User blogs

Tag search results for: "menikah"
Jayadiningrat VIP


Pagi itu, anda buka jendela kamar.


Angin bertiup lembut, membawa sehelai daun kering melayang di udara, jatuh di kusen jendela. Aroma pagi menjelajah seisi kamar, wanginya seperti tanah kering yang dibasahi hujan dan pohon-pohon yang dibasahi oleh embun. Matahari terbit lebih cerah, sinarnya menyelusup ke dalam kamar, menyorot tempat tidur yang masih berantakan dan anda yang berbaring lagi di balik selimut. Secangkir kopi susu panas telah menanti, liukan uapnya memanggil.


Ini adalah hari yang baru, tanpa dirinya, tanpa air mata, dan tanpa luka basah.


Beberapa hari terakhir, anda melahap buku motivasi, menelusuri setiap halamannya penuh perasaan. Perlahan, anda menyadari hubungan di masa lalu adalah kesalahan yang tak ingin anda ulangi lagi. Perlahan, anda menerima kesalahan dulu. Perlahan, anda menerima kepergiannya. Perlahan, anda memaafkan diri anda. Perlahan, anda mengubah keinginan; yah keinginan perjalanan cinta anda.


Nggak bakal pacaran lagi. Langsung nikah aja.


Memang, anda belum sepenuhnya pulih dari patah hati, tetapi anda memilih bertahan dan terus melangkah. Seperti, tadi malam, saat anda menelusuri lnstagram dan menemukan fotonya bersama seseorang baru, timbul perih di hati, layaknya cubitan kecil nan tajam, gigitan semut merah, dan tusukan jarum lancip. Namun, ya sudah, rasa sakit itu tak lagi bertahan lama.


Untuk menghibur diri, anda akan mengunjungi akun-akun lain, memandangi foto-foto mesra pasangan yang telah menikah.


Genggaman tangan yang halal, jalan-jalan berdua yang halal, pelukan hangat yang halal, seluruh interaksi yang halal. Di akun-akun itu, anda berimajinasi dan bergumam dalam hati....


Nggak bakal pacaran lagi. Langsung nikah aja.


Saat menulis ini, saya tersenyum. Telah anda lepaskan orang-orang yang tak berhak dipertahankan. Tak lagi anda gantungkan kebahagiaan anda pada cinta-cinta yang tak pasti. Namun, senyum itu tak menetap lama. Sejujurnya, aku agak Khawatir.


Saya khawatir anda masih menganggap cinta adalah sumber utama kebahagiaan.

Saya khawatir anda masih menggantungkan harapan dan masa depan pada cinta, begitu tinggi, seperti dulu.

Saya khawatir pernikahan hanya jadi kamuflase anda untuk merasakan cinta lagi.


Bukan, bukan berarti anda tak boleh menikah.


Itu adalah keinginan yang baik. Saya mengapresiasi itu. Dari cinta yang tak pasti menuju cinta yang lebih pasti. Dari sesuatu yang dilarang menuju sesuatu yang tak dilarang. Bukankah itu sebuah kebaikan? Saya mengapresiasi itu. Sebagai seorang Muslim tentu pernikahan adalah sebuah ibadah, bentuk penyempurnaan separuh agama, satu dari sekian cara agar kita menjadi hamba yang lebih baik.


Ini adalah keinginan yang baik, saya ulangi itu. Namun, yang kurang baik adalah motivasi yang melatarbelakangi keinginan itu.


Apakah anda ingin menikah hanya karena merindukan rasa indahnya mencintai dan dicintai?.


Apakah anda ingin menikah karena berpikir kebahagiaan permanen itu ada di sana?.


Apakah anda ingin menikah hanya karena takut kesepian?.


Apakah anda ingin menikah hanya karena tak sabar menunjukkan pada dunia bahwa anda bebas bermesraan dengan pasangan halal anda?.


Apakah anda ingin menikah karena anda telah memberi syarat kepada dirimu, “Kalau udah nikah, baru aku bakal begini-begitu?”. Jadi ingat, saya kenal seorang wanita single 41 tahun dengan gaji diatas 15jt, gajinya dihambur2kan unt tamasya, belanja, beli hadiah2 mahal untuk saudara dan keponakannya dll, saat saya sarankan untuk kpr rumah, jawabannya selalu "itu tanggung jawab suami saat sudah nikah". Seakan mengharapkan bahagia dari suami kaya dimasa depan.


Jadi, untuk apa anda ingin menikah?


Sudahkah anda jujur kepada diri sendiri?


Sekali lagi, bukan, bukan saya tak menyarankan menikah. Itu adalah keinginan yang baik, ibadah yang direkomendasikan, bahkan boleh saya bilang wajib (versi saya). Saat melepasnya dari hubungan pacaran, larangan agama dan rida Tuhan jadi alasan utama anda. Namun saat ingin menikah, mengapa rasa ingin mencintai dan dicintai mendominasi pikiran anda? Mengapa ekspektasi dan harapan terhadapnya lebih banyak menguasai pikiran anda? Mengapa pikiran-pikiran seperti HIDUPKU-BAKAL-LEBIH-BAHAGIA-KALAU-SAMA-DIA meliputi seisi kepala anda? Mengapa bukan ridho Allah yang berada di barisan terdepan pikiran anda?


Tidakkah ini... terdengar seperti diri anda dulu?


Ingin berpacaran karena ingin tahu rasanya mencintai dan dicintai. Ingin berpacaran karena ekspektasi dan harapan terhadapnya. Ingin berpacaran karena mengira hidup anda bakal lebih bahagia dengannya. Sekarang, anda ingin menikah karena rindu rasanya mencintai dan dicintai; ingin menikah karena ekspektasi dan harapan anda terhadap pernikahan; ingin menikah karena mengira hidup anda bakal lebih bahagia bila bersamanya.


Bukankah ini tak jauh berbeda dengan masa-masa berpacaran dulu?


Tarik napas sejenak. Tersenyumlah sedikit.


Semoga anda menyadari: Jangan sampai cinta menjadi agama anda. Jangan sampai dia menjadi tempat anda bertumpu. Jangan sampai hidup anda hanya untuk cinta dan dirinya. Sedetik setelah kematian anda, dia sudah tak bisa membantu anda.



Ingin menikah, silakan, itu baik. Namun perbaiki niat, itu yang tak boleh kita lupakan.


Selamat berjuang, untuk diri kita yang lebih baik.


Kang Jay

Jayadiningrat May 6 '20 · Nilai: 4 · Tags: cinta, menikah, tujuan
Jayadiningrat VIP

Mungkin yang suka baca berita online, dua hari ini diramaikan dengan usulan Menko PMK Muhadjir Effendy menyarankan menteri agama mengeluarkan fatwa atau peraturan tentang pernikahan berdasar status ekonomi alias orang kaya menikahi orang miskin. Kata beliau, bisa mengurangi tingkat kemiskinan di Indonesia.


Sekjen MUI Anwar Abbas menanggapi positif usulan ini, agar bisa saling tolong menolong dan perputaran harta tidak hanya dilingkaran orang kaya.
Namun Wamenag Zainut Tauhid mengatakan kemenag tidak bisa mengeluarkan fatwa, yang bisa adalah ulama seperti MUI. Beliau juga mengatakan pernikahan tidak bisa dipaksakan karena semua berawal dari cinta yang tumbuh dari hati. Namun beliau mendukung semangat dari ide ini yaitu mengentaskan kemiskinan.


Saya tergelitik dengan berita tersebut. Saya teringat dengan ucapan salah satu Kyai, “Janganlah kamu menjadikan kekayaan calon istri sebagai idaman untuk pernikahan, namun jadikanlah pernikahan sebagai kunci rejeki.” Kemudian sebuah literatur hadist riwayat At-Thabrani: “Dan barang siapa menikahi wanita karena hartanya, maka Allah akan menjadikannya melarat.”


Melarat? Secara logika, hal ini wajar karena menikahi wanita kaya dengan tujuan hartanya kemungkinan besar bahkan membuat istri jadi sombong, kikir dan cenderung menghina suami, bukannya kenikmatan harta namun justru mendapatkan kerendahan diri di mata istri dan orang lain, itu mungkin yang disebut dihadist diatas menjadi “melarat”. Memang tidak semua wanita akan begitu, pasti ada juga wanita kaya yang baik hatinya dan mampu menempatkan diri sebagai istri solehah he he.


Ingatlah “melarat” ini bermakna luas karena kita pasti tahu bahwa rejeki itu tidak hanya berbentuk harta namun bentuk lainnya seperti kesehatan, kebahagiaan, ketrampilan, bahkan masih bernapas adalah rejeki.


Penelitian terbaru didunia menyebutkan bahwa perempuan semakin tak mau menikah dengan pria miskin dan bangkrut. Di Amerika tingkat perkawinan menurun karena kaum pria akan menjadi tidak menarik secara ekonomi jika miskin, ini terutama karena banyaknya wanita yang kuliah dan bisa cari duit sendiri. Hal ini bukan berarti menunjukan wanita makin meterialistis namun wanita menginginkan stabilitas. Di Jepang pun fenomena ini sama, mungkin kalau pernah baca di awal tahun 2020 model seksi Kato Sari menceraikan suaminya karena suaminya dianggap terlalu miskin dan tidak bisa memberikan uang seperti yang diinginkannya, berawal saat suaminya memohon agar dia berhenti berbelanja. Demikian juga dibelahan dunia lainnya, seperti cina yang suka menunda, eropa yang suka tinggal bersama he he.


Kebalikannya jika pria menikahi wanita miskin, mungkin jika atas dasar cinta (apalagi mencari ridlo Allah) cenderung tidak terlalu banyak masalah karena pria sudah pada kodratnya memberi nafkah ke Istri. Hal ini juga yang mendasari diberbagai negara Pria telat nikah karena mengejar kesuksesan dulu, seperti di Jepang menikah diatas 40 tahun hal biasa karena mengejar karir dan harta dulu, di eropa dimana pesta perkawinan butuh biaya besar sehingga banyak yang kumpul kebo, dan dibeberapa negara lain.


Namun di Indonesia sendiri, saya melihat fenomena pria enggan menikahi wanita miskin lebih karena enggan dijadikan tulang punggung dan perlindungan seutuhnya seorang wanita. Sehingga lebih memilih wanita sekufu bahkan kaya dengan alasan agar rumah tangga berjalan lancar karena saat ini banyak dilihat rumah tangga hancur karena suami tidak bisa memberi nafkah dengan baik, maksudnya kedepannya mertua atau keluarga istri bisa bantu-bantu ha ha, bukannya malah keluarga istri merongrong minta bantuan.


Mengentaskan kemiskinan dengan si kaya menikahi si miskin, sayapun melihat ide pak Muhadjir baik. Namun dalam pelaksanaannya saya rasa masih akan menemui banyak kendala, kecuali ada insentif khusus dari pemerintah seperti pajak penghasilan bisa berkurang dari 15% jadi 5%, DP 0%, BPJS Kesehatan ditanggung pemerintah selama 5 tahun dari tanggal menikah atau yang lain ha ha. Kalau hanya fatwa dari pemerintah (Kemenag) saya rasa kurang menarik, mungkin perlu dikeluarkan oleh organisasi yang lebih dekat dan mengena ke masyarakat, misal dari organisasi seperti Muhammadiyah, NU atau yang penuh pendukung fanatik seperti FPI, LDII dll. Contoh Muhammadiyah sangat tidak menganjurkan poligami, hal ini sangat di hormati dan juarang bahkan sulit ditemui poligami oleh pengikut organisasi ini. Pemahaman mereka, keluarga ideal dan idaman adalah monogami, dimana poligami justru keluarga tidak ideal, bukan disalahkaprahkan poligami itu karena lagi mempraktekkan syariat islam ha ha ha apalagi ada bilang yang tidak mau mempraktekannya maka tidak ikut ajaran Nabi padahal demi mengintimidasi wanita he he he. Namun sayapun harus menghargai pendapat tersebut karena saya Nahdliyin he he he.


Semoga kita yang masih mencari jodoh atau akan menuju ke pelaminan agar memiliki niat dalam membangun rumah tangga untuk mencari ridlo Allah agar kita bisa menggapai bahagia dunia akherat, aamiin.


Kang Jay


advertisement
Password protected photo
Password protected photo
Password protected photo