Klo perabotan jorok gt ga malu diupload di dunia maya, berarti pemiliknya ga sadar klo dirinya super duper jorookk
Pandemi covid memang akhirnya membuat menjadi kreatif, ada yang merubah pola hidup yang biasa offline menjadi online, ada yang merubah sistem sentralisasi yang biasa bisnis besar menjadi desentralisasi retail.
Ceritanya, sekitar tahun 2020an dari obrolan dari pada nganggur, obrolan iseng tentang pariwisata yang tiarap total ada ide gimana cara mengembalikan industri kembali bergairah jika pandemi berakhir...muncullah revitalisasi dan digitalisasi desa wisata terdampak covid. Dari obrolan iseng, rencana, dituangkan dalam tulisan dan revisi sana sini jadilah proposal.
Proposal ini coba kita submit ke kementrian pariwisata, tidak terlalu berharap direspon cepat mengingat kondisi social distancing.
Beberapa bulan lalu pernah dihubungi untuk menjelaskan proposal yang disubmit tetapi belum ada kepastian tanggal kapan presentasinya.
Setelah "terlupakan" akhirnya dapat undangan untuk menjelaskan dan presentasi di Kementrian Pariwisata.
Itung itung sambil Jalan jalan ke Jakarta dibayarin hehhehe
Walau macet macet ria menikmati Jakarta yang sedang membangun.
Banyak hal yang kita diskusikan, mulai dasar hukum, prosedur, Dana Alokasi khusus, pendampingan sampai prosedur pelaksanaan dan kontinuitas program.
Menikmati malam, Jakarta yang mulai berhias menyambut Natal dan Tahun Baru.
Walau Gancit tinggal melangkah, kaki ini belum tergerak kesana hehehe.
Intinya sih, Jangan pernah meremehkan tentang ide, obrolan iseng karena semua itu bisa jadi serius jika kita memang menindaklanjuti secara positif.
So...selamat berkreasi dan berinovasi.
Org yg sombong krn pamer harta biasanya sadar klo dirinya sombong, tp org yg suka pamer amal n ibadah biasanya ga sadar klo dia Riya'...ilang dah tuh pahalanya klo diumbar2 melulu
(Nok kakang mah cuma wong tani
mung bisa tulus nyayangi
tapi lamon senok ngejar materi
pasrah bae los mana luru wong sugih.)
Yang lain pamer ketampanan, harta benda dan hal yang berbau wah, aku mah apa hanya petani di sawah.
Ada banyak hal yang aku dapatkan ketika turun langsung menjadi petani, malu ...tidak, justru aku SANGAT BANGGA malah aku pamerkan.
Filosofi manunggal dengan alam, rendah hati, dan menerima takdir adalah hal utama yang aku dapatkan dari bertani, dan tidak di ajarkan di Universitas manapun di Dunia.
Menyatu dengan alam sehingga bisa membaca kapan hujan kapan panas, kapan musim tanam kapan di beri pupuk dll, tanpa bantuan alat canggih adalah pelajaran pertama, dengan modal kejujuran dan kerja keras.
Bahwa nasi/gandum yang kita konsumsi ternyata melewati 18 proses dari petani sehingga bisa konsumsi. Masih suka kah kita menyia-nyiakan kerja keras mereka dengan sering membuang "makanan"?
Sederhana dan bersahaja tidak butuh pencitraan atau nama adalah modal untuk rendah hati. Tetap menjadi baik meski di jelek kan lewat cerita orang yang belum pasti kebenarannya.
Ikhlas itu bukan di mulut dan hati, tapi dengan perbuatan, itu adalah titik Kulminasi dari menerima takdir.
Manusia berencana Tuhan penentunya, hasilnya baik/ buruk di terima dengan tersenyum, Urip ojok kakean sambat.
Belajar Kehidupan dengan "Merasakan" dan "Di rasakan" agar tidak mudah menghina dan menyepelekan orang serta merasa diri paling benar.
#petanipadi, petanigandum dan petanikode
Dari pojok Semarang, berangkat bercengkrama dengan sore di kota lama, menikmati keheningan malam kota di atas jalan jl Jangli-gebeng.
Ku susuri setiap jendela di Lawang Sewu antara pemuda dan Pandanaran, lalu melepas lelah di Gua Kreo Manyaran, kemudian Ziarah di makam masterpiece tokoh Semarang yaitu Ki Ageng Pandanaran di Mugas, atau Mbah Sholeh darat di Borgota.
Dari barutikung Semarang Utara, aku sering sekali menemui temanku yang bekerja sebagai salah satu penjaga dermaga laut Tanjung mas, yang mana kalau ngopi maka gulanya tinggal ambil aja di bak truk yang bongkar muat gula import dari China setiap hari.
Oh ya aku juga ada kenalan baru ibu Dosen Un*** ternyata anggota AN, rumah nya di wilayah Karanganyar Gunung yang mana jalannya bikin ciut nyali yang harus pakai perseneling 1, saking curamnya tanjakan dan tikungan juga sempit.
Dari tempat wisata, jalan besar, Pecinan, kampung jajan, kampung batik kampung oleh-oleh, sampai kampung judi dan prostitusi aku jelajahi, agar memuaskan andrenalin di tubuh di samping harus adil, jangan hanya wilayah putih yang di jelajahi, wilayah hitam dan abu-abu harus tahu juga.
Monggo teman AN yang ingin menjelajah Semarang atas bawah, luar dalam, hitam putih saya siap jadi Guide nya, di jamin gak akan kesasar kok, paling nyasarnya ke ........???? mumpung aku ada di Semarang, next time Demak-Pati.
Juragan Properti kang Choiry, kapan main ke Semarang akan aku sambut dan akan ku sambit, jangan bilang proyek nya sudah di ACC dinas terkait, nanti gak ada waktu buat ngopi bareng.