"


Ardi meraih Reza dari gendongan Rita. Seketika Reza terdiam. Reza terus tertawa sambil mengusap wajah dan mencubit hidung Ardi.


"Maaf ya, Mas. Anakku biasanya nggak begitu."


"Enggak apa-apa lagipula aku suka anak kecil."


Rita merasa kagum pada sosok Ardi yang dulu sempat ditolak olehnya. Ia merasa bersalah pada Ardi, tetapi itu sudah masa lalu yang ingin ia lupakan.


"Kita sudah sampai, Mas. Makasih ya sudah bantu aku." Rita mengambil kembali Reza ke gendongannya.


"Lho, ini kan rumah Mas. Jadi baju-baju yang sering aku titipkan agar di-laundry pada Bi Sri kamu yang mencucinya?"


"Apa? Iya aku menerima cucian kotor dari Bi Sri. Aku yang minta padanya. Kebetulan tadi Bi Sri nggak sempat ke rumah untuk mengambil baju bersih, jadi aku antarkan sendiri."


"Ya Allah, aku nggak nyangka bisa kebetulan gini." Ardi terkekeh.


"Memangnya istri Mas ke mana? Kok lebih milih laundry baju?" tanya Rita ragu.


"Mas belum menikah." Ardi berkata jujur lalu tersenyum kecut.


"Oh, maaf."


"Enggak perlu minta maaf. Memang Mas belum mendapatkan jodoh aja," ucap Ardi lalu terkekeh.


"Semoga nggak lama lagi dapet jodoh ya."


"Aamiin. Semoga setelah kita bertemu lagi ada jodoh buat Mas. Jodoh yang dulu sempat tertunda," ucap Ardi yang tak lepas menatap Rita.


Rita merasa salah tingkah mendengar ucapan Ardi. Ia pamit pulang tak ingin berlama-lama bertemu lelaki yang dulu pernah mengisi hatinya dan mengenang kembali kisah yang telah lalu.


Semenjak Ardi berjumpa kembali dengan Rita, ia selalu mencari kesempatan untuk bertemu kembali. Bahkan ia rela mengantarkan cucian kotor hanya demi bertemu dengan wanita yang masih dicintainya itu.


Ardi pun sudah merasa dekat dengan Reza. Ia merasa bahwa Ardi adalah ayahnya. Reza akan terus rewel pada Rita jika belum bertemu dengan Ardi.


Ardi yang pada dasarnya suka anak kecil, ia merasa sangat senang saat ternyata anak Rita pun menyukainya. Lelaki itu merasa ada jalan untuk bisa memiliki Rita kembali.


Ardi sudah memantapkan hati...


Rita tetap mengajak Reza untuk mengantarkan baju ke rumah Ardi. Wanita itu merasa gugup saat akan bertemu kembali dengan lelaki yang dulu pernah ia cintai. Sedari tadi jantungnya terus berdebar. Ia merasa heran dengan tingkahnya sendiri.


Tiba di rumah Ardi, Rita disambut oleh Bi Sri.


"Assalamualaikum, Bi Sri."


"Waalaikumsalam. Kok repot-repot diantar ke sini. Baru aja Bibi mau ke sana."


"Enggak apa-apa, Bi. Kebetulan mau sekalian ke warung besar di ujung jalan sana. Mau belanja bulanan, biasa Bi biar nggak bolak-balik."


"Oh begitu. Ya sudah terima kasih ya bajunya sudah diantarkan."


"Iya, Bi. Sama-sama. Aku pamit dulu ya, Bi. Assalamualaikum."


"Waalaikumsalam. Hati-hati ya, Nduk!"


Rita menganggukkan kepala dan tersenyum pada Bi Sri. Dia sudah menganggap Bi Sri seperti ibunya sendiri. Di kota ini Bi Sri sangat perhatian padanya. Terkadang Bi Sri melebihkan upah mencuci untuknya dan membelikan susu untuk Reza.


Saat Rita hendak melewati pintu pagar, ada seseorang yang menghalanginya.


"Rita, tunggu. Ada yang ingin Mas bicarakan."


Rita menoleh pada sumber suara, ternyata Ardi.


"Eh, Mas ada di rumah?"


"Ya, Mas sengaja menunggumu. Ikut aku sebentar saja."


Rita menganggukkan kepala lalu mengikuti langkah Ardi.


"Duduklah!"


Rita menuruti perintah Ardi. Ia duduk di sebuah kursi yang berada di sisi taman. Ardi mengajaknya di taman samping rumah. Di sana terdapat berbagai macam tanaman yang sangat terawat. Rupanya Ardi sangat menyukai berbagai jenis tanaman bonsai dan tanaman buah dalam pot. Ada pohon kelengkeng yang sedang berbuah lebat walau ditanam di dalam pot. Di sampingnya terdapat kolam ikan yang sangat menarik dengan pancuran air di tengah-tengah kolam. Pinggiran kolam terdapat berbagai macam tanaman bonsai. Tempat yang sangat nyaman.


"Ehm."


Ardi mengejutkan Rita. Dari tadi Rita lebih memperhatikan sekeliling taman yang begitu bersih dan terawat.


"Iya, apa Mas?"


"Mungkin bagi kamu ini terlalu cepat, tetapi enggak bagi Mas. Mas telah lama menunggu moment ini." Ardi menarik napas lalu mengembuskannya perlahan. "Aku ingin melamarmu untuk menjadi istriku."


"Apa, Mas?" Rita tampak terkejut dengan pengakuan Ardi yang tiba-tiba.


"Hiduplah denganku melanjutkan kisah cinta kita yang sempat tertunda!"


"Aku hanya seorang janda, Mas. Janda beranak satu," ucap Rita lirih.


"Ya, aku tahu. Hiduplah denganku! Walau kamu janda beranak satu, aku tak peduli. Aku mencintaimu. Rasa cinta ini masih sama seperti dahulu."


Rita menelan ludah dan ia menitikkan air mata. Ia merasa sangat bahagia ternyata Ardi masih mencintainya. Namun, di satu sisi ia merasa sedih karena tak ingin mengkhianati cinta suaminya yang telah meninggal.


"Aku tahu kamu pasti berat. Kamu tak ingin mengkhianati suamimu yang telah meninggal, tapi kamu dan Reza berhak bahagia dan melanjutkan kehidupan dengan lebih baik."


Rita semakin terisak mendapatkan kenyataan Ardi mengetahui apa yang ia rasakan. Reza merasa heran dan ia pun ikut menangis.


"Bagaimana, maukah kamu menikah denganku?"


Rita menganggukkan kepala.


"Aku butuh suaramu langsung."


"Ya, aku bersedia hidup denganmu Mas walau aku hanya seorang janda beranak satu dan buruh cuci baju. Semoga Mas enggak menyesal memilihku."


"Alhamdulillah." Ardi mengusap muka. "Nanti setelah kita menikah, kamu enggak akan lagi jadi buruh cuci baju orang lain. Aku tak ingin kamu kelelahan."


Rita tersenyum dan mengangguk. Ia merasa sangat bahagia memiliki calon suami yang begitu baik dan perhatian padanya.


Ardi mengangkat Reza dan menciuminya. "Mulai sekarang Dek Reza panggil Om dengan sebutan ayah. Coba panggil aa-yah!"


Reza mengikuti ucapan Ardi. Rita tertawa melihat tingkah Reza dan Ardi.


Mereka akan menjadi keluarga seutuhnya.


Saat cinta dipegang utuh tanpa berusaha menodai kesuciannya, maka cinta sejati akan dipertemukan kembali. Menangislah dalam doamu untuk segera menemukannya. Hiks.


Kang Jay

Teh

<p style="margin:0;">Bila kita merasa sedang memikul beban berat, kita akan takjub betapa duduk-duduk minum teh hangat bisa membantu meringankan beban itu. Paling tidak untuk saya, secangkir teh bisa memberikan pengaruh luar biasa. terutama di pertengahan pagi dan siang hari pada waktu saya merasa perlu rehat sejenak dari beban pekerjaan sehari. </p><p style="margin:0;"><br />

</p><p style="margin:0;">Tentu saja, ada orang yang lebih memilih secangkir kopi, tetapi untuk peminum teh seperti saya ini dan mereka yang lebih suka minuman yang tidak terlalu mempercepat degup jantung, melainkan mencari relaksasi dan kejernihan pikiran, secangkir teh terasa lebih pas. Dan dalam hal ini saya tidak menyarankan semua jenis teh yang sudah lama diseduh dalam air panas dan dikacaukan pula dengan sesendok penuh gula sampai yang terasa di indra pengecap hanyalah kemanisan yang membuat gigi ngilu. </p><p style="margin:0;"><br />

</p><p style="margin:0;">Alih-alih, pilihlah jenis teh dengan seksama. Sebaiknya pilihlah teh hijau yang mengandung beragai zat antioksidan dan manfaat untuk kesehatan kita. Masukkan teh celup atau bubuk daun teh ke dalam poci yang sudah lebih dulu dipanaskan dengan air panas dan tuangkan air mendidih. Biarkan teh terseduh selama beberapa menit sebelum menuangkannya ke dalam cangkir. </p><p style="margin:0;"><br />

</p><p style="margin:0;">Saya tidak menyarankan penambahan susu atau gula. Bukan juga teh berkualitas tinggi, kegemaran saya adalah teh hijau melati, akan membuai lidah dengan citarasanya yang lembut tapi kuat dan melingkupi diri kita dengan perasaan relaksasi yang nyaman dan menenangkan. </p><p style="margin:0;"><br />

</p><p style="margin:0;">Begitu teh yang baru diseduh sudah tersaji di depan kita, seruputlah sedikit, rasakan aromanya di mulut sebelum menelannya, pejamkan mata agar dapat menikmati sensasi hangat di lidah dan duduklah dengan nyaman untuk merasakan efeknya seutuhnya. </p><p style="margin:0;"><br />

</p><p style="margin:0;">Tak lama, kita akan merasa bahwa beban berat dengan segala masalah dan kecemasan yang menyertainya pun terangkat, membuat kita merasa tenang dan berdamai dengan diri sendiri. Lelah raga, lelah hati, lelah rindu dan kangen eeaa akan hilang dengan perasaan nikmat ini. Apa lagi yang kita dambakan selain perasaan nikmat ini?.</p><p style="margin:0;"><br />

</p><p style="margin:0;">Kang Jay</p><p style="margin:0;"><br />

</p>


Mungkin suatu ketika, kita pernah merasakan hal ini, Tak Berubah. Waktu terasa berjalan sedemikian cepat, baru beberapa waktu yang lalu kita ulang tahun, tapi sekarang sudah mau ulang tahun lagi. Parahnya, pergantian usia itu terasa statis. Tidak ada perbedaan yang berarti antara kita setahun yang lalu dan kita di tahun ini.


Kita mungkin pernah merasa, waktu berjalan begitu cepat, tetapi tidak ada nilai tambah di dalam diri kita. Baik itu pertambahan ilmu, pertambahan kualitas dan kuantitas ibadah, pertambahan kontribusi bagi sesama, pertambahan kondisi finansial, dan lain-lain. Yang ada hanya tambah tua, tapi kita tak tambah yang lainnya. Singkatnya, kita tetap seperti yang dulu.


Jangan keburu bangga ketika bertemu dengan kawan yang lama tak berjumpa, setelah ngobrol panjang lalu dia bilang, “Kamu tetap kayak dulu. Nggak ada yang berubah”. Karena tidak berubahnya kita bisa jadi adalah kesalahan kita dalam mengisi usia selama ini. Masa kita setahun yang lalu sama dengan kita di hari ini? Ini, kan rugi. Mengapa rugi? Gimana nggak rugi, kita makin mendekati kubur, tapi kita tidak semakin baik dari hari ke hari.


Ada yang mengatakan bahwa waktu adalah uang. Di lain tempat ada yang bilang bahwa waktu adalah emas. Bahkan nasihat bijak mengungkapkan bahwa waktu adalah pedang. Bergantung pada siapa pemegangnya, bergantung pada siapa pemilik dan pengendalinya.


Dua orang prajurit yang sama-sama punya pedang, tetapi hasilnya bisa berbeda. Yang satu bisa jadi mengalahkan lawan-Iawannya, yang satu bisa jadi tertebas oleh pedangnya sendiri.


Begitu juga kita. Masing-masing kita sudah dibekali dengan waktu. Tinggal terserah kita. Waktu itu kita gunakan untuk aktivitas yang baik atau yang buruk. Yang pasti, baik kita isi untuk hal yang hebat atau untuk perkara yang tidak penting, waktu kita tetap berjalan menuju titik nol.


Silakan Anda renungkan sejenak, apa sih hakikat waktu bagi kita? Ya, waktu yang kita jalani detik demi detik, jam demi jam, hari demi hari, hakikatnya adalah perjalanan usia kita. Kalau detik demi detik itu kita anggap remeh, sehingga ludes untuk hal yang tak penting, maka hakikatnya kita sedang membiarkan usia kita tergerus untuk yang tak penting.


Begitu juga sebaliknya, ketika kita menghargai detik demi detik waktu yang kita jalani, saat itu pula kita sedang menghargai umur kita. Penghargaan terhadap umur adalah salah satu wujud syukur kita kepada Allah yang masih memercayakan pada kita usia hingga hari ini.


Karena waktu adalah amanah atau titipan, maka perjalanan usia ini nantinya akan kita pertanggungiawabkan di hadapanNya. Berupayalah sebaik mungkin untuk memanfaatkan waktu seproduktif mungkin. Semoga ketika kelak Allah bertanya tentang untuk apa umur kita habiskan, kita bisa menjawabnya dengan jawaban yang elegan.


Kang Jay

Saya pernah bertanya kepada para bule tentang budaya nembak apakah ada dinegara mereka, kemudian mereka geleng-geleng. Ya, boleh dibilang budaya menembak lebih banyak adanya di Indonesia. Entah dari mana asalnya. Coba ingat-ingat, kapan pertama kali kita mendengar bahwa bila seorang pria ingin menjadi kekasih seorang wanita, maka ia harus bertanya dan meminta ijin dahulu pada sang wanita.


"Aku suka kamu.. mau gak kamu jadi pacarku?".


Bila kita saat ini masih duduk di bangku sekolah dan memakai seragam SMP/SMA, maka silakan saja kita lakukan hal ini. Silakan saja menembak. Karena hanya itu metode yang kita ketahui. Karena toh, kita juga belum berpengalaman.


Pria nembak disini juga bukan ala-ala sosmed atau gaya beberapa pria di AN:

- Belum kenal, ujug-ujug inbox bilang "Akhti maukah menikah dengan Ana". Padahal setidaknya ada tahap ta'aruf untuk mengenal dulu kemudian menembak, yah minimal satu kali pertemuan.

- Belum pernah bertemu atau vicall hanya ngobrol bentar lewat WA, ujug-ujug bilang di WA "Dinda maukah engkau jadi pacarku".

Gaya-gaya ini kalau diotak pria biasa tipe C/D (bukan pria playboy tipe A/B) adalah untuk tes pasar aja, apakah mereka masih laku dan mampu menaklukkan cewek, ini akibat meraka kurang PD dikehidupan nyata. Ya, hanya untuk pengakuan diri bukan untuk serius. Pria playboy tipe A/B biasanya malah lebih elegan, mereka pilih wanita cantik baik-baik dan merencanakan hubungan pacaran namun untuk hiburan saja, tidak lebih. Saya yakin wanita punya insting mana pria yang niat serius mana yang mau main-main atau playboy he he.


Saya pernah mendapat curhat dari wanita AN usia 30 tahunan, "Kang, saking seringnya saya dapat inbox pria ngajak nikah, saya iseng iyain terus bertukar no WA, setelah saya add kok diam seribu bahasa kagak seperti di inbox ngebet ngajak nikah. Jadi sebenarnya pria AN serius tidak, atau sedang main di Sosmed aja?". Saya tidak bisa berkata apa-apa. Pria serius tentu tidak semudah itu menembak di awal sekali.


Jadi yang saya bahas disini adalah pria dewasa yang serius nembak bukan main-main, dan setidaknya pernah sekali tatap muka. Nah bila kita pria adalah seorang pria dewasa yang menginginkan wanita dewasa untuk menjalin sebuah hubungan percintaan yang dewasa pula, maka menembak jelas bukan cara yang tepat.


Ada dua alasan utama mengapa menembak itu sebuah KESALAHAN BESAR:


Pertama. Ketika kita pria menembak, maka kita sedang menyerahkan seluruh kebahagiaan diri dan nasib kehidupan percintaan kita dalam tangan sang wanita. Bila sang wanita berbaik hati, maka dia akan menerima kita dan kita akan bahagia. Bila tidak, maka dia menolak kita dan membuat kita menderita. Ini membuat kita berada pada posisi yang lemah dan kurang menguntungkan. Kita menaruh kebahagiaan kita dalam kendali tangan sang wanita. Berarti kita yang lebih membutuhkannya. Ini jelas bukan sebuah hubungan yang mutualisme dan seimbang.


Kedua. Ketika kita menembak, kita menaruh sebuah tanggung jawab yang besar pada pundak sang wanita. Kita memaksanya untuk mengambil keputusan yang penting bagi hidupnya. Ketika ditembak, wanita menjadi ragu dan dilema. Banyak hal yang harus dia pertimbangkan. Bila dia menerima kita, tapi ternyata nanti hubungan tersebut tidak berjalan baik maka berarti itu adalah kesalahannya.


Dengan kata lain, kita lepas tanggung jawab. Kita memberikan sebuah beban pada sang wanita, sebuah beban yang seharusnya menjadi tanggung jawab kita sebagai seorang pria.


Dan jelas, tidak ada orang yang ingin disalahkan. Karena itu, wanita cenderung menolak. Itu adalah pilihan yang lebih mudah baginya!.


Kebanyakan pria tidak mengetahui bahwa ada banyak cara lain untuk memulai dan menjalin sebuah hubungan spesial dengan wanita TANPA HARUS MENEMBAK!


Cara yang lebih dewasa, elegan, dan romantis. Cara yang tidak membuat wanita jadi terbebani dan bingung, tapi justru menunjukkan tanggung jawab dan kepemimpinan sebagai seorang pria sejati.


Kita mungkin sering mendengar bahkan mengalaminya: "Awalnya sudah lumayan bagus, dia mau di ajak jalan, sering WA dan vicall, dll. Tapi setelah saya nembak, dia langsung berubah 180 derajat. Tidak mau lagi di ajak keluar dan sering tidak membalas WA saya apalagi mengangkat vicall saya.."


Sobat, kita ditolak karena kita menembak! Bila kita tidak menembak, maka kita tidak akan ditolak, bukan?


Ini pernyataan yang sangat logis.


Tidak paham? Coba saya jelaskan sedikit.


Bayangkan kita adalah seorang pria mapan, sukses dan memiliki pergaulan yang luas. Kita tidak mempunyai masalah baik dalam percintaan ataupun sosialisasi. Kita di kelilingi oleh banyak teman baik wanita maupun pria. Kita adalah sosok pria yang berkualitas. Sosok pria yang memiliki nilai tinggi.


Apakah pria berkualitas tersebut akan mengumbar perasaannya pada wanita dan meminta ijin untuk menjadi kekasihnya?


Apakah Nicholas Saputra atau Afghan akan menembak wanita? Apakah kita pikir Ardi Bakrie menembak Nia Ramadhani ketika memulai hubungan mereka?


Saya rasa tidak.


Seorang pria berkualitas MEMILIH wanita mana yang dapat masuk dalam hidupnya. Pria berkualitas tidak mencari validasi dan pengakuan dari wanita yang disukainya. Dia tahu wanita tersebut MEMANG dan SUDAH menyukai dia.


Mungkin ada yang janggal dari cerita di atas. Bagaimana caranya si wanita dapat menjadi tertarik pada pria itu jika si pria tidak menyatakan/menunjukkan perasaannya?


Jawabannya adalah dengan kualitas yang dia miliki. Dengan sikapnya. Dengan kepribadiannya. Kita tidak harus menunjukkan ketertarikan lewat kata-kata. Yang seperti itu justru lebih powerful dan bernilai.


Simplenya seperti ini, sebuah produk berkualitas tidak akan meminta kita untuk membeli produknya secara gamblang. Kita tidak pernah melihat sebuah iklan yang tagline nya "BELI, DONG" khan?.


Instead, mereka menunjukkan seberapa berkualitas produknya, dengan cara, mungkin mencantumkan Nutrition Facts jika produk tersebut adalah food & beverages, sudah berapa lama produk tersebut beredar, direkomendasikan oleh para pakar, dan lain-lain.


Jika kita menunjukkan perasaan kita (menembak) atau dalam kasus sebuah produk, menyuruh konsumen untuk membeli produk kita, mungkin kita akan menghadapi penolakan.


Hal yang sama berlaku pada pria. Kita harus memiliki kualitas tersebut terlebih dahulu untuk dapat membuat wanita tertarik.


Jadi, daripada menembak, lebih baik kita berfokus pada kualitas diri kita dan jika saatnya sudah tiba, kita hanya perlu menyeleksi dan menentukan wanita beruntung mana yang akan menjadi pendamping Anda di pelaminan nanti :)


Namun ingat, hari itu tidak akan datang sebelum kita memperkaya diri kita dengan kualitas-kualitas yang membuat wanita tertarik.


Masih mau menembak?.


Kang Jay


Dodi dan Kartika adalah pasangan berusia belum 30 tahun. Kartika diusia 26 tahun baru memulai pekerjaan baru, sempat di awal pernikahan mereka, Kartika ingin menjadi IRT namun 3 tahun belum juga dikaruniai anak sehingga dia kesal dirumah dan memutuskan bekerja lagi.


Sejak mulai bekerja lagi, berat badan Kartika bertambah, dan dia mulai bekerja sangat keras; seluruh waktu dan energinya dicurahkan untuk memberi kesan bagus di pekerjaan. Kartika merasa benar-benar tidak menginginkan seks lagi. Dodi heran karena ketika dia pindah kerja 2 tahun lalu dan memulai pekerjaan baru yang juga berat, dia justru semakin menginginkan seks ketimbang biasanya. Begitu Dodi berhasil membuat Kartika terangsang, Kartika menikmati seks dan bisa mencapai orgasme. Bahkan Kartika suka ingin memulai dimalam sepulang kantor. Sedang Dodi lebih suka serangan fajar.


Akan tetapi ketika Kartike bekerja, Kartika tidak pernah merasa ingin memulai. Sebenarnya ini adalah keluhan yang paling umum di antara perempuan pekerja yang datang ke Psikolog.


Bagi wanita kadang tampak cukup sepele bilang seperti: “Sayang, aku lelah sekali. Aku belum makan, pekerjaan benar-benar berat hari ini. Aku ingin sekali berpelukan di ranjang sebentar. Tetapi, sungguh, aku hanya ingin makan, menonton TV, lalu tidur. Tidak apa-apa, kan?”. Sang suami mungkin mengatakan tidak apa-apa, tetapi jauh di dalam, struktur purba otak pria akan mengambil alih bahwa itu adalah alarm masalah. Ingat, pria normal memikirkan seks benar-benar setiap menit. Jika si wanita tidak menginginkan seks, itu bisa mengisyaratkan ketertarikan yang mulai hilang atau mungkin ada laki-laki lain. Dengan kata lain di otak pria: cinta mulai pudar. Aneh ya, namun itulah apa yang ada di otak pria. Makanya suka terlihat keluarga bahagia yaitu saat sang Istri rajin memulai dan hot diranjang. Ah ini sebenarnya rahasia umum sih, perempuan suka pura-pura lupa: jika urusan perut kebawah lancar maka pria akan gelang-geleng bahagia.


Lanjut. Dodi bersikeras bahwa mereka harus menemui Psikolog untuk mendapat semacam bimbingan karena Dodi yakin bahwa Kartika tidak mencintainya lagi atau, yang lebih buruk, Kartika berselingkuh.


Sewaktu si Psikolog membahas perbedaan antara otak laki-laki dan perempuan, Kartika sadar bahwa otak Dodi memberikan reaksi tak terduga terhadap ketidakinginan Kartika dalam berhubungan seks. Otak Dodi menafsirkan tidak adanya hasrat fisik itu sebagai, “Dia tidak mencintai saya lagi.”. Setelah beberapa session bertemu Psikolog, akhirnya Kartika mulai bersikap lebih simpatik terhadap arti seks bagi suaminya.


Kalau boleh saya bilang, keadaan ini persis seperti apa yang terjadi pada perempuan. Bagi perempuan, bukanlah seks yang menjadi masalah, melainkan KOMUNIKASI VERBAL. Suka kita amati umumnya bagi wanita usia 35 tahun keatas maka banyak yang menempatkan urusan seks bisa diurutan ke-7, bahkan saat usia 40 tahun keatas menjadi diurutan ke-77, gak tau usia 50 tahun keatas apakah diurutan ke-777, sebenarnya ini kondisi "nighmare" bagi pria disegala usia yang masih ON terus ha ha sehingga kami pria perlu didoping puyer bintang toejoe agar rada OFF juga. Lanjut. Sehingga pada perempuan, jika sang pacar atau suami tidak lagi berbicara dengannya atau berhenti bereaksi dari segi emosi, perempuan akan berpikir bahwa pasangannya tidak menyukainya. Dia pun mengira kalau dia sudah melakukan kesalahan, atau menganggap pasangannya tidak lagi mencintainya. Dia akan panik karena merasa kehilangan laki-laki itu. Dia bahkan mungkin mengira bahwa pasangannya berselingkuh. Kemudian Dia akan mencari-cari si perempuan itu, walau belum tentu ada. Itulah otak perempuan, bener apa bener......


Balik lagi. Padahal Kartika selama bekerja itu sungguh-sungguh hanya lelah dan tidak merasa dirinya menarik, tetapi pikiran yang menguasai pikiran Dodi adalah bahwa Kartika sudah tidak cinta lagi. Dodi mulai tampak cemburu dan posesif karena realitas biologisnya membuatnya mencari-cari si laki-laki lain itu. Jika Kartika tidak mau berhubungan seks dengannya, istrinya itu pasti melakukannya dengan orang lain. Aneh ya pikiran pria. Bahkan pikiran pria makin liar, seandainya dia menjadi Kartika, maka dia sendiri akan berbuat begitu. Makin aneh kah pikiran pria? Itulah kami kaum pria he he. Jadi simple ya, jika sang suami Anda dimasa depan yang sebelumnya hot mendadak dingin, cek & ricek ya ha ha ha..........


Akhirnya Kartika memahami semua ini, dia memberi tahu Dodi bahwa dia baru memahami bahwa seks bagi seorang laki-laki adalah sama pentingnya dengan "komunikasi verbal" bagi seorang perempuan. Dia tertawa ketika Dodi berkata. “Bagus. Ayo kita lebih sering melakukan KOMUNIKASI PRIA.”


Dodi akhirnya mengerti bahwa Kartika memerlukan lebih banyak waktu untuk pemanasan, dimaklumi lah efek kelelahan kerja pada Kartika. Kartika pun menyadari kebutuhan Dodi untuk diyakinkan bahwa dia dicintai. Dan, begitulah, mereka melakukan lebih banyak “Komunikasi Pria”, dan tetap mempertahankan "Komunikasi Verbal".


Keluarga merekapun kembali bahagia. Setelahnya, mereka bertekad ingin segera punya momongan dengan mengikuti program bayi tabung. Walau ratusan juta harus mereka keluarkan, akhirnya ditahun kelima mereka dikaruniai anak kembar hasil program bayi tabung itu.


Bagi yang belum punya keluarga bahagia, segera menikah ya. Termasuk yang nulis, ealah....


Kang Jay


Jangan. Jangan kirimkan foto itu.


Ini bukan cerita dibuku stensilan yang mudah didapat dulu di terminal tapi ini kisah cinta yang mudah ditebak. Begini alurnya:


Episode 1

Kalian berkenalan di media sosial atau bahkan di AN ini. Berbincang sederhana, bertukar informasi-informasi kecil. Dan ternyata, kalian tinggal di pulau yang sama, tetapi terpisah jauh. Dia di barat, kau di timur.


Episode 2

Bulan-bulan telah berlalu, dan percakapan kalian semakin intens. Tak lagi di AN, tak lagi medsos. WA sudah jadi tempat nongkrong kalian. Dan, ada satu hal baru: aku tak tahu apakah kalian sudah saling bertemu; yang kutahu kalian sudah saling merasa. Saling mengirim kode dan sinyal.


Episode 3

Kalian jadian. Sesederhana itu. Semudah itu. Sebahagia itu.


Episode 4

Episode penuh keromantisan. Ucapan selamat pagi. Menukar foto baru bangun tidur. Saling mengirim foto untuk kegiatan hari itu. Telepon berjam-jam di malam hari. Video chat sampai tengah malam. Kata-kata seperti aku-kangen, pengen-cepet-ketemu, aku-sayangbanget-sama-kamu mengudara dalam ruang komunikasi. Romantis, membahagiakan, menenangkan.


Episode 5

Sudah berbulan kalian berhubungan. Dia meminta foto itu.

“Ini buat aku aja, Sayang.” “Bakal langsung aku hapus, kok, Sayang.” “Nggak usah takut, gimana pun bentuk badanmu, aku tetap sayang. Malah makin sayang."


“Masalahnya, kita LDR terus, Sayang. Aku nggak pernah macem-macem di sini. Aku setia sama kamu. Aku maunya sama kamu. Aku janji bakal selamanya sama kamu.”


Kau memang cinta, tetapi tak sebodoh itu. Di episode ini, hubungan kalian merenggang. Kata putus nyaris meluncur dari mulutmu.


Episode 6

Dia datang kembali, memohon maaf, meluluhkan hatimu dengan janji manisnya.

Kau sudah cinta, cinta yang mendalam, maka kau membuka hatimu untuknya. Kalian kembali.


Episode 7

Kali ini, dia bermain lebih cantik, Lebih rapi.

Dia selalu tahu cara menyenangkan hatimu, melemahkan seluruh saraf dalam hatimu, menyebarkan cinta yang berlebihan ke seluruh sudut hatimu.

Membuatmu cinta buta kepadanya. Dan, saat dia tahu kau sudah sangat sayang kepadanya, dia mengulang apa yang dia lakukan di episode lima. Meminta foto itu. “Tapi, aku takut...,” katamu. Dia berusaha meyakinkanmu, menenangkanmu.

“lni cuma buat aku. Aku kangen banget sama kamu. Aku sayang kamu. Kamu sayang aku juga, kan?” Dan malam itu, di depan cermin, kau memotret dirimu, hanya dengan pakaian dalam.


Episode 8

Akhir-akhir ini, hatimu melambung. Dia lebih baik kepadamu. Dia selalu memujimu. Dia memuji tubuhmu yang tak sempurna, Dia memuji bekas luka yang tak pernah pudar di lenganmu. Dia mencintai setiap sudut pada tubuhmu, dalam dirimu. Dan, dia senantiasa mengungkapkan itu dalam suaranya yang dalam, di tengah malam saat kau kesepian.


Tenggelamlah dirimu dalam lautan cinta. Sayangnya, dia adalah ombaknya. Malam itu, dia meminta foto itu lagi. Kali ini, tanpa busana.

Kau menolak. Tetapi, dia mengancam. Sebab dia tak pernah menghapus fotomu yang dulu. Tersimpan rapi di memori ponselnya. Dilihatnya berulang kali, pada saat-saat tertentu.


Tak punya pilihan, kau melakukan apa yang dia minta. Dan, kau tak pernah setersiksa ini dalam sebuah hubungan.


Episode 9

Dia terus meminta, meminta, meminta. Foto yang baru, pose yang lain, sudut yang berbeda, begini, begitu. Dan, kau tak pernah punya pilihan. Tak mau menuruti? Dia mengancammu: putus dan fotomu disebar.

Meminta bantuan orang lain? Ini aib yang terlalu memalukan. Membawa ini ke jalur hukum? Kau terlalu pusing memikirkannya, tak tahu caranya. Tetap bertahan? Kau sudah tak sanggup.


Episode 10

Bulan-bulan berlalu, foto-foto lain terkirim. Namun, akhir-akhir ini, dia sudah bosan.

Di satu sisi, kau lega. Sudah jarang dia meminta foto-foto itu. Namun, rasa lega itu hanya sebentar. Sebab saat kau berjalan keluar rumah, kecemasan menyebar di seluruh tubuhmu. Seolah semua orang sedang menatapmu. Seakan orang-orang akan tahu rahasiamu.


Di sisi lain, kau nelangsa. Kerelaanmu dulu, rasa sayangmu yang besar, perhatianmu; semuanya tak lagi digubris olehnya. Dia sudah jarang mengirim pesan. Pesan darimu? Lama sekali dibalas. Dengar-dengar, dia dekat dengan perempuan lain. Seakan apa yang kau lakukan dulu tak ada lagi harganya. Kau digantung dalam hubunganmu sendiri. Hati dan rahasiamu ada dalam genggamannya. Segalanya serbasalah.


Episode Terakhir

Hutan belukar selalu punya jalan keluar; lorong gelap selalu punya ujung cerah; pun setiap permasalahan pasti ada solusinya.


Kau mungkin bisa mempelajari hukum dari masalah ini, bertanya kepada orang-orang yang lebih ahli di bidangnya, berkonsultasi dengan orang-orang yang bisa kau percaya dan memikirkan strategi bersama.


Namun, jika kau benar-benar tak tahu harus memulai dari mana... maka, hamparkanlah sajadahmu, panjatkanlah doa dengan sungguh-sungguh, penuh keyakinan, terimalah bahwa ini merupakan kesalahan, tetapi yakinlah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, karena...


Lalu, perbaiki shalatmu. Perhatikan caramu berwudhu, gerakan, dan bacaan shalatmu, sudahkah kau melakukannya dengan benar?

Belajarlah, bersabarlah, berdoa, yakinlah.

Mungkin, ini terlihat seperti... tak masuk akal.

Bagaimana bisa hidup berubah bila kau hanya memperbaiki dirimu di hadapan Tuhan yang Maha Esa semata?


Tetapi, aku melihatnya begini: kau sedang memperbaiki hidupmu di hadapan Tuhan yang Menciptakanmu, yang Menciptakannya, yang Menciptakan seluruh alam semesta, yang Mengatur tata surya yang kompleks dengan sempurna. Bagaimana mungkin Tuhan yang Mengatur seluruh alam semesta ini dengan sempurna tak dapat memperbaiki hidupmu yang tak ada apa-apanya dari kompleksnya alam semesta ini?

Percayalah, segalanya akan membaik.

Mungkin, dia akan berhenti meminta foto itu.

Mungkin, dia tak pernah lagi menghubungimu.

Mungkin, dia sudah bosan. Mungkin, dia akan berselingkuh dengan perempuan lain, memaksanya menghapus semua jejakmu, termasuk foto-foto itu. Memang, ini akan sangat menyakitkan. Tetapi, ini adalah titik balik bagi hidupmu. Kau bebas.


Dan, jika sewaktu-waktu dia mengancammu, sekuat apa pun ancaman itu, kau lebih dekat dengan Tuhan yang Maha Kuasa atas Segala Sesuatu, dia bisa apa?


Sebelum ini semua terjadi, jangan, jangan kirimkan foto itu.


Dan, mari perbaiki diri sejak dini.


Kang Jay


Ada curhat dari seorang pria single usia 30-an:

"Kang, saya pernah habis-habisan untuk seorang wanita, menelepon/WA setiap saat, memberikannya hadiah, menjadi sopir pribadinya, traktir sana sini, mendengarkannya curhatnya, menyatakan perasaan tulus saya. Bahkan membelikannya laptop, menjatahnya uang bulanan termasuk meminjaminya kartu kredit untuk dipakai dengan bebas, bahkan meminjaminya mobil jazz saya full tank sementara saya dengan rela naik motor ke mana-mana, dan hasilnya adalah hanya rasa sakit hati."


Ya, mungkin kita sudah sering melihat atau mendengar cerita dari sesama pria seperti diatas, bahkan mengalami sendiri dimana selama ini kita telah menunjukkan 'ketulusan' kita setiap kali kita mengejar seorang wanita. Padahal kita dengan senang hati memberikan seluruh perhatian untuknya, dan segala macam cara-cara lainnya. Dan hasilnya: bukannya menjadi tertarik, si wanita malah menolak kita dan pergi menjauh karena merasa tidak nyaman dengan semua 'ketulusan' kita tersebut.


Bahkan setelah mendapat pengalaman diatas, kita masih juga berpikir untuk terus melakukan itu semua, karena di dalam kepala kita masih terbersit pikiran bahwa MUNGKIN suatu saat si wanita akan menyadari ketulusan kita. Yang kemarin belum menyadari ketulusan kita. Ealah....


Saya sarankan segera tampar pipi anda sekarang juga! Sudah?


Bagus! Sekarang silakan melanjutkan baca blog ini.


Coba bayangkan skenario ini: Bayangkan jika kita adalah seorang pria idaman yang selalu dikejar-kejar wanita. Apakah kita peduli jika wanita yang mengejar kita menunjukkan ketertarikan dengan sangat genuine dan tulus, tapi berpenampilan pas-pasan dan bertingkah tidak seperti layaknya seorang wanita?.


Mana yang akan kita pilih? Wanita berpenampilan menarik, berperilaku kewanitaan, namun terlihat agak arogan dan jual mahal, atau wanita biasa yang tidak dapat merawat dirinya, tidak fashionable, namun menunjukkan ketertarikan dengan sangat tulus dan jujur?'.


Atau tidak perlu berkhayal jauh-jauh, mari lihat kenyataan sehari-hari saja. Saat ini ada wanita yang sedang berusaha mendekati Anda. Mereka menunjukkan ketertarikan dengan tulus, memberikan perhatian, membelikan hadiah untuk Anda, dan segala macam cara lainnya, namun Anda sama sekali tidak tertarik dengan mereka.


JADI sederhana saja:

ketulusan cenderung sama sekali tidak memicu rasa ketertarikan atau suka.


Ketulusan cenderung sama sekali tidak memiliki hubungan apa-apa dengan daya tarik.


Ketika kita melihat seorang wanita yang cantik dan menarik di mall, apakah kita langsung berpikir, "Apakah wanita ini tulus? Jika ya, maka saya akan menyukainya"? Tentu tidak! Dan hal yang sama pun terjadi pada wanita. Ketika seorang wanita bertemu dengan seorang pria, sama sekali tidak ada pikiran soal ketulusan dalam kepalanya. Karena memang bukan itu yang membuatnya tertarik.


Coba kita bayangkan wanita-wanita yang telah menolak kita selama ini, dan bayangkan apabila Nicholas Saputra atau Afghan mendekati mereka dengan sedikit arogan dan sama sekali tidak menunjukkan ketertarikan. Apakah mereka akan menolaknya? Apakah mereka akan berkata, "Ah dia tidak tulus.. saya tidak tertarik dengan pria yang tidak tulus.." Tentu tidak!


Wanita tertarik pada pria yang memang menarik! Cenderung tidak ada hubungannya antara ketulusan dengan daya tarik seseorang.


Pikirkan itu baik-baik...


Terlihat arogan itu wajar-wajar saja jika kita memang memiliki nilai-nilai yang tinggi. Kita tidak akan dengan sembarangan membuka diri pada siapa saja, kita hanya menunjukkan ketertarikan untuk orang yang layak mendapatkannya. Coba lihat bigboss kita di kantor. Bigboss tidak mungkin menunjukkan ketertarikan pada seorang staff biasa. Tapi justru itu yang membuat bigboss terlihat berkharisma. Karena ia tahu kualitas dirinya.


Jika kita adalah pria bernilai tinggi, kita akan MEMILIH siapa yang layak untuk mendapatkan kita. Istilahnya, jika kita adalah seorang sultan, tentu pasangan yang akan kita pilih adalah seorang putri atau yang berasal dari keluarga bangsawan juga.


Namun kita tidak harus berlagak sombong dan arogan untuk menjadi seorang pria menarik. Dengan merubah penampilan, sikap, pembawaan, sampai cara bicara kita, itu yang menyebabkan orang-orang di sekitar kita menganggap kita menjadi "arogan" dalam artian telah berubah. Banyak orang tidak berani mengecam orang lain yang berani mengambil langkah tersebut diatas. Ini adalah kasus yang umum terjadi di mana-mana.


Jadi menjadi pria menarik sama sekali tidak ada hubungannya dengan being arrogant.. namun being different bisa dikatakan lebih tepatnya.


Kita bisa lihat pria menarik disekitar kita, mereka bukan arogan namun mereka bahkan menjunjung tinggi nilai-nilai brotherhood. Penuh senyum, hangat, asik, penuh apresiasi dan haus untuk belajar.


Ingat, prinsip dasar dari semua ini adalah kita ingin menunjukkan bahwa kita adalah pria yang berbeda dan menonjol. Kita bukan hanya sekedar face in the crowds, tapi kita adalah pria unik dan berkualitas yang tidak dapat diperlakukan semena-mena oleh wanita. Yang hanya DICARI ketika dibutuhkan dan DIBUANG saat sudah tidak dibutuhkan. Dan kita tidak bisa mendapatkan kharisma tersebut hanya dengan bersikap tulus, jujur dan apa adanya.


Jangan salah, saya tidak mengajarkan agar kita bersikap manipulatif, menjadi pembohong dan penipu. Jelas tidak! Justru saya membenci pria-pria yang seperti itu..


Saya sedang memaparkan bahwa yang kita butuhkan untuk membuat wanita tertarik pada kita bukanlah ketulusan, melainkan kepribadian yang memang menarik. Jadi daripada memusingkan soal ketulusan, lebih baik kita memfokuskan seluruh usaha kita untuk menjadi pria yang menarik di mata wanita. Karena apabila KITA MEMANG PRIA TULUS MAKA KETULUSAN ITU TIDAK AKAN HILANG. Yang perlu kita lakukan adalah MEMBUNGKUS ketulusan tersebut dengan lebih menarik.


Ketulusan itu perlu, karena sebagai pria menarik salah satu hal yang harus dimiliki adalah integritas. Namun pria menarik mengekspresikan ketulusan dengan cara yang smart dan membuat wanita penasaran. Bukan dengan cara-cara yang merendahkan diri sendiri dan membuang harga diri sebagai seorang pria.


Contohnya daripada mengatakan, "Mata kamu bagus sekali..", lebih baik mengatakan, "Aku suka bulu mata kamu. Panjang dan lentik.. persis seperti barongsay."

Daripada mengatakan, "Kamu cantik deh..", lebih baik mengatakan, "Kamu mirip bintang film yang paling aku suka dari kecil.. Doraemon." Silakan saja kita coba sendiri cara ini, maka si dia akan memukul atau mencubit lengan kita dengan gemes.

Contoh lain daripada kita meminjamkan mobil kita lebih baik kita yang mengantarkannya, namun dalam artian tidak SIAP GRAK setiap saat dia minta maka kita iyakan. Sesuaikan dengan jadwal kita dan jangan takut menolak. Bahkan jika kita lelah sehabis bekerja, itu manusiawi.

Sedangkan, kalau sampai belikan laptop, menjatah bulanan dan kasih kartu kredit menurut saya 'ketulusan' yang ngarep bahkan merendahkan harga diri. Pun kita sultan maka sang tuan putri adalah dari keluarga terpandang yang bisa memenuhinya sendiri.


Apakah kita tulus? Ya. Kita menyatakan bahwa kita menyukainya. Apakah dia tahu kita menyukainya? Ya. Dia tahu. Tapi kita mengungkapkan ketertarikan kita dengan cara yang tidak pernah dipakai oleh pria-pria lain yang selama ini selalu menjilat dan ngarep padanya. Dengan cara yang atraktif dan menarik. Yang menunjukkan bahwa kita memang tertarik padanya, tapi bukan berarti dia bisa MACAM-MACAM terhadap kita.


Semoga kita menjadi pria yang menarik di mata wanita. Bukan hanya tulus, tapi jadilah pria tulus yang menarik, guys.


Kang Jay


"Kang, tentang tipe-tipe cewek itu yg akang sebutkan dari Tipe A, B, C dan D, bukannya masing2 masih dibagi2 lagi? Seperti orang yg berwatak sanguinis, melankolis, koleris, dan phlegmatis. Apakah hal2 ini tidak mempengaruhi percintaan? Jika mempengaruhi, seharusnya cowok yg mau pdkt ke cewek kan harus mengenali cewek tersebut, termasuk sanguistiskah atau lainnya. Setelah itu baru memikirkan bagaimana berinteraksi dgnnya. Krn kan tiap watak memiliki reaksi yg berbeda-beda pada suatu hal. Jadi apa prosedur membuka hubungan apakah selalu sama? Atau berbeda?. Thanks.”


Soal kriteria pembagian tipe cewek yang saya sebutkan sebenarnya hanya penyederhanaa saja, untuk memudahkan kita mengklasifikasikannya. Tapi ternyata masih kurang simple buat anda he he.


Walau saya belajar psikologi, namun terus terang saya tidak begitu percaya banget pada teori kepribadian; sanguin, kolerik, phlegmatik dan melankolik. Kita tidak bisa mengkotak-kotakkan kepribadian orang ke dalam satu tipe tertentu, karena psikologi manusia tidaklah sesimple itu. Saya tidak sesimple itu. Anda pun tidak sesimple itu.


Ambil contoh, kita mungkin pernah mengalaminya sendiri. Ketika bersama teman-teman, kita menunjukkan karakter sanguin yang supel dan asyik. Tapi ketika berada ditengah orang-orang yang baru, kita jadi phlegmatis. Di rumah kita kolerik, karena misal kita adalah anak sulung. Dan ketika kita sedang jatuh cinta, tiba-tiba jadi melankolik.


Jadi sebenarnya kepribadian kita itu yang mana? He he he.


Memang banyak dari kita suka memfokuskan mempelajari cewek dan sifat-sifatnya. Namun menurut saya itu kurang tepat, walau kita memang perlu mengerti dan mempelajari wanita, "what women want", tapi fokus utama kita yang dikembangkan harusnya adalah diri kita sendiri.


Ketika kita terlalu memusingkan bagaimana cara orang lain memandang kita, maka kita akan kehilangan pandangan atas diri kita sendiri.


Kita tidak perlu pusing mencari tahu seperti apa kepribadian si cewek, karakternya, wataknya, sifat-sifatnya, apa yang dia suka dan apa yang dia tidak suka, dan segala macamnya. Karena hal itu tidak terlalu ada hubungannya dengan diri kita he he. Kecuali jika sudah ada rencana mau melamar, barulah pelajari karakter watak sifat kesukaan si dia agar kita tidak salah melangkah (pilih istri he he ati-ati lur, jangan lupa sholat) sehingga si dia pas susunya ealah kamsudnya pas dengan kepribadian kita.


Dengan mengetahui semua sifat si cewek itu toh tidak akan membuat diri kita mengalami peningkatan kualitas ditahap awal kenalan. Dan itu tidak akan membantu membuatnya tertarik pada kita, malah saking pahamnya kita disebut cowo ribet bahkan apesnya dikira maho. Walau terus terang saya kadang terseponah dengan maho karena pembawaan dirinya bisa benar-benar pas, sangat luwes dalam bergaul dan wangi rapi, acungi opat jarempol gede, tapi tetap ya hiiiiiiiii....cewe-cewe jutek bin norak harusnya belajar dan di brain wash oleh mereka. Eh ngalor ngidul, lanjut kang.....


Jadi mulai sekarang LUPAKAN soal si cewek dan mulailah fokus pada diri kita sendiri!!!.


Alasan kenapa cewek tidak tertarik pada kita adalah karena diri kita tidak menarik! Jadi lakukan sesuatu untuk membuat diri kita jadi MENARIK.


Daripada menghabiskan waktu dan energi untuk mengenali dan mempelajari kepribadian cewek, kita seharusnya menghabiskan waktu dan energi untuk mengenali dan mempelajari diri kita sendiri.


Karena sebenarnya selama ini kita sudah memiliki semua yang kita butuhkan untuk mendapatkan cewek manapun yang kita inginkan. Hanya saja, karena kita terlalu terfokus pada si cewek jadi kita tidak menyadari hal itu.


Kenali kelebihan dan kekurangan kita. Kenali karakter kita. Kenali sifat dan watak kita. Dan perbaiki semuanya yang kita tahu selama ini selalu menghambat kita untuk mendapatkan kesuksesan yang kita mau. Setelah itu upgrade dan kembangkan setiap aspek dari diri kita secara optimal, dan jadilah pria berkualitas yang tidak akan bisa ditolak oleh cewek manapun bahkan wanita Tipe A yang cantik anggun sholehah terpelajar dan baik hati. Semangat guys......


Saya tahu bahwa berbicara memang lebih mudah daripada melakukan. Setelah membaca semua ini mungkin kita berpikir, "Ya saya ngerti sih kang semuanya. Tapi masalahnya, saya musti mulai darimana? Gimana caranya?". Ayolah, di zaman digital ini bisalah dicari atau baca beberapa blog saya sebelumnya. Isi kelemahan dengan ciri-ciri cowok impian seperti kita misal jangan ngarep (utama), pemimpin berkharisma, suka travelling, sosialisasi baik, jangan suka menjilat, fashionable, jangan "terlalu", dan banyak lainnya. Tapi sebenarnya ada yang bikin semuanya itu bisa termaafkan yaitu jika kita Sultan yang tampan dan kaya raya ha ha ha.


Walau bukan Sultan namun ayo mari kita pria mulai pelajari bagaimana caranya jadi pria idaman wanita, yang sebenarnya selama ini terpendam dalam diri kita dan tidak pernah kita sadari. Munculkanlah guys.....munculkan....


Kang Jay

Pages: « Previous ... 16 17 18 19 20 ... Next »
advertisement
Password protected photo
Password protected photo
Password protected photo