⁣Betapa susahnya Menahan Diri untuk Tidak Memamerkan Kebahagiaan ditulis oleh Jayadiningrat


Akhir-akhir ini saya banyak merenung, bahkan sampai pada tahap mengambil konklusi, bahwa terkadang menggunjing orang Sukses adalah hiburan menarik bagi orang-orang yang Gagal. Hal itu dilakukan sebagai upaya untuk menghibur hati mereka yang sudah capek karena hanya menjadi penonton bagi kesuksesan orang yang mereka gosipkan.


Ketika Anda menjadi bahan gosip atau sedang banyak yang membicarakan, bisa jadi ada dua kemungkinan:

1. Anda memang orang yang menyebalkan.

2. Anda orang yang dianggap Sukses.


Membedakannya tidak begitu Sulit. Kalau kita dianggap nyebelin, cirinya adalah banyak yang menjauh dari kita. Ya, siapa juga yang mau berteman sama orang nyebelin. Wajar juga kalau diomongin.


Kalau Anda menyebalkan, tidak ada solusi lain kecuali dengan mengubah sikap dan memperbaiki attitude. Karena itu sumber masalahnya.


Sedangkan kalau Anda digunjing karena dianggap sebagai orang yang berhasil, cirinya: banyak yang pengin mendekati Anda, apalagi kalau sedang ada maunya.


Saat Anda dianggap sebagai orang yang sukses, solusinya adalah: tetaplah menjadi pribadi yang rendah hati, jangan terlalu sering pamer. Karena kebahagiaan itu untuk dinikmati. Bukan untuk dipamerkan dan bikin iri.


Karena disadari atau tidak, kini kita hidup di masyarakat yang baru bisa menikmati kebahagiaan saat kenikmatan yang kita rasakan diketahui oleh orang lain. Itulah sebabnya semua hal menjadi postingan status di media sosial. Seolah kita baru bisa bahagia saat orang lain iri dan bilang kita orang hebat.


Pertanyaannya, setelah orang lain bilang kita hebat, memuji dan menganggap kita sukses, lantas apa yang kita dapat? Mungkin penghormatan. Atau lebih sering justru todongan permintaan.


Saya teringat dengan guyonan Gus Baha yang mengatakan: “Saya kalau sedang punya banyak uang, saya justru diam. Kalau bisa jangan ada orang yang tahu. Itu justru lebih aman.”


Namun yang terjadi di masyarakat justru sebaliknya, saat lagi kaya, pamer, saat dapat proyek, pamer. Saat naik jabatan, pamer. Saat bisnis melejit, pamer. Saat jalan-jalan, pamer. Saat makan enak, pamer. Tetapi giliran ada teman mau pinjam duit, ada saja alasannya. Ketika punya Suami pamer kemesraan. Ketika punya Istri cantik pamer haha. Giliran ada teman yang nagih utang, ngeles aja bawaannya.


Mengapa kita sangat takut disangka tak bahagia, sehingga merasa perlu menunjukkan kebahagiaan kita di depan banyak orang? Padahal kebahagiaan sebenarnya bukan untuk dipertontonkan. Tapi untuk dinikmati. Biarkan saja orang menilai kita menderita kalau nyatanya kita sedang bahagia.


Atau jangan-jangan kita baru bisa bahagia saat melihat semua orang iri pada kita? Kalau seperti itu, oh, betapa susah dan mahalnya syarat kebahagiaan kita.


#onedayoneblog


Kang Jay


Post Sebelumnya     
     Next post
     Blog Home

Dinding Komentar

Belum ada komentar
You need to sign in to comment
advertisement
Password protected photo
Password protected photo
Password protected photo