User blogs

UHN_Li VIP
Salam kangen buat Mr.Mahmud andai msh ON di planet AN ini.

Salam kangen jg buat yg prnh saling kenal.

Mmmuuach... :*

UHN_Li Aug 13 '20 · Nilai: 5 · Komentar: 11
whidayat3 VIP

#Alasan Kenapa Kita Harus Bersikap Diam Seribu Bahasa


Diam itu bisa bicara lebih keras dan menggema,

ketika mulut dan kata-katanya dirasa tiada berguna.

Ada momen di mana kita ingin bicara lantang, atau mungkin menjerit histeris. Kita ingin didengarkan, dan direspons dengan baik. Bagaimanapun, suara kita sudah gatal untuk keluar. Namun di saat yang sama, kita kerap dilema.

Pernahkah Bro-Sist menyesali sesuatu yang sudah diucapkan atau diungkapkan?

Efek dari penyesalan yang lebih besar itu kadang membuat kita segera mengendalikan suara. Kita jadi berpikir berkali-kali. Atau, kita memilih opsi lain untuk bersuara. Entah lewat karya tulis atau karya seni lain. Mau orang lain mudeng atau tidak, yang jelas unek-unek dalam hati sudah impas. Hanya saja, tak semua orang bisa beruntung memeroleh skill itu.

Pada akhirnya, sebagian besar dari kita pun memilih diam.

Postingan ini terinspirasi dari statusnya Pak Arif Subiyanto, yang ajaibnya, seakan-akan mendukung tindakanku untuk diam dalam menghadapi hal-hal tertentu. Hehe… Nah, status beliau bakal daku olah kembali, ya. Sengaja daku bentuk dalam list.

Well, kenapa kita harus bersikap diam ketika menghadapi omong kosong seseorang...?

#1. Karena Kita Memang Keliru

Sanggahan maupun koreksi bisa saja terarah pada diri kita. Wajib hukumnya kita menyambut semua itu. Kalaupun apa yang mereka sampaikan memang benar dan ternyata diri kita yang keliru, diam dan terima saja. Itu pertanda kita diperhatikan, diselamatkan, dan dibimbing pada kebenaran. Kita harus lebih banyak belajar lagi.

#2. Karena Kita Bisa Belajar Rendah Hati

Khusus di blog ini, daku sudah menerima berbagai masukan dari pembaca. Ada yang menyampaikan secara datar, dan ada juga cukup sengit. Kata Pak Arif, hendaknya kita merespons semua itu dengan sikap yang rendah hati. Reaksi itu membuktikan: ungkapan kita mungkin keliru, namun topik yang kita sampaikan bukan omong kosong; banyak pihak tersengat atau tergugah untuk menanggapi sebab topik itu membuka peluang bagi mereka untuk berefleksi atau menunjukkan level kepakarannya.

#3. Karena Kita Memang Benar dan Merekanya Saja yang Tak Paham

Ada kalanya yang sudah menyuarakan kebenaran pun ditodong dengan selaan atau sanggahan. Padahal apa yang kita utarakan sudah sesuai dalil, bukti, atau teori yang kuat. Tetapi tetap saja ada pihak yang tak setuju dan mencecarkan serangan. Kalau pun kita dalam posisi tersebut, menurut Pak Arif, diamlah. Hanya itu cara yang anggun dan santun untuk menanggapi omong kosong.

#4. Karena Kita Tak Ingin Nampak Lebih Bodoh

Kalau kita membalas ocehan seseorang dengan mengoceh lagi, apa bedanya kita dengan dia? Apalagi kalau isi bualannya hanya gelembung yang tak berisi. Maka tips aman dan cerdasnya hanyalah diam. Pak Arif bilang, diam bukan berarti kehilangan muka. Justru sebaliknya: kita tidak nampak semakin bodoh.

#5. Karena Kita Tak Mau Baper

Pak Arif bertanya, “coba dihitung berapa kali dalam sehari, sepekan atau sebulan anda diprotes, diejek, diomeli, disindir atau dimarahi orang. Apa yang anda rasakan?”

Emosi yang muncul tentu negatif, ya. Kita akan merasa jengkel, tersinggung, berang, rendah dan dinistakan. Kalau tak pintar-pintar mengolah emosi, aksi mencak-mencak orang-orang itu nyaris tak mencipratkan dampak positif. Karenanya lebih baik diam. Menurut Pak Arif, biarpun orang ngomel atau njeplak, ngotot emosional sampai mampus karena pecah pembuluh darah di otaknya, kalau kita memutuskan untuk tidak berubah, semua kicauan sengau itu sia-sia belaka.

Di dalam literasi agama Islam, karena hikmahnya yang besar, sikap diam tak jarang disinggung sebagai bagian dari ahlakul karimah.

Di sisi lain, orang tua kita terkadang mengingatkan atas jumlah lubang telinga lebih banyak daripada mulut, itu supaya kita lebih banyak mendengarkan daripada bicara.
whidayat3 Aug 13 '20 · Komentar: 3 · Tags: #jagalahhati jangn kau nodai, #aagyim heehee
Ibnuanugerah VIP

Jodoh kita seperti apapun tingkat kesolehahannya adalah tergantung iktiar kita mengazzamkan diri menjadi pribadi matang, tak hanya kesolehan pribadi, tapi kesolehan sosial yang bisa memberi manfaat untuk orang banyak.

Masih inget kata2 ratih kepada angga di film pendek Cinta Subuh ;

"Gimana mau jadi imam rumah tangga, kalo jadi imam diri sendiri aja nggak bisa".

Ini cerita nampol bgt, bahwa subuh adalah kebiasaan terpenting dalam pribadi ikhwan (laki-laki) untuk menjadi imam.

Kenapa di masjid? Karena "dua rokaat sholat sunnah sebelum subuh (sholat qobliyah) kata Rosul Allah adalah lebih baik daripada dunia beserta isinya" apalagi sholat subuhnya.

Terapi subuh ini buat yang belum terbiasa, boleh dicoba. Bikin Tabel 40 hari tanpa putus. gagal di hari ke 29, ulang dari awal, begitu seterusnya.

Yuk sama2 berkompetisi !!!

Ibnuanugerah Aug 13 '20 · Komentar: 1 · Tags: #pejuangsubuh
Lee VIP
panjang kali blog hny ntk perang blog, orang akan bisa membaca ny. krn isi blog tersebut itu itu saja.



tidur lagi....

Lee Aug 13 '20 · Komentar: 2
Lee VIP
pada nulis novel.... apa krn jaman mudanya dulu sering baca novel sehingga mrk buat Blog panjang bisa mengapresiasikn kejadian itu semua?

mending y tetap aku..... di buat Blog sepanjang buku novel belum tentu di baca yang lain.....


selamat menunaikan ibadah subuh buat kita semua...

Lee Aug 13 '20 · Komentar: 10 · Tags: ok ajalah
Jayadiningrat VIP

Mantan itu berawal dari satu kata, CINTA. Yaiyalah, gimana juga kalo gak cinta, mana bisa jadi MANTAN. Kalau denger kata mantan, kebanyakan orang (gue gak termasuk ya) pasti ingetnya sakit, ngeselin, diselingkuhin, pengen nabokin, pengen kubur hidup-hidup. Tapi, buat gue nih ya, makhluk bernama mantan itu gak akan gue apa-apain, apalagi sampai gue makan hidup-hidup. Ini mungkin juga berlaku bagi ladies, bidadari kan gak pernah nyakitin orang yekan.

Dan yang perlu kita tahu, mantan juga pernah buat kita bahagia. NOTED! Mmmmhhh... ya, mereka telah mengisi kehidupan kita, suka ataupun duka. Tapi, namanya cinta ya kayak gitu. Kadang bikin senyum-senyum sendiri, bikin kesel, bahkan sampe ga bisa move on.

Intinya, ”Buat kamu yang mau cari jodoh dan jatuh cinta, siap-siap juga disakiti. Kalau nggak mau disakiti, jangan jatuh cinta. Jomblo aja seumur hidup."

Dan... buat mantan kalian, kalian harus berterima kasih kepada mereka (eh mereka) kamsudnya dia yang udah pernah mengisi perjalanan cinta kalian.




”Masih inget sama mantan. Kalo masih inget, gak akan jadi mantan.”

" Enak ya jadi kamu. Pengen dapet status mantan, rela ninggalin aku pas lagi sayang-sayangnya."

"Mantan itu ada 2 jenisnya, mantan terindah ama mantan terenak, eh..."

"Itu virus apa pacar, sih. Kerjaannya nyakitin terus."

"Karena 'Hai' setitik, rusak move on setahun."

"Sepandai-pandainya move on kalau disenyumin mantan bakal gagal juga."

"Ingat dia cuman minta maaf bukan minta balikan apalagi minta dilamar, lek ngayal ki ojo duwur-duwur to le timbang kesampluk pesawat."

Ya, diatas hanya intermezo, bahasan ringan melayang......lalu bahasan beratnya gimana ???

Yaitu saat kita ingin membuat mantan kembali ke kita he he, pasti ada yang mikir "gak gue banget gitu loh, kan mantan udah ditaroh di tong sampah mosok mungut sampah sih", namun hati nurani kalian ada aja yang masih berharap yekan terutama yang bukan korban diselingkuhin cuman korban adu mulut dll. Ngaku deh.....

Sebenarnya untuk bisa balikan lagi dengan mantan kita itu tidaklah terlalu sulit. Cukup lakukan beberapa "TRIK" maka dia pasti akan memohon untuk bisa kembali bersama kita.

Yang paling sulit itu adalah bagaimana cara mempertahankan dirinya begitu dia sudah kembali.

Ada banyak sekali wanita yang berhasil membuat mantan mereka kembali setiap hari. Namun mayoritas dari mereka akhirnya akan putus lagi. Kenapa?

Alasannya sederhana yaitu karena masalah yang dulu menyebabkan mereka putus itu masih ada dan belum teratasi sama sekali.

Jadi kita memang harus dapat mengetahui apa 'akar permasalahan' yang telah merusak hubungan anda dan anda harus bisa mengatasinya. Jika tidak maka anda hanya tinggal menunggu waktu untuk kembali kehilangan dirinya. Memang dibutuhkan sedikit usaha lebih untuk bisa membuatnya ingin kembali serta sekaligus untuk mempertahankan bersama anda.

Sayang gak bisa panjang-panjang nulis blog nya, lanjut di blog-blog selanjutnya yach. Saya kasih bocoran dikit: Putuskan kontak dengannya minimal 4 minggu, mengapa 4 minggu?. Hehe.




Sebelum mengakhiri yuk kita nyanyi dulu, "Mau dikata apalagi jika kau bukan milikku lagi, namun masih bersemi dihati. Terima kasih atas semua kenangan indah ini."

Penutup.
Mengenang mantan sah-sah saja tapi jangan keseringan, karena mengenang adalah pekerjaan pensiunan. -sujiwo tejo-

Kang Jay

Jayadiningrat Aug 13 '20 · Tags: mantan
Dina52 VIP

Jadilah muslimah yang cerdas dalam menentukan pilihan. Jangan hanya karena usiamu yang semakin menua, lantas membuat kamu mengorbankan seluruh hidupmu pada laki-laki yang salah.


Selengkapnya baca di pictrosette













Pict juga berlaku untuk laki2 tinggal di sesuaikan sajablush


Jangan lupaaa baca doa klu udh selesai baca

upside_down


Dina52 Aug 12 '20 · Nilai: 5 · Komentar: 39
Ning272 VIP
vbow

Bonus grimacingbow

Ning272 Aug 12 '20 · Komentar: 25
widyahariati VIP
joy
smiley
widyahariati Aug 12 '20 · Komentar: 13
Jayadiningrat VIP
Mudah saja bagi kita untuk melewatkan satu hari, terutama hari yang sibuk, dan di penghujung hari itu, kita bertanya pada diri sendiri, “Kok tahu-tahu sudah sore? Apa saja yang sudah kulakukan?” Dan sejujurnya, kita tidak dapat mengingat apa saja yang sudah kita selesaikan.

Keesokan harinya, hal yang sama terjadi lagi. Dan tanpa kita sadari, hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, tahun demi tahun berlalu. Namun kita masih saja bertanya-tanya ke mana terbangnya waktu dan apa yang sudah kita hasilkan selama itu. Sementara itu target-target yang sudah kita tetapkan, daftar pekerjaan yang ingin kita lakukan, masih ada di sana. Belum kelar dan belum tercapai.

Kita ingin berjalan-jalan keliling dunia. Kita ingin pensiun dini. Kita ingin menjadi seniman. Ingin punya rumah di pedesaan. Ingin menjadi petani dan menanam tanaman pangan sendiri. Ingin tidur sepuluh jam sehari. Ingin punya pekerjaan yang diimpikan.

Entah bagaimana, tak satu pun dari semua itu terlaksana. Bahkan, di antara mengejar karier, menjalin hubungan, membina keluarga, dan menikmati hidup, kita merasa bingung dan bertanya-tanya bagaimana kita bisa sampai di situ. Padahal bukan itu yang kita inginkan dalam hidup kita. Paling tidak, bukan seperti yang kita bayangkan sewaktu masih kanak-kanak.

Bagaimanapun, berbagai sasaran kita itu tampaknya menjadi tidak realistis seiring dengan bertambahnya usia kita. dan kita lalu berusaha menerima saja apa pun yang disodorkan kehidupan kepada kita. Tak lama kemudian, kita menganggap memang begitulah seharusnya hidup yang normal itu. Hidup yang penuh petualangan dan bebas lepas hanyalah untuk para pemimpi dan mereka yang tak punya taruhan apa pun dalam hidup ini, atau tak punya ikatan apa pun dengan kenyataan hidup duniawi sehari-hari.




Kita mungkin menyesal atau bahkan memandang orang-orang itu dengan perasaan iri. Namun, jauh di dalam hati kita tahu bahwa karena pilihan kita sendirilah maka kita sampai di tempat kita sekarang dan menjalani hidup yang kita jalani ini.

Tetapi bahkan kalaupun kita tidak bisa atau tidak berani melakukan perubahan dramatis dalam hidup kita agar dapat mengejar dorongan hati dan keinginan kita, seperti meninggalkan pekerjaan, bertualang dan pergi ke mana pun kaki membawa, kita masih dapat mengambil langkah-langkah untuk memastikan agar kita tidak tersesat terlampau jauh dari impian masa kecil yang kita pendam di dalam dada.

Dengan begitu kita tak lagi bertanya-tanya ke mana perginya waktu atau apa saja yang telah kita capai.

Alih-alih ingin jadi orang penting atau mencapai berbagai hal yang hebat, impian saya sejak kecil hanyalah hal-hal kecil dengan tujuan yang jelas dan jadwal yang pasti. Di antara tujuan dan keinginan, saya mencoba menempatkan diri dalam situasi yang membawa saya ke jalur menuju sasaran itu.


Misalnya, saya bermimpi bisa tinggal di pedesaan Jogja. Saya suka Jogja, aroma dan suasana saat berada di sana, bukan sebagai turis tetapi sebagai seseorang yang merasa betah tinggal di sana. Dan saya ingin itu segera menjadi kenyataan. Bukan suatu hari kelak dalam hidup saya ketika saya sudah menjalani hidup yang membosankan.

Akhirnya saya memberanikan diri ke bigbos untuk minta penempatan di cabang Jogja, karena tujuan saya adalah menjalani hidup sebagai warga Jogja, saya tidak menghabiskan waktu dengan ngantor saja, tetapi dengan bergaul di warung-warung sego bercengkerama dengan tukang becak dan kuli, menyusuri pematang sawah pingiran sungai, menapaki jalan-jalan sempit namun mulus di Jogja berbekal nasi kucing, menyusuri gunung dan pantai Jogja yang eksotis.




Saya merasa selama masa tinggal di Jogja itu terasa sebagai salah satu tahun paling menyenangkan dalam hidup saya. Dan saya tahu pasti di mana saja momen-momen itu.

Saya juga tidak bermimpi untuk memiliki berbagai benda, menjadi orang penting atau sukses dalam karier atau apa pun, tujuan saya terutama adalah menghimpun pengalaman dan melakukan berbagai hal yang membuat saya tertarik ketika itu.

Seperti tukang jalan-jalan hemat yang kebetulan saya bekerja sebagai tour guide, yang bisa membuat saya ke berbagai tempat, dengan budget kantor atau budget sendiri yang disesuaikan dengan kemampuan saya saat itu. Atau keinginan untuk mengkoleksi souvenir2 dari setiap kota atau negara yang saya kunjungi, yang membuat saya mulai menjadi penggila pernak-pernik itu.

Adakalanya berbagai dorongan impusif menjauhkan kita dari tempat kita semula, namun karena sasaran kita adalah selalu melihat ke depan, ke proyek berikutnya, ke minat berikutnya, dan ke kesempatan berikutnya yang tertangkap mata, maka kita akan jarang menyesali yang telah lewat. Sejauh ini saya pun sangat senang bisa terus melanjutkan hidup dan melepaskan masa lalu tanpa banyak penyesalan dan rasa kehilangan. Malah saya merasa percaya diri bahwa apa pun yang ada di depan akan lebih baik dan lebih menarik lagi.

Karena sasaran kita akan selalu ada di depan kita, bukan pada masa lalu. Dan sasaran itu adalah target-target yang perlu kita capai dengan melaksanakannya secara nyata, bila kita memang ingin menjalani hidup yang membahagiakan. Sasaran itu mestinya tidak hanya menjadi pemikiran penuh harapan yang samar-samar, sebuah MUSIK LATAR dalam kehidupan kita, sementara kita sibuk melakukan sesuatu yang lain yang SAMA SEKALI berbeda.


Dengan demikian, di mana pun kita kini berada dan pada usia berapa pun, kita akan tahu pasti apa yang telah kita lakukan dan capai, dan hidup ini akan menjadi penuh warna, pengalaman, dan berbagai hal yang dicapai tanpa rasa bersalah atau PENYESALAN.

Kang Jay

Jayadiningrat Aug 12 '20
Pages: « Previous ... 184 185 186 187 188 ... Next »
advertisement
Password protected photo
Password protected photo
Password protected photo