BLOG TULISAN Jayadiningrat

Hati-hati memperistri seorang pedagang. Ketika malam pengantin, mungkin dia akan spontan menawar, "Mau nggak harga segini? Besok harga naik lho!"

Hati-hati memperistri seorang perawat. Pas malam pengantin, mungkin dia akan spontan mengarahkan, "Awas, jangan kebanyakan gerak. Coba istirahat dulu!"




Hati-hati memperistri seorang guru TK. Pas malam pengantin, mungkin dia akan spontan mengingatkan, “Yang depan, luruskan ya. Pinteeer, ayo ulangi lagi!"

Kang Jay

"Jaman sekarang makin susah aja deh nemu pria baik.. semuanya ada motif jelek, bahkan brengsek!”

Ini merupakan keluhan terpopuler yang wanita ungkapkan dalam banyak kesempatan saat saya membaca atau mendengar. Seolah populasi pria impian sudah semakin langka, bersembunyi di balik hutan rimbun yang penuh pohon dan semak belukar nun jauh di sana. Sehingga, muncul ledekan, “Pria itu seperti tempat parkir: yang bagus pasti udah diambil orang!”




Ladies, ijinkan memberi anda beberapa sudut pandang lain dari generalisasi yang sangat merusak itu. Saya akan beritahu di manakah para pria impian Anda berada, beraktivitas, dan menghabiskan hari-harinya.

"PRIA BAIK BERKELIARAN DI MANA-MANA"

Sebagai salah satu pria baik, (note:jangan ditimpuk apalagi di fitnah hwahaha), saya dengan tegas menyatakan bahwa kaum kami yang baik ada di mana-mana. Di lingkungan rumah, di mall, di kantor, di tempat ibadah, di komunitas hobi, bahkan juga di AN yang suka disebut sebagai kampung predator dan scammer.

Pria baik yang menghormati wanita, pengertian, menghargai, pengalah, lembut, penyayang, tulus dan selalu melindungi itu jumlahnya jauuuuh lebih banyak daripada para pria bajingan.

Alasan Anda jarang melihat mereka adalah karena Anda kurang bergaul dan sebagian besar dari mereka takut untuk mendekati Anda.

Rata-rata pria baik terjebak di antara Mati-Gaya-Tidak-Tahu-Apa-Yang-Harus-Dilakukan dan Tahu-Tapi-Kebanyakan-Analisa-Agar-Tidak-Salah-Langkah.

Mereka sangat menghargai, bahkan menyanjung wanita. Mereka juga sangat mendambakan hubungan cinta yang sekali-untuk-selamanya. Tapi mereka terlalu lembek, banyak mikir, dan takut mendekati. Kalau di AN contohnya, contoh aja, saat wanita menulis blog-blog atau comment-comment yang menyunat kejantanan kami berkali-kali. Akhirnya mereka mengkeret, bahkan hanya untuk say 'Hai' saja. Eehhmmm....

Wanita menyunat para pria baik lewat candaan populer, “Cowo itu cuma ada dua: kalo ga bajingan, ya homo!” Wanita menyunat para pria baik lewat kedok isu kesetaraan gender dengan cara mem-bully, membenci, mengkambinghitamkan maskulinitas. Wanita menyunat para pria baik dengan menuntut pria bekerja tiga kali lipat lebih keras demi membuktikan dirinya tidak seburuk yang diduga. Ada segudang pisau yang ditodongkan dan beban yang dipasungkan pada pria. Bener apa bener.

Kalau pria baik mendekati, Anda menganggap dia pasti ada maunya sehingga Anda memberi segudang tes yang mempersulit hidupnya. Tapi kalau tidak mendekati, Anda complain menganggap dia cupu, payah, dan aneh.

Kekacauan itu semua masih ditambah lagi dengan keyakinan pada beberapa wanita untuk pasif menahan diri, ‘jaga image’ dan ‘jual mahal’.. sebuah prinsip yang justru membuat Anda dipandang sebagai obyek untuk dibeli dan dimiliki. Dengan sikap seperti itu, wajar saja Anda jadi lebih sering melihat segelintir pria predator yang tidak tunduk gemetar akan akan datang untuk memerima tantangan permainan Anda. Dipikiran mereka, semakin sulit ditaklukkan semakin mengasyikkan. Sedangkan pria baik hanya bisa memandang Anda sebagai wanita jual mahal yang ada dirak-rak baju yang tidak perlu dicoba karena lihat harganya aja udah bikin gemetaran.

Sesungguhnya pria baik ada banyak sekali dan berkeliaran di sekeliling Anda. Mereka tumbuh dewasa dalam identitas yang membingungkan, kerap meragukan diri sendiri apakah dia memang cukup baik layak untuk mendapatkan Anda.

Sebagian memilih tidak melakukan apa-apa, menyerah berharap pada nasib saja, atau menunggu Anda dekati. Sebagian lainnya berhasil mengumpulkan secuil keberanian untuk mendekati Anda, tapi kemudian terperangkap di lingkaran yang Anda buat.

"PRIA BAIK BERKELIARAN DALAM FRIENDZONE"

Friendzone adalah tempat hangout para pria baik. “Kebaikan, kehangatan, kedewasaan!” adalah motto hidup yang dijunjung tinggi di sana. Mereka menghabiskan hari-harinya belajar dan bekerja keras menjadi orang baik yang selalu baik. Mereka berucap baik, bersikap baik, bermimpi baik, berkontribusi baik pada semua orang. Khususnya pada wanita, mereka juga menawarkan pertemanan yang sangat ekstra baik. Semua mereka lakukan demi menyakinkan diri sendiri dan orang lain bahwa dirinya bukan seorang bajingan seperti stempel yang dimiliki semua pria.

Jika seorang pria baik menyukai dan mendekati Anda, jelaslah dia akan menghujani Anda dengan seribu satu kebaikan demi memenuhi proses seleksi yang para wanita ciptakan. Sialnya adalah Anda bersahabat dengan banyak pria yang bersikap sama, sehingga segudang perlakuan baik itu jadi terasa biasa saja. Semua kebaikan bisa Anda dapatkan dengan mudah dan berlimpah, alhasil Anda tidak tertarik ataupun bergairah akan hal-hal tersebut. Seiring waktu, Anda menganggap semua kebaikan sebagai fasilitas wajar normal dalam persahabatan. Makanya Anda seringkali terkejut atau tidak menyadari bahwa seorang sahabat pria memiliki ekspektasi yang lebih dari sekedar teman.

“Tapi Bro, kamu ngga ngerti,” ucap banyak wanita, “Aku ga mungkin suka sama sahabat sendiri! Ga ada rasa sama sekali, beneran ga boong!”.

Saya sangat mengerti apa yang Anda maksud. Hubungan cinta memang perlu dimulai dari getaran rasa ketertarikan, dan hal itu sulit sekali muncul jika seorang pria baik sudah terlanjur Anda anggap sebagai sahabat.

Ladies, pria baik yang Anda cari sudah ada di antara sahabat-sahabat dekat pria Anda. Pria-pria baik yang bisa membahagiakan Anda sudah ada persis di depan Anda setiap hari. Mereka adalah sahabat setia yang mendengarkan curhatan Anda, menuntun Anda keluar dari masalah, menemani Anda yang merintih galau, sabar menyimak setiap keabsurdan ekspektasi cinta Anda, menahan emosi mendengar kisah kebajinganan kekasih/mantan Anda. Ketika Anda mengeluh sulit mencari pria baik, batin mereka berteriak lirih sunyi, “HEI AKU DI SINI!!! DI SINI!!! DIIIIIII SIIIIIINIIIIIIII!!!” tak terdengar karena mereka sekecil butiran debu.




"PRIA BAIK (JUGA) BERKELIARAN DALAM BAJINGAN-ZONE"

Dari sepuluh orang pria, 8 tergolong baik dan 2 tergolong bajingan. Dari delapan pria baik itu, 3 di antaranya tidak berani mendekati Anda (jadi Anda anggap tidak ada), 5 sisanya berani mendekati Anda. Dari lima pria baik yang berani mendekati Anda, 2 akan terkunci selamanya sebagai friendzone (jadi kembali Anda anggap tidak ada) dan 3 terkunci dalam friendzone tapi karena jenuh kesal berhasil memberontak keluar.

Tiga pria baik pemberontak-friendzone inilah yang kemudian belajar berbagai trik manipulatif dan akhirnya berubah jadi seperti sang 2 pria bajingan yang senang mempermainkan wanita. Pendek cerita, dari 10 pria itu Anda tidak pernah melihat 5 pria baik, tapi setiap hari melihat 5 pria bajingan yang mendekati Anda. Ha ha ha.

Anda melupakan 5 pria yang benar-benar baik, karena mereka takut mendekati Anda atau terjebak dalam Friendzone.

Itu hanya sekedar otak atik iseng saya aja. Jika Anda pusing baca otak atik diatas coba diulang 2-5x bacanya. Ada hadiah dari saya jika beruntung.

Sudah paham? Poin saya adalah banyak pria baik ikut berkeliaran di bajingan-zone bukan karena mereka bajingan, tapi mereka tersesat di sana karena pernah dikecewakan dan diperlakukan tidak adil. Mereka cuma bocah laki-laki yang sedang mencoba nakal. Kesalahan para pria baik tapi liar itu hanyalah berusaha meraih cinta sebelum memperbaiki luka hatinya sendiri.

Saya tidak sedikitpun mendukung dan membela para pria baik yang berubah jadi gelap itu. Tapi saya juga tidak mau menyangkali fakta bahwa para pria player-wannabe itu berada di sana karena ulah para wanita. Sebagian dari mereka terluka dan tertekan sehingga memilih untuk tidak lagi percaya nilai-nilai demikian. Jika kebaikan mereka dianggap remeh, disalahgunakan, dinikmati tanpa diakui ataupun dibalas.. untuk apa mereka melanjutkan?

Mau diakui atau tidak, wanita sering mengacuhkan para pria baik. Anda menggunakan mereka sebagai selimut kehangatan emosional tanpa peduli membalas dengan hidangan hangat bernama cinta. Anda menerima semua kebaikan hatinya, namun menolak mereka. Beberapa pria baik yang terjebak friendzone itu menyadari kesalahannya, berlari pada kesimpulan yang salah: wanita (baca Anda!) tidak tertarik pada KEBAIKAN. Jadi demi menarik hati Anda, mereka BANTING STIR alias alih profesi ha ha dan berkomitmen mengikuti sikap para kekasih/mantan Anda, yaitu menjadi BAJINGAN.




Ladies, pria baik itu banyak dan berkeliaran di mana-mana, bahkan sudah bertumpuk mengantri dalam contact list smarphone Anda saat ini. Anda hanya tidak mau melihat, mempedulikan, ataupun membalas aksi mereka. Akibatnya, persepsi kecut pahit yang Anda miliki tentang pria itu tertular pada sebagian mereka yang kemudian tersesat jadi bajingan-jejadian. Rusak sudah. Ketika pria dan wanita masing-masing menganggap negatif pihak lainnya, wajarlah hubungan cinta di jaman modern ini jadi penuh drama dan luka-luka.

Padahal seharusnya Anda tinggal maju saja mendekati para pria-pria baik itu. Tidak perlu bingung caranya, sikat aja dulu bleh baru bicara cinta kemudian, agar Anda segera menemukan sigaring raga a.k.a belahan jiwa. Sebelum kiamat.

Dirangkum dari berbagai sumber. Maafin sekali-kali blog panjang, lain-kali besok lagi, ealah.

Kang Jay

Kehadiran virus Corona atau Covid-19 memang menyiksa mereka yang belum memiliki pasangan alias jomblo. Para jomblo yang mengklaim dirinya bahagia dan baik-baik saja, bisa jadi ikut mengutuk pandemi lantaran tidak bisa bebas pergi untuk bersosialisasi dan mencari jodoh. He he.




Tidak dapat dipungkiri bahwa virus Corona telah menimbulkan orang manjaga jarak. Selain itu, imbauan #dirumahaja semakin mempersempit ruang gerak banyak jomblo.




Bagi para jomblo, hal tersebut tak ubahnya malapetaka yang semakin menghambat menemukan belahan jiwa. Banyak dari kita yang tidak memiliki seseorang yang bisa diajak berbagi keluh kesah atau berbagi kasih. Level rasa sepi yang dirasakan pasti akan meningkat lebih dari hari-hari biasa tanpa pandemi Corona.

Meski begitu, sebenarnya kita masih bisa mencari jodoh di tengah krisis ini seperti duduk manis bahkan rebahan di rumah mantengin AN ini.

Namun saya lihat banyak yang malah tambah stres di AN, sebulan dua bulan mantengin AN masih stres ringan, namun sekarang sudah Lima bulan lebih menjadi stres berat bahkan saya lihat udah ada yang menderita gangguan kejiwaan.




Saya mengamati fenomena-fenomena yang terjadi:

- Dulu disaat sibuk2nya, kita jomblo sering lupa waktu. Boro-boro sempet mikirin jodoh, menyelesaikan deadline tugas kantor aja serasa 24jam sehari kurang. Akhirnya saat wfh membuat kita berpikir ulang eh berpikir banyak dan tersadar "Lho umurku ternyata sudah...xx... so, mana jodohku. mana? mana?."

- Udah mantengin pagi siang malam, e e e anggota AN yang nginbox atau chat jauh dari kriteria yang diinginkan sehingga makin menambah stres dengan status jomblonya. Ini terlihat dari blog2 dan comment2 mengibaratkan prospek yang tertarik tuh miskin bahkan penganguran, tidak tampan atau tidak cantik. Mengistilahkan, bukannya dapat ikan malah dapat sampah, yah intinya jauh dari kriteria yang diharapkan. Seakan itu adalah gerandong atau nenek lampir yang harus disingkirkan agar muncul sultan atau bidadari dari negeri awan. Padahal ya itu jatah sekufu kita. Ingat bahwa selalu ada emas dipasir di sungai, yah pintar2 aja mengayaknya.

- Kebanyakan melihat blog-blog inspirasi atau blog menggurui yang pada kenyataannya tidak sesuai dengan kondisi kita saat ini malah menambah gumoh, suntuk dan menyulut emosi untuk siap ngajak tarung sang pembuat blog bahwa tulisannya tidak valid dimasa pendemi, plus doi bakal dipakai sebagai bahan praktikum mengasah keahlian bikin blog tandiangan, mengumpat, sumpah serapah, fitnah dan luapan uneg2 hati. Sebelum nanti lulus dan kerja nyata bakal dipraktekkan pada suami/istri masa depannya. Yeah Universitas Kehidupan AN. He he he he he.

- Makin banyaknya anggota yang aktif dan giat di AN, terlihat dari banyak yang online dan banyak Foto yang diupload, menambah meriah pilihan-pilihan calon yang ada. Bagi beberapa jomblo AN mungkin menarik, namun beberapa lainnya malah menganggapnya sebagai saingan. Yah AN yang penuh sesak.

- Dimasa pendemi, banyak pria jomblo berpikir ulang termasuk 'beberapa' pria2 AN, berpikir tentang isi kantong yang tipis, sehingga apa siap menafkahi?, bahkan pekerjaanpun saat ini tiada jikapun pun ada tapi sedang menurun atau tidak stabil karena Corona. Sehingga saat wanita menemukan pria teman baru di AN. Banyak pria yang asyik masyuk di chat dan vicall saja, lumayan mengusir kesepian garatis tamba atis, namun saat diajak ketemuan, dengan tidak perlu pake beribu alasan tapi cukup alasan sederhana yaitu karena pendemi Corona menjadi suatu kemakluman. Pasrahlah si wanita, bingung antara males lanjut chat yang melelahkan hati atau block aja tapi kok sayang, selalu punya alasan dihati bahwa 2bln lagi Corona berakhir. Sebagai priapun saya maklum, lebih baik menyehatkan isi kantong dibanding menikah modal terbatas. Namun saya pun selalu percaya, menikah akan mendatangkan rejeki.

Oh Corona kapan dirimu pergi. Kami para jomblo sudah dahaga, butuh minuman segar-segar rasa cinta dan kasih sayang dari seorang pasangan halal.

Kang Jay


Mantan itu berawal dari satu kata, CINTA. Yaiyalah, gimana juga kalo gak cinta, mana bisa jadi MANTAN. Kalau denger kata mantan, kebanyakan orang (gue gak termasuk ya) pasti ingetnya sakit, ngeselin, diselingkuhin, pengen nabokin, pengen kubur hidup-hidup. Tapi, buat gue nih ya, makhluk bernama mantan itu gak akan gue apa-apain, apalagi sampai gue makan hidup-hidup. Ini mungkin juga berlaku bagi ladies, bidadari kan gak pernah nyakitin orang yekan.

Dan yang perlu kita tahu, mantan juga pernah buat kita bahagia. NOTED! Mmmmhhh... ya, mereka telah mengisi kehidupan kita, suka ataupun duka. Tapi, namanya cinta ya kayak gitu. Kadang bikin senyum-senyum sendiri, bikin kesel, bahkan sampe ga bisa move on.

Intinya, ”Buat kamu yang mau cari jodoh dan jatuh cinta, siap-siap juga disakiti. Kalau nggak mau disakiti, jangan jatuh cinta. Jomblo aja seumur hidup."

Dan... buat mantan kalian, kalian harus berterima kasih kepada mereka (eh mereka) kamsudnya dia yang udah pernah mengisi perjalanan cinta kalian.




”Masih inget sama mantan. Kalo masih inget, gak akan jadi mantan.”

" Enak ya jadi kamu. Pengen dapet status mantan, rela ninggalin aku pas lagi sayang-sayangnya."

"Mantan itu ada 2 jenisnya, mantan terindah ama mantan terenak, eh..."

"Itu virus apa pacar, sih. Kerjaannya nyakitin terus."

"Karena 'Hai' setitik, rusak move on setahun."

"Sepandai-pandainya move on kalau disenyumin mantan bakal gagal juga."

"Ingat dia cuman minta maaf bukan minta balikan apalagi minta dilamar, lek ngayal ki ojo duwur-duwur to le timbang kesampluk pesawat."

Ya, diatas hanya intermezo, bahasan ringan melayang......lalu bahasan beratnya gimana ???

Yaitu saat kita ingin membuat mantan kembali ke kita he he, pasti ada yang mikir "gak gue banget gitu loh, kan mantan udah ditaroh di tong sampah mosok mungut sampah sih", namun hati nurani kalian ada aja yang masih berharap yekan terutama yang bukan korban diselingkuhin cuman korban adu mulut dll. Ngaku deh.....

Sebenarnya untuk bisa balikan lagi dengan mantan kita itu tidaklah terlalu sulit. Cukup lakukan beberapa "TRIK" maka dia pasti akan memohon untuk bisa kembali bersama kita.

Yang paling sulit itu adalah bagaimana cara mempertahankan dirinya begitu dia sudah kembali.

Ada banyak sekali wanita yang berhasil membuat mantan mereka kembali setiap hari. Namun mayoritas dari mereka akhirnya akan putus lagi. Kenapa?

Alasannya sederhana yaitu karena masalah yang dulu menyebabkan mereka putus itu masih ada dan belum teratasi sama sekali.

Jadi kita memang harus dapat mengetahui apa 'akar permasalahan' yang telah merusak hubungan anda dan anda harus bisa mengatasinya. Jika tidak maka anda hanya tinggal menunggu waktu untuk kembali kehilangan dirinya. Memang dibutuhkan sedikit usaha lebih untuk bisa membuatnya ingin kembali serta sekaligus untuk mempertahankan bersama anda.

Sayang gak bisa panjang-panjang nulis blog nya, lanjut di blog-blog selanjutnya yach. Saya kasih bocoran dikit: Putuskan kontak dengannya minimal 4 minggu, mengapa 4 minggu?. Hehe.




Sebelum mengakhiri yuk kita nyanyi dulu, "Mau dikata apalagi jika kau bukan milikku lagi, namun masih bersemi dihati. Terima kasih atas semua kenangan indah ini."

Penutup.
Mengenang mantan sah-sah saja tapi jangan keseringan, karena mengenang adalah pekerjaan pensiunan. -sujiwo tejo-

Kang Jay

Mudah saja bagi kita untuk melewatkan satu hari, terutama hari yang sibuk, dan di penghujung hari itu, kita bertanya pada diri sendiri, “Kok tahu-tahu sudah sore? Apa saja yang sudah kulakukan?” Dan sejujurnya, kita tidak dapat mengingat apa saja yang sudah kita selesaikan.

Keesokan harinya, hal yang sama terjadi lagi. Dan tanpa kita sadari, hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, tahun demi tahun berlalu. Namun kita masih saja bertanya-tanya ke mana terbangnya waktu dan apa yang sudah kita hasilkan selama itu. Sementara itu target-target yang sudah kita tetapkan, daftar pekerjaan yang ingin kita lakukan, masih ada di sana. Belum kelar dan belum tercapai.

Kita ingin berjalan-jalan keliling dunia. Kita ingin pensiun dini. Kita ingin menjadi seniman. Ingin punya rumah di pedesaan. Ingin menjadi petani dan menanam tanaman pangan sendiri. Ingin tidur sepuluh jam sehari. Ingin punya pekerjaan yang diimpikan.

Entah bagaimana, tak satu pun dari semua itu terlaksana. Bahkan, di antara mengejar karier, menjalin hubungan, membina keluarga, dan menikmati hidup, kita merasa bingung dan bertanya-tanya bagaimana kita bisa sampai di situ. Padahal bukan itu yang kita inginkan dalam hidup kita. Paling tidak, bukan seperti yang kita bayangkan sewaktu masih kanak-kanak.

Bagaimanapun, berbagai sasaran kita itu tampaknya menjadi tidak realistis seiring dengan bertambahnya usia kita. dan kita lalu berusaha menerima saja apa pun yang disodorkan kehidupan kepada kita. Tak lama kemudian, kita menganggap memang begitulah seharusnya hidup yang normal itu. Hidup yang penuh petualangan dan bebas lepas hanyalah untuk para pemimpi dan mereka yang tak punya taruhan apa pun dalam hidup ini, atau tak punya ikatan apa pun dengan kenyataan hidup duniawi sehari-hari.




Kita mungkin menyesal atau bahkan memandang orang-orang itu dengan perasaan iri. Namun, jauh di dalam hati kita tahu bahwa karena pilihan kita sendirilah maka kita sampai di tempat kita sekarang dan menjalani hidup yang kita jalani ini.

Tetapi bahkan kalaupun kita tidak bisa atau tidak berani melakukan perubahan dramatis dalam hidup kita agar dapat mengejar dorongan hati dan keinginan kita, seperti meninggalkan pekerjaan, bertualang dan pergi ke mana pun kaki membawa, kita masih dapat mengambil langkah-langkah untuk memastikan agar kita tidak tersesat terlampau jauh dari impian masa kecil yang kita pendam di dalam dada.

Dengan begitu kita tak lagi bertanya-tanya ke mana perginya waktu atau apa saja yang telah kita capai.

Alih-alih ingin jadi orang penting atau mencapai berbagai hal yang hebat, impian saya sejak kecil hanyalah hal-hal kecil dengan tujuan yang jelas dan jadwal yang pasti. Di antara tujuan dan keinginan, saya mencoba menempatkan diri dalam situasi yang membawa saya ke jalur menuju sasaran itu.


Misalnya, saya bermimpi bisa tinggal di pedesaan Jogja. Saya suka Jogja, aroma dan suasana saat berada di sana, bukan sebagai turis tetapi sebagai seseorang yang merasa betah tinggal di sana. Dan saya ingin itu segera menjadi kenyataan. Bukan suatu hari kelak dalam hidup saya ketika saya sudah menjalani hidup yang membosankan.

Akhirnya saya memberanikan diri ke bigbos untuk minta penempatan di cabang Jogja, karena tujuan saya adalah menjalani hidup sebagai warga Jogja, saya tidak menghabiskan waktu dengan ngantor saja, tetapi dengan bergaul di warung-warung sego bercengkerama dengan tukang becak dan kuli, menyusuri pematang sawah pingiran sungai, menapaki jalan-jalan sempit namun mulus di Jogja berbekal nasi kucing, menyusuri gunung dan pantai Jogja yang eksotis.




Saya merasa selama masa tinggal di Jogja itu terasa sebagai salah satu tahun paling menyenangkan dalam hidup saya. Dan saya tahu pasti di mana saja momen-momen itu.

Saya juga tidak bermimpi untuk memiliki berbagai benda, menjadi orang penting atau sukses dalam karier atau apa pun, tujuan saya terutama adalah menghimpun pengalaman dan melakukan berbagai hal yang membuat saya tertarik ketika itu.

Seperti tukang jalan-jalan hemat yang kebetulan saya bekerja sebagai tour guide, yang bisa membuat saya ke berbagai tempat, dengan budget kantor atau budget sendiri yang disesuaikan dengan kemampuan saya saat itu. Atau keinginan untuk mengkoleksi souvenir2 dari setiap kota atau negara yang saya kunjungi, yang membuat saya mulai menjadi penggila pernak-pernik itu.

Adakalanya berbagai dorongan impusif menjauhkan kita dari tempat kita semula, namun karena sasaran kita adalah selalu melihat ke depan, ke proyek berikutnya, ke minat berikutnya, dan ke kesempatan berikutnya yang tertangkap mata, maka kita akan jarang menyesali yang telah lewat. Sejauh ini saya pun sangat senang bisa terus melanjutkan hidup dan melepaskan masa lalu tanpa banyak penyesalan dan rasa kehilangan. Malah saya merasa percaya diri bahwa apa pun yang ada di depan akan lebih baik dan lebih menarik lagi.

Karena sasaran kita akan selalu ada di depan kita, bukan pada masa lalu. Dan sasaran itu adalah target-target yang perlu kita capai dengan melaksanakannya secara nyata, bila kita memang ingin menjalani hidup yang membahagiakan. Sasaran itu mestinya tidak hanya menjadi pemikiran penuh harapan yang samar-samar, sebuah MUSIK LATAR dalam kehidupan kita, sementara kita sibuk melakukan sesuatu yang lain yang SAMA SEKALI berbeda.


Dengan demikian, di mana pun kita kini berada dan pada usia berapa pun, kita akan tahu pasti apa yang telah kita lakukan dan capai, dan hidup ini akan menjadi penuh warna, pengalaman, dan berbagai hal yang dicapai tanpa rasa bersalah atau PENYESALAN.

Kang Jay


Bicara keseharian kita. Mungkin kita suka merasa hebat punya banyak kegiatan ini itu, memulai proyek-proyek baru dan selalu punya kesibukan untuk dikerjakan. Kita merasa berarti, sibuk, dan bertanggung jawab atas sesuatu.

Bahkan kita sering menilai diri sendiri dari seberapa sibuk kita. Begitu pula dengan orang lain. Bila kita melihat orang lain tidak melakukan apa pun, kita berasumsi bahwa orang-orang itu sedang tidak menjalani hidup yang memuaskan dan menyenangkan. Mereka tidak menjadikan diri mereka berguna atau memberikan sumbangan kepada masyarakat dan dunia ini.

Karena itu, berdiam diri, bahkan dalam situasi yang mengizinkan kita untuk tidak bekerja terlalu keras atau terlalu lama, adalah situasi yang tak tertanggungkan dan tidak kita inginkan. Kita merasa lebih baik bekerja berjam-jam, selalu mengerjakan sesuatu, dan menggarap lebih banyak lagi proyek hingga kita tak lagi punya waktu dan tenaga untuk mengerjakannya.




Dan di dalam yang demikian itu sungguh banyak nilai kebajikannya. Mempunyai pekerjaan dan mengembangkan karier memberi kita tujuan dan makna hidup serta menyediakan jalan bagi kita unt mencari nafkah. Kita berbangga hati karena bergabung dengan suatu perusahaan dan atau menjalankan bisnis atau membuka usaha jasa.

Kita mengisi hari-hari kita dengan berbagai kesibukan. Agenda harian kita penuh dengan rapat, tenggat, dan berbagai target capaian. Pikiran kita penuh dengan ide, rencana, dan strategi. Juga merupakan sarang rasa frustrasi, penyesalan, dan kekesalan.

Sejak pagi hingga malam, kita terus-menerus sibuk. Bahkan di rumah pun pikiran kita masih sibuk dengan sisa-sisa masalah di kantor. Sementara akhir pekan kita gunakan untuk mengejar ketinggalan berbagai proyek yang belum selesai atau untuk mereka proyek-proyek baru.

Dan kita tidak berhenti sampai kita merasa kelelahan dan dipaksa untuk istirahat, mau atau tidak mau. Karena tubuh sudah amat lelah dan pikiran tak lagi berfungsi.

Seorang teman dari Australia, mengatakan kepada saya bahwa musuh terbesar orang-orang yang sibuk bekerja adalah stres.Yang dimaksudkan stres bukanlah dari pekerjaan itu sendiri, melainkan stres dari proses bekerja yang terus-menerus tanpa membiarkan diri beristirahat sesekali.

Memang, banyak pegawai yang ingin berprestasi tinggi merasa perlu terlihat bekerja keras dan lembur. Itu membuat mereka tampak profesional dan merasa penting. Mereka bangga bila tidak menyempatkan istirahat, serta menganggap orang-orang yang pulang lebih awal dan menikmati liburan sebagai orang-orang yang tidak memiliki ambisi dan komitmen terhadap pekerjaan mereka.

Namun, menurut dia, mereka yang tahu cara berdamai dengan diri sendiri sesungguhnya bisa bekerja dengan lebih baik dan dengan hasil yang lebih baik. Mereka juga bertahan lebih lama dalam pekerjaan mereka karena mereka tidak mudah kalah oleh penyakit dan masalah-masalah kesehatan yang berkaitan dengan stres dan ketidakmampuan menyeimbangkan kehidupan. Mereka yang gila kerja mungkin terlihat tak terkalahkan sekarang, tetapi ketika mencapai usia empat puluh atau lima puluh, mereka akan membayar adiksi mereka dengan kesehatan yang buruk dan tubuh yang aus akibat terlalu lama disalahgunakan. Saya teringat dengan sepupu saya hampir seusia, seorang akuntan di depkeu, meninggal karena kelelahan dan serangan jantung. Sebenarnya dia sudah lama merasa jantungnya sakit namun suka diabaikan karena kesibukan. Bekerja dan pulang jam 10 malam, menjalani bertahun-tahun.




Kita mungkin merasa bahwa kita kuat dan bisa menanggungkan stres dan tekanan sebanyak apapun. Namun tak lama beban itu pasti menjadi semakin berat dan semakin sulit dipikul.

Teman saya menyamakannya dengan mengangkat sebuah cangkir. Cangkir itu ringan dan mudah dipegang. Tapi cobalah menahan cangkir itu di udara selama beberapa menit, maka tangan kita akan mulai terasa pegal. Setelah beberapa saat lengan kita akan mulai bergetar. Cangkir itu makin berat dan makin berat saja setiap menit. Mustahil seseorang dapat menahan memegang cangkir selama sejam tanpa merasa pegal atau semacamnya.

Karena itu, kendati cangkir itu ringan. adalah konyol untuk memegang dan menahannya terus-menerus . Dan kita tak perlu mencobanya pula. Begitu bebannya terasa terlalu berat dan mulai membuat pegal, yang terbaik yang dapat kita lakukan adalah meletakkan cangkir itu sejenak dan rehat. Dengan begitu kita membiarkan lengan kita relaks sejenak dan menghimpun kembali tenaga kita. Bila sudah siap, kita dapat mengangkatnya lagi, dan cangkir itu akan terasa ringan dan mudah diangkat.

Pada waktu kita rehat dari apa pun yang sedang kita lakukan atau khawatirkan, itu sama dengan meletakkan cangkir sejenak. Alih-alih menambah beban dan stres, kita memberi kesempatan pada pikiran dan tubuh kita untuk merasa relaks dan melepaskan diri kita dari beban maupun stres.




Jadi ketika kita kembali menekuni pekerjaan kita, kita dapat menanggungnya lagi dengan mudah dan dengan pikiran yang jernih. Dengan demikian bukan hanya kualitas pekerjaan kita yang akan meningkat, kita pun akan tetap jauh lebih sehat sampai masa-masa mendatang.

Kang Jay


Istirahatlah sejenak, kau terlalu keras kepada dirimu sendiri.

lstirahatlah sejenak, kau telah menciptakan mimpi-mimpi menjadi tekanan-tekanan baru.

lstirahatlah sejenak, sungguh, tak apa apa. Berbaringlah di teras rumahmu. Hiruplah udara pagi yang aromanya seperti tanah kering yang dibasahi hujan bercampur harum nasi yang baru saja ditanak. Dengarkan nyanyian kawanan burung dan perhatikan bagaimana mereka terbang bebas di langit, ibu-ibu yang sibuk berkumpul didagangan tukang sayur, suara sepeda motor yang dipanaskan. Lihatlah perpaduan merah muda, jingga, dan biru di langit pagi ini. Ikuti pergerakan awan-awan mendung yang berarak itu. Tutup matamu, biarkan udara pagi menyentuh wajahmu.

Hari ini, kau masih punya hak istimewa: kesempatan hidup. Kesempatan bernapas. Kesempatan melihat. Kesempatan merasa. Kesempatan memperbaiki. Kesempatan memulai lagi.

Hidup ini memang berat, tetapi ia tak buruk-buruk amat. Kita akan jatuh dan bangkit berulang kali. Orang-orang akan menilai ini-itu. Biarkan mereka dengan pikiran mereka terhadapmu, biarkan dirimu dengan prosesmu.

Yang Ialu, biarlah berlalu. Jika kita tak pernah jatuh cinta, kita tidak akan pernah sadar: bahwa sebetulnya, ada sesuatu yang Iebih penting daripada cinta di dunia ini.

Dan, seperti gerimis yang memulai hujan, segalanya butuh proses. Namun, jangan jadikan proses sebagai alasanmu masih bertahan di tempat yang sama. Kau harus bergerak meski lambat. Kau harus beranjak meski langkahmu pendek.

Cukupkan waktu istirahatmu, sekarang, bangunlah.

Kang Jay


“Lalu, bagaimana cara mencintai karena Allah?” tanya kita.

Sesungguhnya, ini pertanyaan yang berat, dan sayapun bukan ahlinya. Namun, satu hal yang bisa kukatakan: mulailah dari amalan harianmu.

Seperti, salatmu; sudahkah kau luruskan niatmu karena Allah? Sudahkah kau prioritaskan urusan akhirat setiap kali berdiri untuk salat? Coba, jujur dengan dirimu sendiri danjawablah: Apa alasan kau salat? Apakah kau salat karena kau punya suatu keinginan duniawi, seperti cepat dapat jodoh, memiliki banyak uang, dan hal-hal semacamnya? Apakah kau salat karena ada orang-orang di sekitarmu? Akankah salatmu kau tinggalkan saat kau tak mendapatkan apa yang kau inginkan?

Lalu, sedekahmu; sudahkah kau luruskan niatmu karena Allah? Sudahkah kau prioritaskan urusan akhirat setiap kali bersedekah? Ataukah kau hanya mengharapkan balasan di dunia ini? Akankah kau malas bersedekah jika tak mendapatkan apa yang kau harapkan di dunia ini'?

Mulailah dari amalan harian ini.

Dan, banyaklah berdoa agar dapat meluruskan niat seluruh amalanmu karena Allah, karena hanya dengan taufik-Nya kita bisa demikian.

Lalu, jika kau seorang Muslim, kunjungi kajian-kajian bertajuk tauhid, yang dibimbing oleh ahli ilmu yang berpegang teguh pada apa yang seharusnya menjadi referensi seorang Muslim, dengan intrepetasi yang merujuk pada generasi-generasi terbaik yang langsung direkomendasikan oleh Nabi, melalui sumber-sumber valid.

Dulu, saat saya belum tahu apa-apa, kupikir ikhlas adalah sesuatu yang sederhana. Namun hari ini, saya telah belajar satu dua hal, dan, teman, ikhlas tak sesepele kelihatannya. Perbuatan tidak ikhlas bisa sangat, sangat samar. Di bibir, kau bisa bilang ini karena Allah. Di lubuk hati terdalam, bisa saja ada niat-niat lain yang tersembunyi. Bahkan, pernah kudengar sebuah analogi yang mengungkapkan bahwa ketidakikhlasan lebih samar daripada semut hitam dalam kegelapan malam. Ini bukan sesuatu yang sepele. Ini bukan sesuatu yang mudah. We all are still learning and struggling.

Sekarang, kembali pada pertanyaan awal: bagaimana cara mencintai karena Allah? Kita butuh ilmu. Kita butuh belajar tentang keikhlasan karena Allah. Kita butuh tahu tentang tauhid.

And, it’s a long, long journey until you die. But it will be worth it, trust me.

Kang Jay

Hidup menjadi terasa menegangkan dan membuat stres bila kita menganggapnya sebagai persaingan. Kendati demikian, persaingan itu lebih sering hanyalah produk pemikiran kita. Coba lihat orang-orang sukses yang kita jumpai, baca, dan tonton di televisi, begitu kita berkata pada diri sendiri bahwa kita harus seperti mereka, mencapai apa yang telah mereka capai dan memiliki apa yang mereka miliki. Kalau tidak, hidup kita sama dengan kegagalan. Kita kurang cepat dalam mencapai apapun.

Tak mengherankan bila hidup ini sering kali diibaratkan arena balap tikus. Dan kitalah tikus-tikus itu, yang selamanya terjebak di jalur balap, mengejar-ngejar sesuatu yang dinamakan kehidupan, yang definisi dan tujuannya selalu luput dari genggaman kita. Kita hanya tahu bahwa kita harus mengikuti perlombaan itu dan bersaing dengan yang lain. Untuk keluar dari jalur dan berhenti berlomba sama saja dengan tidak menjadi siapa-siapa. Atau begitulah yang kita kira.

Namun, kadang-kadang ada baiknya kita keluar dari jalur tersebut, meski hanya sejenak. Kalaupun bukan untuk menempatkan kehidupan kita ke dalam perspektif setidaknya kita bisa rehat dan memulihkan kembali kinerja kita untuk kembali ke jalur balap.

Salah satu cara untuk keluar sejenak dari arena balap itu adalah dengan menjadi penonton tentang apa yang sedang berlangsung menyepi di tengah keramaian, diam di antara berbagai kesibukan, dan hanya menyaksikan kehidupan berjalan.

Apakah itu di kafe, restoran, mall, di pinggir jalan, atau di mana pun tempat manusia berkumpul, menyaksikan orang-orang sibuk melakukan urusan keseharian mereka bisa menjadi acara melewatkan waktu yang menyenangkan. Bagaimanapun, tidak ada yang lebih nikmat ketimbang duduk-duduk, relaks dengan minuman sementara orang lain sibuk lalu lalang.

Tempat favorit saya untuk menyaksikan kehidupan mengalir adalah di kafe. Terutama kafe. yang memiliki teras terbuka. Karena tinggal di Jakarta, tidaklah sulit menemukan tempat seperti itu, kafe yang menyediakan kursi-kursi di luar, keteduhan teras atau payung-payung besar. Dan untuk secangkir teh dan soft bread, saya bisa duduk berjam-jam di kursi yang sama tanpa diganggu oleh siapa pun. Dari tempat saya duduk, biasanya tempat yang teduh dan mepet ke dinding kaca kafe, sebuah tirik intai paling leluasa untuk menebarkan pandang tanpa kentara, saya benar-benar tidak melakukan apapun bahkan tidak membuka gadget hanya menyaksikan orang-orang lalu lalang didepan. Orang-orang asing yang tidak pernah saya kenal.

Seorang pria kantoran lewat tergesa-gesa sambil melihat ke arlojinya. Dia mengenakan setelan lengkap dengan dasi dan menenteng tas kerja. Saya mencoba menebak apa kira-kira profesinya. Pastilah pegawai kantor dan dia sedang keluar untuk menemui kliennya atau sedang terburu-buru kembali dari rehat makan siangnya. Mungkin dia seorang bankir, akuntan, pengacara, atau profesi-profesi lain yang mengharuskannya mengenakan setelan lengkap dan dasi.

Beberapa turis duduk tak jauh dari tempat saya duduk. Saya tahu mereka turis karena mereka mulai membuka peta, mungkin mencoba mencari lokasi di mana mereka tengah berada. Keduanya mengenakan topi dan sandal yang nyaman. Saya menduga-duga dari kota mana mereka dan apa pekerjaan mereka. Saya juga bertanya-tanya apa pendapat mereka tentang Jakarta dan di hotel mana mereka menginap.

Seorang pelayan tua mengelap meja di sebelah saya. Dia berpakaian rapi dengan celemek besar menggantung di pinggang dan terlihat sepatu hitamnya yang mengilap, Rambutnya yang mulai menipis berkilap rapi. Dia mengambil pesanan tanpa mencatatnya, hanya mengandalkan ingatan. Tampaknya dia sudah bekerja di kafe itu seumur hidupnya. Saya menerka-nerka bagaimana rasanya menjadi tua dan masih harus menjadi pelayan. Dia santun tetapi saya menangkap sikap dingin dari mimik wajahnya, seolah dia ingin berada di tempat lain. Seandainya jadi dia, saya pun akan begitu.

Sekelompok perempuan menenteng barang-barang belanjaan singgah ke kafe untuk sekadar mengistirahatkan kaki mereka. Seorang perempuan muda duduk sendirian, asyik membaca buku sambil tangannya memain-mainkan mangkuk salad. Pakaiannya rapi dengan sepatu yang cocok. Mungkin dia seorang pekerja kantoran yang sedang istirahat siang. Saya bertanya-tanya apakah ia punya pacar he he.

Lalu ada beberapa pasang muda-mudi. Ada yang melihat-lihat menu sambil sesekali berpegangan tangan. Ada pula yang tengah berdebat.. Yang lain duduk dengan tenang, menikmati makanan atau minuman mereka tanpa saling berbicara atau bahkan tanpa menyadari kehadiran yang lain.

Lalu ada lagi beberapa ibu dengan anak-anak yang rewel, sekelompok perempuan muda yang tertawa cekikikan dan mengobrol dengan suara keras, serta anak-anak muda yang tak pernah berjalan tanpa saling dorong atau tanpa ramai bersenda gurau.

Setiap kali, saya bertanya-tanya siapakah mereka, apa pekerjaan mereka, dari mana asal mereka, dan apakah mereka merasa senang, kesal, frustrasi, marah, bosan, ataukah puas dengan hidup mereka. Kadang-kadang, saya bahkan bisa merasakan apa yang sedang mereka rasakan: kegembiraan karena jatuh cinta, kekesalan karena tidak diacuhkan, dan kemarahan membara di balik sikap diam, kesepian, kebosanan atau sekadar kelelahan membesarkan bocah balita.

Duduk diam di tengah kehidupan ini membuat saya menyadari bahwa hidup ini bukan perlombaan melain kesimpangsiuran, dan kita sering kali tidak tahu bagaimana kita bisa sampai di sana dan bagaimana cara keluarnya.

Namun, barangkali saja, itu bisa kita atasi dengan menikmati petualangannya, menantikan tikungan dan belokan yang tak terduga, menerima apa pun yang kita temukan di pojoknya, dan menjelajahi jalan-jalan rahasianya. Tentu ada perspektif agama yang lebih menyejukkan untuk mencerna hal ini yang tidak saya bahas disini.

Kang Jay


“Siap dan tenanglah (sabar) atas apa pun yang menimpamu karena itu menjadi kemestian bagi orang hidup.” (QS. Luqman: 17)

Agar kita dapat bersabar dan menjadi penyabar yang disayang Allah, kita harus melakukan olah rasa agar perasaan mampu melawan kejadian yang tidak kita harapkan sehingga dapat kita kendalikan yanh akan menumbuhkan rasa menerima dan ridha, yaitu dengan keberanian untuk menelan yang pahit, yang getir, yang asam atau pun juga yang pedas sekalipun.

Karena hal yang demikian itu merupakan kewajiban yang harus kita terima, sebagaimana firman Allah diatas.




Dengan kepandaian mengolah rasa akan menguatkan asa. Dengan menguatnya asa, semua yang pahit menjadi sirna dan tidak ada lagi yang dapat mengiris hati kita.

Contohnya ialah: bila sekelompok orang ramai memperbincangkan keburukan atau aib diri kita (ghibah), setelah kita mendengar adanya gosip-gosip itu sebaiknya kita berhenti sejenak, kemudian merenung, mengingat-ingat apa yang mereka gosipkan itu. Tanyakan pada diri sendiri: “Apakah benar saya melakukan apa yang mereka gosipkan itu?”.

Bila kenyataannya memang benar kita melakukan sebagian yang digosipkan dan sebagian lagi adalah tambahan fitnah, maka gosip gosip itu merupakan sanksi hukum atau hukuman yang dipercepat di dunia. Insya Allah kelak di akhirat akan mendapat ampunan. Oleh karena itu, kita tidak perlu bersedih atau marah, karena hal itu menguntungkan kita. Daripada kita marah, membalas atau menyerang mereka, kita akan mendapat kesulitan dengan merambah bahaya yaitu melakukan Dosa, bahkan menambah kesulitan, dan kita akan menjadi pencela, pemaki, sama seperti mereka. Sedangkan sikap seperti itu sangat dibenci Allah. Pahamilah firman Allah berikut ini:

“Celaka bagi pemaki dan pencela." (QS. Al-Humazah: l)

Itu adalah ciri penghuni neraka, yang suka memakan 'daging bangkai' orang lain karena umpatan-umpatannya. Oleh karena itu, lebih baik kita ridha saja, dengan ridha kita menjadi penyabar, karena Allah sayang kepada orang yang penyabar. Biarlah dibenci banyak orang, asal disayang pencipta orang.


Bila yang digosipkan tentang kita itu tidak benar, fitnah semata, itu berarti kita mendapat pahala kebajikan atau pahala ibadah tanpa berbuat.


Ingatlah tentara Iblis akan berusaha menipu daya orang lain yang berhati kosong dan lemah untuk memusuhi kita terutama disaat kita sering melakukan amar ma'ruf nahi munkar, ya disaat kita mengajarkan kebajikan untuk sesama.


Maka kita akan mendapatkan hasanah sebesar pahala umroh, tanpa berumroh, bahkan mungkin lebih besar lagi, tergantung apa yang digosipkan atau banyaknya yang digosipkan dan berapa besar sabar yang ridha dalam dada kita. Coba kita bayangkan, betapa kita lelah dan letih melakukan umroh dengan tenaga dan biaya yang besar. Kini hanya dengan mengolah rasa, mengubah pikir dan pola, menekan nafsu, kemudian menyambung cita rasa kepada Allah, kita akan menjadi tenang dan menerima kejadian pahit dengan dada lapang, dada yang bersih dari dendam dan benci. Dan hati kita tersenyum, wajah kita ceria, pahala bertambah. Allah memandang dengan mata kasih, nikmat dalam hati rasanya, tenang semuanya. Alhamdulillah.

Tidak mungkin bahagia tanpa kebeningan hati. Bahagia sudah ada dalam lubuk hati, namun tertutup oleh karat bekas maksiat dan kesombongan.

Sesungguhnya surga dunia itu ada dalam hati manusia. Itulah hasanah dunia, dan siapa pun yang mendapat surga hasanah dalam hati, dialah yang akan mendapatkan surga di akhirat kelak.

Untuk mendapatkan hasanah duniawi, kita hanya bermodal membersihkan lahan tempat hasanah itu bersemayam, yaitu pikiran dan perasaan yang bening.

Allah berfirman dalam Surat Asy-Syu’ara ayat 88-89: “Pada hari yang tidak berguna harta dan anak-anak, kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang bersih.”

Selamat mencuci hati....

Kang Jay

Pages: 1 2 Next
advertisement
Password protected photo
Password protected photo
Password protected photo