Penuhi Hati Dengan Orang Yang Mencintai Kita ditulis oleh Jayadiningrat


Terkadang kita menjadi sosok yang lupa dengan kebaikan orang lain pada diri kita. Yang kita pikirkan setiap saat justru orang yang selama ini menyakiti dan mengecewakan kita. Hati kita akhirnya dipenuhi kebencian dan dendam. Kebencian itulah yang merenggut kedamaian hati kita setiap hari.

Kita lupa, ada begitu banyak orang yang mencintai kita. Kita lupa, jumlah orang yang mengecewakan kita jauh lebih sedikit dibandingkan jumlah orang yang menyayangi dan berjasa dalam hidup kita. Lantas mengapa kita justru lebih sibuk memikir kan orang yang mengecewakan kita?

Setiap hari, luangkan waktu untuk memikirkan orang-orang yang layak dan pantas untuk kita beri ucapan terima kasih karena telah mencintai kita sepenuh hati. Mereka yang hendaknya mengisi lebih banyak ruang di hati kita.

Jika hati kita terisi penuh dengan sakit hati dan kekecewaan, maka yang menguasai jiwa kita adalah dendam dan kebencian. Kita selalu berusaha untuk membuat orang yang sudah menyakiti kita merasakan sakit yang sama, bahkan lebih sakit dari yang kita rasa. Akhirnya, tiap waktu kita memikirkan berbagai cara untuk membalas sakit hati kita. Waktu dan usia kita ludes untuk memikirkan cara balas dendam kepadanya.

Padahal jika kita renungkan, apa untungnya? Jika dendam sudah terbalaskan, kita dapat apa? Kepuasan hati? Percayalah, rasa puas yang hadir dari kesedihan orang lain bukanlah kepuasan sejati. Itu hanya kepuasan semu. Seolah hati kita senang, padahal ia bagai bara panas yang merusak diri.

Dampak kedua tentu saja kita jadi kehilangan banyak kesempatan untuk membalas kebaikan dari orang yang selama ini membantu dan mencintai kita. Kita jadi kehilangan banyak peluang untuk berterima kasih kepada banyak orang yang selama ini berjasa dalam hidup kita. Kita jadi tak punya waktu untuk memberi hadiah berharga bagi mereka, karena terlalu sibuk memikirkan orang yang menyakiti kita.

Dampak ketiga, kita kehilangan kesempatan untuk memperjuangkan mimpi-mimpi besar yang kita cita-citakan. Fokus kita terpecah. Kita tidak totalitas dalam memperjuangkan harapan yang sudah kita buat.

Karena terlalu banyak kerugian yang kita tanggung, maka sadarkan diri bahwa jadi pemaaf itu sungguh bermanfaat bagi diri kita pribadi. Hidup kita lebih tenang, hati lebih damai, energi kita pun akan tersalur untuk sesuatu yang lebih bermanfaat.

Seminggu yang lalu saya dihubungi oleh Teman SD&SMP yang dulu begitu dekat dengan saya. Kemana-mana kita sering bareng. Dia saat ini sedang berjuang sembuh dari Covid-19. Dia menghubungi saya karena dia selalu teringiang-ngiang pada temen-temannya yang tulus menyayanginya. Dia cerita napas dia sudah tinggal 30% lagi dan kadar oksigen 85%, dia sering terbayang-bayang wajah saya, dia bilang mungkin jika dia tidak menghubungi saya lagi berarti dia sudah memakai ventilator. Dia berharap "disisa hidupnya" masih bisa ngobrol dengan teman2 karibnya dulu. Saya menjadi trenyuh dan berusaha mengirimi dia madu dan puluhan kaleng susu cap beruang. Semoga dia segera disembuhkan. Aamiin.


Update hari ini 5 Januari 2021, teman telah meninggal.



Selamat jalan teman, semoga amal ibadahmu diterima disisiNya. Hiks.


Kang Jay


Post Sebelumnya     
     Next post
     Blog Home

Dinding Komentar

Belum ada komentar
You need to sign in to comment
advertisement
Password protected photo
Password protected photo
Password protected photo