Manajemen Jiwa Perempuan Paruh Baya ditulis oleh Jayadiningrat


"Kang, jangan bahas cinta-cintaan wanita muda terus, bagaimana dengan saya wanita tidak jauh dari usia akang 46an. Saat itu saya merasa terjadi perubahan besar pada diri saya seperti swing mood, emosi meledak2, sulit gembira dll yang kemudian membuat saya mantap untuk cerai dari suami saya. Namun saya sulit melupakan mantan suami sampai saat ini. Nuhun pisan kang."

Baik teh, sebelum membahas ke kisah inspirasi barangkali ada kemiripan dgn kisah hidup tweteh. Saya ingin menjelaskan sedikit tentang proses ilmiah hasil penelitian di Amerika tentang perempuan diusia tweteh. Harap maklum ya teh, penelitian seperti ini jarang dilakukan di Indonesia he he.

Pada saat pre-menopause, hormon2 perempuan mulai berubah sampai tiba menopause. Berawal biasanya usia 42 tahun, otak perempuan jadi kurang peka terhadap estrogen. Bertahun tahun kemudian muncul gejala seperti: rasa panas padahal suhu ruangan normal, nyeri sendi, siklus haid lebih singkat 1-2 hari, berat badan naik, nyeri dada, kecemasan, depresi (suasana hati sangat buruk), mudah marah, merasa lelah, siap menangis karena apa saja, dan dorongan seks yang menurun tajam. Untuk dorongan seks menurun karena bahan bakarnya yaitu testosteron menurun. Kestabilan otak perempuan biasanya semakin gawat diusia 46-49 tahun, dimana indung telur menghasilkan estrogen dengan jumlah tidak menentu. Semua gejala diatas sifatnya berubah ya, artinya misal usia 30an suka marah2, kemudian setelah usia 42 suka marah2 juga terus mempertanyakan "Kenapa sekarang saya suka marah2 ya?", ya itu mah emang tabiat bawaan orok yaitu sulit mengontrol emosi.

Bagi 15% perempuan masa pre-menopause enteng2 saja. Sedang 30% terasa tidak nyaman sepanjang waktu. 55% muncul gejala tapi kadang2 hanya dalam durasi waktu tertentu.

Untuk yang 15%, ada gejala tapi ringan dan baik-baik saja. Bisa karena genetik perempuan ini bagus, atau dia dilingkungan yang kondusif seperti punya kesibukan walau IRT, memiliki suami baik, dan anak-anak yang berkembang dengan baik.

Bagi yang 30%, ada penelitian setelah dua minggu mengkonsumsi obat Estrogen dan Zoloft, banyak wanita merasa seperti diri mereka yang dulu lagi usia 20-30an. Estrogen akan mempengaruhi hormon lain diotak yaitu zat2 neurotransmitter yang mengendalikan suasana hati dan memori. Sedang Zoloft memulihkan jaringan neurotransmitter di otak. Jika ada terus-menerus mengalami gejala diatas bisa coba langsung ke Psikiater, tapi jika sang Psikiater menyarankan ke Psikolog dulu ya ikuti saja. Psikolog mengobati jiwa tanpa obat. Psikiater mengobati jiwa yang sudah sulit disembuhkan dengan terapi saja, sehingga harus dengan obat ha ha. Tapi ingat namanya obat tetap ada efek samping. Masing2 ada plus minusnya.

Ada alternatif lain yang alami, namun kadar estrogen rendah yaitu kedelai, sayuran berdaun hijau gelap, dan brokoli.

Penelitian memperlihatkan perempuan pre-menopause lebih banyak gejala seperti diatas dibanding yang sudah melewati menopause. Usia rata-rata wanita indonesia menopuase adalah 51 tahun.

Berikutnya ini tentang kisah perempuan pre-menopuase. Sebutlah Kartika usia 48 tahun, pada suatu pagi dia terjaga dan memutuskan sekarang saatnya. Dia sudah tidak tahan lagi. Dia ingin cerai. Sudah jelas baginya bahwa suaminya tidak mau didekati dan hanya memikirkan dirinya sendiri. Dia sudah bosan mendengarkan omelan Dodi suaminya. Dia muak. Tetapi, yang benar2 membuat Kartika habis kesabaran adalah ketika dia dirawat di RS selama seminggu karena penyumbatan usus. Dodi hanya dua kali menjenguk, dua2nya untuk bertanya urusan rumah.

Begitulah Kartika, pada usia 48 tahun, dia masih menarik dan merasa penuh energi. Dia merasa dalam sanubarinya bahwa keinginan untuk mengurus orang lain telah lenyap. Dia siap mengambil resiko dan melangkah menuju impian2nya.


"Apa yang salah dengan diriku", guman Kartika. Padahal dia selama berpuluh2 tahun memasak, membersihkan rumah, dan membesarkan ketiga anaknya. Namun mendadak dia, tiada hujan tiada angin, bertanya, "Mengapa?".

Sebenarnya ada proses ke perubahan itu, dia menyadari dia berubah dan pada usia 46 tahun dia menemui psikiater. Karena dia mengeluh gejala2 yang berhubungan dengan suasana hati, seperti mudah kesal, ledakan2 emosi, dan tidak ada kegembiraan. Ya dia menderita pre-menopause, hormon2nya sedang berubah. Komentar yang salah dari Dodi suaminya sudah cukup membuatnya membanting pintu dan lari ke kamar untuk bertangis ria selama satu jam. Dia memutuskan Psikiater karena dia sudah tidak tahan lagi dan ingin Psikiater meresepkan sesuatu. Psikiater memberi dia Estrogen dan Zoloft. Dalam dua minggu, Kartika terheran-heran karena merasa jauh lebih baik. Dia memang memang membutuhkan dukungan neurokimia itu. Dia masuk dalam 30%, yang cukup lama mengalami gejala pre-menopause.

Kembali ke Kartika di usia 48 yang ingin bercerai dengan Dodi. Dia merasa siksaan pre-menopause sudah berlalu, seolah pandangannya sudah jernih tentang apa yang dia inginkan dan apa yang tidak ingin dilakukan. Kartika sudah memberi tahu Dodi walau masih menghormatinya, bahwa dia muak dengan tuntutan terus menerus mengurusi semua kebutuhan Dodi dan mengurusi rumah besar mereka. Ini efek gelombang estrogen dan oksitosis untuk memastikan bahwa dia akan mengurusi kebutuhan orang lain sudah tidak ada lagi. Tentu masih ada cinta pada anak-anaknya tapi karena anaknya sudah bekerja atau kuliah diluar kota sehingga sudah tidak ada kehadiran mereka secara fisik. Sehingga struktur ibu purbanya melonggar. Dia bilang ke suaminya, "Kamu kan orang dewasa, dan saya sudah selesai membesarkan anak2. Sekarang, giliran saya untuk punya kehidupan.".

Bagi banyak perempuan, pada tahapan hidup ini tidaklah melulu penuh kebencian. Banyak juga pasangan yang memiliki semakin banyak waktu dilewati berdua, dan semakin baik hubungan mereka. Mereka bersama-sama melewati masa transisi itu. Menyusun aturan baru untuk masa depan mereka.

Sayangnya transisi pada Kartika tidaklah setenteram itu. Dia ingin kembali ke sekolah pascasarjana dan mulai bekerja di asuransi jiwa. Dia merasa kehidupan barunya ini membuatnya bahagia. Dia merasa sedang merubah dunia. Ini sangat berlawanan dengan perdebatan yang semakin panas saat Dodi pulang dari kantor setiap malam.

Mulailah Dodi terkaget2 saat Kartika bilang, "Buat saja makan malam sialanmu sendiri", dia tidak mempercayai pendengarannya. Kartika juga membentak saat dia ingin menanam saham, namun suaminya tidak mau. Semua yang dikatakan Dodi seakan menjengkelkan, Kartika bahkan mengumumkan bahwa dia akan keluar dari rumah mereka.

Sebenarnya saat Kartika masih muda, dia akan melakukan semua yang dia bisa lakukan untuk menghindari pertengkaran dengan suaminya, bahkan saat dia marah. Namun sekarang saat persediaan hormon estrogen yang menjadii bahan bakar untuk memupuk emosi dan sirkuit2 komunikasi yang membuat panik perempuan bahwa bisa mengancam rumah tangganya, menjadi sedikit bahkan telah dihentikan produksinya. Mulailah drama itu.


Dulu saat muda dia berbangga diri karena bersikap malu, ramah, dan membiarkan suaminya menang. Dulu empati untuk suaminya itu tulus, saat suaminya lelah dan kesal dari kantor. Dia menjaga perdamaian demi menjaga keutuhan rumah tangga. Pikirannya, "Punya suami itu bagus jadi kita terlindungi". Kartika akan menggigit lidah jika Dodi berkata kasar setelah hari berat dikantornya, atau dia akan mengaduk2 sop dan tidak menanggapinya.

Namun saat Kartika mendekati menopause, pengendali itu lepas. Dia semakin mudah kesal. Rasio testosteron terhadap estrogennya sedang berubah, dan kemarahan jadi mirip laki-laki. Sekarang, Kartika menghadapi Dodi dengan melepaskan kemarahan yang terpendam selama puluhan tahun. Sering memang semua ketidakbahagian istri ditimpakan pada suami. Keluhan Kartika sah-sah saja, tapi akar ketidakbahagiaannya masih belum jelas. Bahkan anaknya sendiri bilang, "Ma, tingkah mama aneh dan papa menjadi takut katanya".

Kalau kita mungkin suka berpikir laki2 meninggalkan istri mereka pada perioda menopause karena sang istri menua, gemuk atau terlalu kurus. Namun statistik menunjukkan 65% perceraian diusia mendekati atau setelah menopause dimulai oleh perempuan. Saya berpikir itu terutama karena perempuan sudah tidak mau bersabar menghadapi suaminya, apalagi suami yang pernah ketahuan selingkuh.

Di bulan Agustus diusia 48 tahun, Kartika memutuskan bercerai. Bahkan teman2 nya sudah mulai menjodohkannya dengan sejumlah laki2. Ya di usia 49 tahun resmilah mereka bercerai.

Mulailah dia mencari suami pengganti. Namun tidak perlu waktu lama, dia menemukan laki2 yang sama menjengkelkannya seperti kepada Dodi. Kartika mulai menyadari laki2 single yang mendekati pensiun atau sudah pensiun mencari "PERAWAT BERDOMPET", yaitu wanita yang punya uang sendiri tetapi mau mengurus mereka sepanjang sisa hidup mereka. Ini cukup mengejutkan Kartika. Ini kok persis seperti keinginan saat dia muda. Cari laki2 yang membawakannya uang dan mau mengurus dia.

Namun Kartika masih penuh harap bahwa dia akan menemukan sang "Suami Sempurna" untuk bersama-sama melewati masa tua. Dia butuh rekan setara, belahan jiwa, bisa diajak berbahagia tapi tidak harus melakukan pengurusan secara fisik seperti memasak, mencuci baju, dan membersihkan rumah.

Namun sayangnya pengurusan itulah yang diharapkan dari laki2 lebih tua yang Kartika kencani karena itu yang dilakukan para mantan istri mereka. Kartika tidak berniat menjadi perawat dan tidak seorangpun boleh mencuri uang dari dompetnya.

"Lebih baik saya tidak punya siapa2 sekarang ini". Ya toh Kartika punya banyak teman dekat yang membuatnya gembira. Dia mendambakan sosok laki2 yang lebih sedikit stresnya dibanding saat bersama Dodi.

Memang setelah pisah dengan Dodi, Kartika suasana hatinya menjadi baik dan tidak mudah kesal. Dia menjalani pekerjaan sebagai agen asuransi dengan bahagia. Menonton film2 lama, mandi berendam lama, dan sampai larut malam melukis ya sebuah hobby yang menyenangkan. Saat anak2nya menelepon, dia bersemangat berbicara dengan mereka. Dia mengira makin baiknya suasana hatinya dikarenakan dia sudah mengenyahkan masalah terbesar dari hidupnya: Perkawinan buruknya.

Namun setelah lewat enam bulan dari perceraian, Kartika mulai mengeluh merasa kesepian. Dia mengeluh tidak punya seseorang untuk membicarakan berbagai kejadian dalam hidup dia sendiri dan anak-anaknya. Saya berpikiran Kartika merindukan kehadiran Dodi. Dia mulai berpikir kalau saja dulu mereka bisa berbincang bersama-sama menegosiasikan aturan baru, maka Kartika akan menganggap hubungan mereka berimbang.

Setelah dua tahun berpisah dari Dodi, dia merasa menjadi gadis lagi dan sudah mengencani banyak laki2 yang lebih tua tetapi mengecewakan. Selama dua tahun berpisah dengan Dodi, dia masih merindukannya, wajar 30 tahun hidup bersama itu bukan waktu yang singkat. Kartika masih stalking dan mengikuti linimasa account medsos milik Dodi baik FB, LinkdIn, dan Twitter. Dia merasa hanya dengan Dodi dia bisa berbicara tentang hal-hal tertentu, termasuk tentang anak-anak mereka.

Suatu saat di tahun ketiga saat Kartika berusia 52 tahun dan sudah menopause, Dodi mengajaknya makan malam, dan Kartika memutuskan menerimanya. Mereka bertemu di cafe yang romantis. Disana mereka bercakap-cakap dengan tenang mengenai kesalahan yang telah terjadi. Percakapan diakhiri dengan saling meminta maaf atas ketidakbahagiaan yang ditimbulkan oleh masing-masing pihak. Mereka juga punya pengalaman baru untuk dibagi, seperti Kartika tentang pekerjaan dan lukisannya, atau minat baru Dodi tentang koleksi sepeda Brompton dan sparepartnya, bahkan pengalaman lucu saat masing2 berkencan. Akhirnya mereka menemukan kembali persahabatan dan rasa hormat satu sama lain. Mereka sudah bahagia masing-masing, apalagi Dodi sudah menemukan belahan jiwanya yang baru.

Demikian sekelumit blog yang saya dapatkan dari berbagai sumber terutama dari seorang Psikiater PhD perempuan dengan pengalaman lebih dari 30th di profesinya. Saya pikir blog ini bukan hanya untuk perempuan yang sedang atau telah menopause, namun juga perempuan muda untuk mengantisipasi perubahan hormonal itu.

Kang Jay


Post Sebelumnya     
     Next post
     Blog Home

Dinding Komentar

Belum ada komentar
You need to sign in to comment
advertisement
Password protected photo
Password protected photo
Password protected photo