Nikah Untuk Bahagia ? ditulis oleh Jayadiningrat


Banyak dari kita yang baru membina hubungan atau sudah lama ta'aruf atau bahkan sudah lama menikah kemudian kandas ditengah jalan, berawal dari suatu kegundahan hati, kemudian kita secara terbuka ataupun dalam hati mengatakan pada pasangan kita, “Aku tidak bahagia bersamamu.” Perlahan tapi pasti, pasangan kitapun mulai terimbas energi negatif itu dan mulai tidak berdaya mempertahankan sebuah hubungan. Kemudian kita coba ganti pasangan, namun kejadian itu berulang lagi dan lagi. Seakan-akan mencari the only one namun pada akhirnya zonk selamanya.


Padahal, kebahagiaan itu urusan yang berkaitan dengan hati kita sendiri. Sekeras apapun usaha pasangan kita membahagiakan kita, kalau kitanya sendiri tidak pandai bersabar dan bersyukur maka kita tidak akan menemukan kebahagiaan.


Memang saya pernah merasakannya, pada usia 40 tahunan, kita sudah mulai mencari makna kehidupan, dan wajar kita mulai mempertanyakan kebahagiaan bersama pasangan. Namun sebelum mempertanyakannya lebih baik tanyakan dulu pada hati sendiri apakah pasangan kita sudah bahagia bersama kita. Sudahkah kita membahagiakan pasangan?, jangan-jangan masalahnya ada didiri kita sendiri, sulit dibahagiakan tapi tuntutan buaaaanyaaaaak ha ha.


Coba kita bandingkan "Bahagia saat memberi kebahagiaan" atau "Bahagia saat dibahagiakan".


Percayalah, kita tidak akan pernah bahagia jika terus memintanya dari orang lain, karena manusia itu mahluk yang amat lemah dan tidak satu orang pun yang mampu membahagiakan diri kita. Ingat pasangan kita sebelumnya bukan siapa-siapa kita, diapun bersama kita untuk meraih kebahagiaannya juga.


Dulu saya pun merasakan kesakitan saat istri atau pacar saya bilang, "saya merasa tidak bahagia menikah denganmu", "kenapa aku dipertemukan denganmu dulu", saya paham sih maksudnya tuh "aku ingin dibahagiakan", "aku ingin kamu berubah". Namun penyampaiannya menjadi sangat menyakitkan ke saya, namun saya tidak serta merta membalasnya dengan men-judge dia juga, seperti yang lagi happening saat ini yaitu seorang youtuber dgn suami aceh yang frontal bilang istri durhaka lah bla bla. Namun itu saya anggap sebagai pengingat, "oh mungkin aku kurang perhatian", "oh mungkin aku perlu banyak ajak ngobrol dengar curhat dia dan perang bantal hehe", "oh mungkin aku perlu menyisihkan uang untuk lebih sering ajak dia jalan2 dan makan2". Karena saya sadar hal terbaik dalam hidup ini saat pasangan kita bahagia, imbasnya ke kita sendiri yang ikut bahagia. Itu seperti membahagiakan Tuhan dengan ibadah2 rutin & rajin kita, imbasnya Tuhan memberi kita kehidupan bahagia di dunia & akheran aamiin.


Sehingga bahagia itu bukan pada diri orang lain, tapi pada diri kita sendiri. Bahkan saat punya pasangan toxic, tetap ada sisi yang bisa membuat kita bahagia, setidaknya kita tidak sendirian dan masih ada yang perhatian dengan marah2 atau menyakiti kita hahaha.


Bahagia itu bukan dengan meminta, tetapi dengan memberikan. Itu makna bahagia sejati.


Saat kita yang single bisa bahagia tanpa berusaha menggantungkan kebahagiaan pada orang lain. Maka tinggal selangkah lagi kita menuju kepelaminan karena kita jadi lebih mudah memutuskan. Dan juga karena, saya selalu percaya, baik pria maupun wanita single sebenarnya memiliki pilihan yang banyak, tinggal kita mau bahagia atau tidak walau dengan pilihan yang jelek sekalipun. Percayalah, jelek itu bisa dipoles dengan bedak sabar dan syukur.


Menikah memang bukan main-main namun menikah juga bukan hanya soal mencari yang bisa membahagiakan, namun banyak hal lain yang bisa kita raih. Ya banyak. Kisi-kisi pertama, pernikahan adalah proses melengkapi diri dan kehidupan.


Akhir kata, pernikahan gak cuma berisi kebahagiaan, gak usah berekspektasi terlalu tinggi ah.


Kang Jay


Post Sebelumnya     
     Next post
     Blog Home

Dinding Komentar

Belum ada komentar
You need to sign in to comment
advertisement
Password protected photo
Password protected photo
Password protected photo