BLOG TULISAN Jayadiningrat


Mungkin, kebanyakan laki-Iaki memang begitu.

Namun, kebanyakan perempuan juga begitu.

Mereka yang membuat Iaki-laki berjanji.

Mereka yang berekspektasi.


Mereka yang menyalahkan laki-laki ketika janji itu tak tertepati.


Well kita mulai saja kisah ini, yah kisah yang sangat-sangat biasa terjadi.


Kamu berkata kepadanya, “Aku nggak mau main-main. Aku mau hubungan yang jelas, yang ada tujuannya,”


Dan karena aku sudah lelah patah hati, karena aku nggak mau membuang waktuku dengan orang yang nggak pernah berani berkomitmen untuk masa depan, lanjutmu dalam hati.


Hari itu, ada jeda yang berlangsung lama sekali. Tetapi hari itu, kamu bisa mendengarnya berkata.…


“Aku juga nggak mau main-main.”


Beberapa hari kemudian, dia mengisi hari-harimu, setia membalas pesanmu di tengah malam, selalu menjadi orang pertama yang bertanya apakah kamu sudah bangun, saling berbagi cerita, lalu kamu akan mendengarnya berkata:


“Aku pengen kita selamanya kayak gini.”


Setetes air mata menitik di matamu. Mulutmu merapal syukur. Hatimu bergema, “Akhirnya, akhirnya. I found the one.”


Beberapa minggu kemudian, kamu akan membuat drama kecil. Tak membalas pesan darinya, tak memulai percakapan di pagi hari, tak mengangkat telepon darinya. Sekadar mengecek keseriusannya. Sekaligus rindu mendengar kata-kata manis darinya.


Sehingga, dia akan menyerah dalam argumen tak jelas ini dan berkata,


“Aku sayang sama kamu. Kamu jangan gini, dong.”


Namun, kamu lelah dengan ucapan indah. Kamu ingin sesuatu yang lebih serius. Dengan hati yang sudah melayang di langit dan senyum lebar di bibir, kamu mengetik pesan semacam, “Ah. Ngomong sayang mah gampang.”


Dan, dia akan berkata,


“Maaf kalau aku belum bisa komitmen. Tetapi, aku janji. Aku bakal dapat kerja, mapan, biar kita bisa............................... nikah.”


Dan, seluruh tubuhmu meleleh.


Sejak hari itu, tak ada lagi lagu favorit, yang ada hanyalah suaranya, melantunkan janji manis itu, bermain di kepalamu setiap hari, menjadikan hari-hari lebih indah, membuat cinta menyerbak ke seluruh penjuru hatimu, lebih pekat, lebih dalam.


Namun, itu dulu...


Masa lalu yang tak pernah terulang.


Beberapa bulan lalu, kamu menyadari sesuatu: Semakin dalam kamu mencintai, semakin banyak langkah mundur yang dia ambil. Melalui perbedaan pendapat yang tak berujung, kesalahpahaman yang tak jelas, kebuntuan yang tak terelakkan, ucapan maaf yang sia-sia, dia dan kebiasaan buruknya, kamu dan ekspektasimu.


And you've never loved and hated someone this hard, at the same time. Di satu malam yang tak berbintang, keputusan harus di ambil.


"Mending kita udahan aja kalau kayak gini terus".


Sejak hari itu, janji-janji manis yang pernah diucapkannya menjadi lagu kenangan yang selalu bermain di kepalamu, setiap malam, sebelum tidurmu, di sela-sela air mata yang tak tertahankan. Dan setelah jatuh cinta berulang kali, kamu menyimpulkan,


“Semua laki-laki sama aja, ya. Cuma bisa kasih janji manis. Tanpa kepastian.”


Sekali lagi, kisah diatas sangat jamak terjadi, bertahun-tahun di AN sangat sering saya membaca keluh kesah wanita seperti kisah diatas.


Saya, sebagai laki-laki, ingin menjawab: mungkin, anda benar. Mungkin, kebanyakan laki-laki memang begitu. Tetapi, kebanyakan wanita juga begitu. Wanita yang membuat laki-laki berjanji. Wanita yang berekspektasi. Wanita yang menyalahkan laki-laki ketika janji itu tak terlaksana. Padahal, wanita tahu: anda yang memulai semua kode ini menjadi sebuah keseriusan, sedang pria hanya mengikuti alur yang wanita buat sehingga dia hanya berusaha menyenangkan hatimu dengan janji surganya. PADAHAL, wanita pun tahu: pria, yang wanita cintai, punya janji-janji lain yang belum terpenuhi.


Maksud saya...


Anda bisa melihat dengan mata sendiri: misal pria itu masih menggunakan uang orangtuanya untuk pendidikan atau untuk uang jajan selama nganggur, tetapi dia malah menggunakan uang itu untuk anda, dan anda merasa, he's such a gentleman. Namun, bayangkan, jika anda adalah ibu dari seorang anak laki-laki, yang diberi uang untuknya, untuk pendidikannya atau jajannya, tetapi dia malah menggunakannya untuk seorang perempuan yang baru dikenalnya beberapa bulan terakhir, akankah anda akan baik-baik saja?.


Anda bisa melihat dengan mata sendiri: si pria belum lulus atau belum bekerja. Dan, kelulusannya atau bekerjanya adalah janji tak terucap, yang belum terpenuhi, antara dia dan orangtuanya.


Anda bisa melihat dengan mata sendiri: si pria tidak pernah memulai janji jika tidak anda mengirim kode-kode agar hubungan itu menjadi keseriusan.


Anda bisa melihat dengan mata sendiri: si pria bahkan tak tahu cita-citanya. Oh, pria itu mungkin memiliki cita-cita. Tetapi, dia bahkan tak pernah mulai mengejarnya. Jika dia menghabiskan waktu dengan hal favoritnya, anda akan mulai merasa dia tak peduli kepadamu. Padahal, cita-cita adalah janji dia untuk dirinya sendiri.


Janji apa yang wanita harapkan dari seorang laki-laki yang belum memenuhi janji orangtuanya dan janji untuk dirinya sendiri?


Ini tak selalu tentang laki-laki dan janji manisnya. Ini juga tentang wanita dan ekspektasinya yang berlebihan. Berhenti menyalahkannya yang gagal menepati janji itu, sebab wanita pun belum memenuhi janji... untuk Tuhan yang menciptakan anda; lalu, untuk orangtua anda, dan untuk diri anda sendiri.


Hidup tak selalu tentang dia yang kamu cintai.
You have your own life, and it doesn’t always have to do anything with him.


Kang Jay


Pingin rasanya kembali lagi ke masa lalu disaat AN seru dan membahagiakan. Menemani duda yang kesepian ini.


Walau penuh intrik tapi seru, walau penuh persaingan tp memacu adrenalin. Kenal sana kenal sini, segala tipe bisa dicoba selaksa mencoba di ruang ganti toko pakaian. Modal dikit cuman traktiran, bensin dan oleh2 coklat, udah bisa membahagiakan tuk bersenda gurau dengan temen baru dari AN.


Tapi ternyata hidup begitu cepat, join AN 2013 kemudian kini 11 tahun waktu berlalu. Tapi selalu ku ingat kok bahwa kenangan Indah di AN itu everlasting.


Apa sekarang minat cari jodoh udah berkurang spt krisis di Jepang, Korea dan China dimana makin banyak perawan dan perjaka yang lebih menikmati menua sendiri sehingga menyebabkan sepinya Biro2 Jodoh. Tapi saya akui punya istri tuh merepotkan, ngasuh anak jg, tapi apakah karena alasan itu gen kita musnah.


Kang Jay


Hai hai saya kembali....

Btw, kamu pernah gak bosen sama pasangan kamu. Jenuh sama hubungan kamu.


Kalau pernah pahami ini ya, hubungan Cinta itu memang monoton dan membosankan. Apalagi kalau sudah berjalan lama. Tapi itu hanyalah siklus bukan sebuah masalah. Hanya karena kamu merasa bosan, bukan berarti kamu sudah tidak cinta lagi sama pasangan kamu.


Jenuh dalam hubungan itu normal, tapi itu hanya pengingat supaya kamu mulai usaha lagi untuk bikin hubungan jadi seru. Lakuin kegiatan yang menyenangkan seperti pergi traveling, cobain hal-hal baru, mulai aktivitas bersama, ngobrol lagi, coba nostalgia ke masa-masa yang dulu, pergi nge-date lagi ketempat dulu tempat pertama kali nge-date. Bikin hubungan jadi lebih seru lagi.


Ingat ya.....

Pasangan yang langgeng, bukanlah mereka yang tidak pernah jenuh. Tapi yang tetap bareng melewati masa jenuh bersama-sama.


Colek para mantan ah: teh Juliasmin, Hera_Eirene, Neni46, Yulia07, EviSukaseni, DhianAsri, Astuti1985, Tanti1207, Nanipurwati, Aiika, Linaquen, Dina52, Widyahariati, dan mantan-mantan yang tak tersebut namun masih dihatiku. Yang belum menikah sinih aku lamar eh merapat tuk kita nostalgia mengenang masa indah kita dulu.


Kang Jay



Mbak : Kamu asli jawa yah?

Akang : Iya, jawa-ban dari segala doamu.


Tidak selamanya jodoh datang sendirian,

Kadang juga datang sepaket sama anaknya.



"Jomblo adalah wujud kesombongan, karena merasa seluruh persoalan bisa dihadapi sendiri"

--Sujiwo Tejo--




Semoga kita tidak termasuk orang2 yang sombong.


Kang Jay


Apa yang kalian lakuin kalau misalnya inget mantan?

1. Langsung ketemu

2. Telpon bilang kangen

3. Chat bilang kangen

4. Bakar kenangan

5. Isi sendiri dikolom komentar


Kang Jay


Ada begitu banyak kisah cinta umat manusia, di antaranya ada yang berakhir bahagia, tetapi tak sedikit pula yang merana. Mencintai berarti mengambil risiko untuk patah hati. Begitu pula yang dialami seorang sahabat Rasulullah, Salman al Farisi. Salman al Farisi adalah orang Persia pertama yang masuk Islam. Beliau adalah inovator dalam strategi militer seperti rekomendasi pembuatan parit pada Perang Khandaq, sehingga kaum Muslim menang di perang ini.




Pada suatu hari, Salman meminta sahabatnya, Abu Darda untuk menemaninya mengkhitbah (melamar) pujaan hatinya. Betapa bahagia Abu Darda mendengar niat baik sahabatnya. Tanpa berpikir panjang, Abu Darda langsung menyanggupi permintaan sahabatnya.


Keduanya pun pergi ke rumah sang perempuan dengan hati bahagia. Setibanya di sana, orangtua perempuan tersebut menerima dan menjamu keduanya dengan baik. Abu Darda pun memperkenalkan dirinya dan sahabatnya, serta menyampaikan maksud baik sahabatnya yang ingin meminang putri mereka.


Betapa bahagia sang ayah mendengar tujuan mulia sang lelaki di hadapannya. Namun ia tak serta merta menerima lamaran laki-laki Persia tersebut. Ia kembalikan keputusan itu kepada anaknya, karena bagaimanapun sang anak memiliki hak untuk memilih siapa yang kelak akan menjadi imam hidupnya.


Sang putri akhirnya menyatakan pendapatnya kepada kedua orangtuanya. Sedangkan Salman dan Abu Darda menunggu dengan hati berdebar-debar. Dalam hati, Salman berdoa agar maksud hatinya disambut baik dengan perempuan idamannya. Beberapa saat kemudian, sang ibu akhirnya angkat bicara,"Mohon maaf kami harus berterus terang, dengan penuh hormat putri kami tidak bisa menerima pinangan ananda Salman al Farisi”.


Jawaban dari sang ibu bagaikan petir di siang bolong. Hancur sudah harapan Salman untuk hidup bersama dengan pujaan hatinya. Cintanya ternyata bertepuk sebelah tangan, bunga-bunga cinta yang selama ini dijaga dan akan diberikan kepada sang gadis idamanpun layu. Tetapi itulah ketetapan Allah (qadarullah) yang menjadi rahasia-Nya, yang tidak pernah diketahui oleh siapapun kecuali oleh Allah.


Belum juga tersadar dari kenyataan, Salman kemudian mendengar ucapan yang lebih perih lagi. Sang ibu melanjutkan “Namun karena kalian berdua datang dan menggharap ridho Allah. Jika saudara Abu Darda memiliki tujuan yang sama, maka putri kami akan bersedia menerimanya”. Sudah jatuh tertimpa tangga, mungkin itulah yang dirasakan Salman. Begitu kaget Salman mendengar perkataan sang ibu. Tidak cukup dengan penolakan cinta, Salman juga harus menerima kenyataan pahit bahwa perempuan yang diidam-idamkannya justru lebih memilih Abu Darda, sahabatnya sendiri.


Namun siapa sangka, dalam keadaan patah hati Salman al Farisi bukan justru membenci sahabatnya. Ia malah ikut berbahagia. Dengan ikhlas dan tegar, Salman melepaskan harapannya seraya berkata , “Semua mahar dan nafkah yang sudah aku persiapkan ini aku serahkan kepada Abu Darda. Dan aku pula yang akan menjadi saksi pernikahan mereka”.


Betapa besar kemuliaan hati Salman al Farisi. Ia sadar bahwa cinta kepada manusia tak boleh melemahkan imannya. Kekuatan Salman bukan hanya terlihat dari fisiknya, tetapi juga dari hati dan imannya.


Salman al Farisi juga sangat paham arti persahabatan sejati. Tak sedikitpun rasa benci kepada Abu Darda terbesit di hatinya. Ia justru turut berbahagia ketika sahabatnya bahagia. Coba bayangkan, betapa banyak kasus persahabatan yang rusak karena cinta. Namun Salman tetap menjaga kokoh persahabatannya hingga akhir hayatnya.


Dikemudian hari dimasa khalifah Umar bin Khattab, Salman menjadi gubernur Madain (daerah kelahirannya) hingga beliau wafat. Sebagai gubernur beliau digaji 5000 dinar (kira-kira 9 Miliar per tahun), gaji itu tidak pernah ia pakai. Semuanya ia sedekahkan. Beliau lebih suka makan dan minum dari hasil tangannya sendiri dalam kesederhanaan. Beliau tetap bekerja di kebun kurma.


Salman akhirnya menikahi gadis keturunan Kindah yang sangat cantik dari keluarga kaya raya bernama Shawwab. Walau dari keluarga kaya, istrinya menyetujui dari awal malam pertama untuk hidup sederhana,


Istrinya bilang, "Wahai sahabat Rasulullah, aku saksikan kepadamu bahwa semua yang ada di dalam rumah ini aku sedekahkan untuk Allah dan semua budak aku bebaskan. Cukuplah aku makan gandum. Dan aku akan membantumu mengurus rumah tangga dan mencari nafkah”. Kalimat yang LUAR BIASA dari seorang istri. Salman berkata, “Semoga Allah merahmatimu dan menolongmu.”


Demikian juga dengan Abu Darda, beliau hidup dalam kesederhanaan. Pada masa khalifah Usman bin Affan, Abu Darda dipercaya menjadi hakim di Syam hingga beliau wafat. Dia menjadi hakim yang disegani.


Berapa lama berselang bertemulah Salman dengan Abu Darda dan istrinya, dengan penampilan Abu Darda yang kusut dan berbeda dari sebelumnya, maka Salman bertanya kepada Istri Abu Darda mengapa kondisinya sedemikian. Istri Abu Darda pun menyampaikan, “Abu Darda adalah lelaki sholeh, ia adalah lelaki langit, dia banyak beribadah kepada Allah, sehingga kurang perhatiannya pada kami keluarganya”.


Kesederhanaan Abu Darda juga pernah dilihat langsung oleh Umar bin Khattab. Disuatu malam Umar datang kerumahnya, Umar langsung masuk ke dalam rumah karena tak terkunci. Umar pun merasa terharu dan prihatin melihat kondisi rumahnya. Dalam kegelapan Umar meraba tempat Abu Darda tidur, yang kiranya itu kasur tersebut hanya pasir belaka.




Umar kemudian menawarkan bantuan, namun ditolak dengan halus oleh Abu Darda. Abu Darda ingin mengikuti sunnah Rasulullah bagaimana kesederhanaan hidup Rasulullah hampir tak ada yang menyamainya. Semua tindakan Rasulullah terbayang kembali dengan jelas di pelupuk mata mereka, sehingga keduanyapun menangis tersedu-sedu sampai pagi.


Kedua sahabat Rasulullah, yaitu Salman Al Farisi dan Abu Darda benar-benar muslim saleh yang sudah tak membutuhkan kemewahan dunia ini sampai akhir hayatnya.


Kang Jay



Pendapat para Ulama bahwa dalam Agama menyebutkan tidak ada istilah atau kata-kata Jodohnya belum datang, tidak ada itu. Umumnya setiap orang pasti akan mendapat sinyal jodoh dari Allah.


Seperti juga hidayah ada sinyalnya juga, misal saat kita dengar adzan maka ada panggilan hati untuk shalat, terbangun tengah malam untuk cenderung mengajak tahajud, atau lihat fakir miskin maka hati kita terketuk untuk sedekah, jadi itu semua adalah sinyal hidayah. Tinggal kita mau menganggap serius sinyal itu atau tidak.


Sama halnya dengan Jodoh, menikah adalah ibadah, maka Allah berikan sinyal Jodoh pada tiap orang, tidak ada yang tidak dapat sinyal jodoh itu. Lagi-lagi, tinggal kita mau menganggap serius sinyal itu atau tidak. Artinya pasti ada lawan jenis yang kecenderungan dia pada kita walau apapun kondisi kita. Problemnya adalah kitanya yang suka REWEL.


Mohon maaf saya pake kata-kata Rewel, karena kita banyak lihat disekitar kita ada orang kakinya lumpuh atau buta atau bahkan kerdil tapi punya istri/suami bahkan punya anak. Apalagi kita yang masih komplit anggota badan. Sehingga setiap datang sinyal jodoh bahkan saat sinyalnya sangat dahsyat dengan kecenderungan kuat, bahwa dia suka ama kita dan kita juga ada rasa padanya, maka langkah pertama adalah kita bisa shalat Istikharah meminta petunjuk dari Allah untuk dimudahkan.


Ketika termudahkan maka bisa lanjut sampai menikah, selesai what next, jangan kita tertahan di step mencari jodoh berputar-putar tanpa ada nextnya. Jika udah merasa cocok ya sudah, kemudian melangkah ke jenjang berikutnya. Bukannya banyak berpikir, "Oh mungkin nanti ada yang lebih baik".


Maka selalu kita husnudzon pada Allah, "Oh Allah sudah kirim yang terbaik", kita terima terus mengharap kebahagiaan di rumah tangga. Sayangnya banyak dari kita yang ngotot menunggu, padahal Allah sudah datangkan si merah gak mau, si kuning gak mau, bahkan si hijau gak mau, dorrr. Maunya warna apa, banyak orang seperti itu, REWEL sekali. Sekali lagi dalam pandangan Agama, tidak ada orang yang tidak dapat sinyal jodohnya. Artinya Allah kasih sinyal, dia nolak, kasih lagi, nolak, kasih lagi dan seterusnya karena Allah maha pengasih.


Kadang, subhanallah, ada 3 sinyal bersamaan alias ada tiga orang yang cenderung dengan kita atau ada 3 orang yang mau kita dekati, maka tinggal Istikharah "Ya Allah dari 3 ini mana yang terbaik". Jadi patokannya selalu agama. Kemudian kita cenderung pada 2 yang terbaik, maka kita berdoa lagi ke pada Allah mana yang the only one.


Mungkin kita bisa diberi tahu lewat mimpi, namun isyarat dari mimpi hanya terjadi sebagian kecil setelah Istikharah, bagian besarnya kita suka dapat informasi positif atau negatif tentang calon jodoh yang kita bidik. Biasanya tiba-tiba kita tahu sesuatu tentang dia. Informasi tersebut seperti Allah kasih tahu, semacam sinyal "Oh orang ini tidak tepat".


Hal diatas adalah melihat dari sudut pandang sinyal external, lalu jika kita melihat dari dalam hati kita maka sinyal paling DAHSYAT dia jodoh terbaik dari Allah, bisa kita kaji dari firman Allah:


"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang." (QS Ar-Rum: 21).


Kesampingkan hal lain dihati kita semisal Cinta, prioritaskan pada kecenderungan kita untuk merasa TENTRAM (Peace) bersamanya. Jika sudah ada perasaan tentram bersamanya setelah Istikharah maka insya Allah dia adalah jodoh kita. Karena tujuan pernikahan adalah mendapat ketentraman. Sinyal tentram ini adalah prioritas pertama sebagai sinyal paling DAHSYAT sesuai judul blog ini.


Sekali lagi, jangan pernah ada suudzon ke Allah bahwa Allah belum kasih jodoh ke kita, padahal kita suka ngotot dengan kriteria kita yang sering mengabaikan sinyal-sinyal dari Allah.


Ingat Jodoh itu masuk dalam takdir Ikhtiar, pilihan kita, sama seperti kita mau minum air putih atau air teh. Mau menikah sama orang ini atau orang itu. Jadi pada saat kita pilih si dia setelah kita jeli menangkap sinyal dari Allah maka Allah mudahkan sampai ke jenjang pernikahan.


Kalau kita menolak karena ada udzur syar'i, okelah, misal oh orang ini tidak baik akhlaknya. Artinya Allah sedang memberikan pelajaran ke kita bahwa ada orang seperti itu, maka jangan kita terima. Kemudian kita minta petunjuk, kemudian dikasih lagi sinyal jodoh baru. Tapi ada dikasih sinyal si dia orang baik tapi masih REWEL, gak mau. Ingatlah bahwa bukan berarti jika kita menikah dengan orang baik, sholeh/sholelah, tampan/cantik, maupun kaya kemudian dia sempurna dan tidak punya salah. Kagak.


Lalu jika kita sudah tangkap sinyal dahsyat dari Allah, kemudian lanjut menikah, ternyata suami/istri buat banyak masalah, bukan berarti sinyal Allah yang salah. Ingat pernikahan adalah ibadah yang lama, kita butuh adaptasi karena masing-masing punya pengalaman hidup berbeda-beda sebelum disatukan. Ga bisa ujug-ujug cocok, butuh adaptasi.


Maka ayo mari kita jangan dengarkan bisikan Syaitan dan hawa nafsu kita ngotot pada kriteria jodoh yang fana untuk terus mengundur-undur menikah walau sudah mendapat banyak sinyal jodoh dari Allah, jangan sampai baru tersadar ketika usia sudah tua renta.


Percayakan pernikahan kita kepada Allah, dan terus berdoa menjadi keluarga sakinah, mawadah, warohmah. Aamiin.


#reminder_diri


Kang Jay



Pusing bahas berat2 mending ringan2, okelah mode on energi muda. Tau gak sih cowo itu sangat sangat sangat sensitif pada sentuhan. Kalau cewe nih ya ama bestie masih gandengan masih rangkulan masih cipika cipiki bahkan tidur bareng satu selimut. Sedang cowok mana ada, cowo sejak lulus SD sudah kagak ada yang pernah ngelus2 lagi, ibunya aja udah ga pernah elus dan peluk maka jadilah cowo tuh haus belaian haha. Cowo itu jablay tau gak sih. Jadi sekalinya dibelai langsung berasa sampai tulang, hiiii merinding kebawa mimpi.


Cewe biasanya berpikir kalau ngepegang cowo maka cewe yang rugi, ih gue kan cewe, no salah karena cowo lebih butuh sentuhan. Jadi kalau suka ama cowo, tertarik ama cowo, misal "cowo ini lucu nich" maka jangan lupa dipakai sentuhannya misal cukup sentuh lengan dikit aja, yah biasa aja jangan diuwel-uwel. Misal blm lama kenal maka tap lengan dikiiit saat ketemu, "eh kamu kemana aja". Kemudian udah mulai akrab "Eh kamu lagi ngapain", ditepuk dikit, lanjut dipukul ringan atau dicubit saat ngomong lucu.


Intinya ada sentuhan, selama ini banyak cewe yang salah mainnya, yaitu sama yang nggak suka malah tu cowo dipegang-pegang, dicubit, dipukul2, dirangkul2 akhirnya si dia yg kagak disuka malah ngejar-ngejar. Coba di ingat-ingat. Jadi jangan ya, kalau ama yg kagak disuka jangan dipegang2 justru ama yang disuka yang dipegang2. Oke ya.


Kang Jay


Pages: Previous 1 2 3 4 5 ... Next »
advertisement
Password protected photo
Password protected photo
Password protected photo