User blogs

Jayadiningrat VIP


Mungkin kita pria pernah dibilang oleh wanita tidak peka. Kemudian kita pria kebingungan, tidak peka pada hal apa, perasaan semua biasa dan baik-baik aja. Lalu dibilang lagi tidak peka, bertanyalah pria "peka pada hal apa?", namun tidak dijawab wanita.


Saya akan ambil contoh kasusnya pada putri saya. Pada awal kenalan dengan cowok, putri saya tercengang melihat ketidakmampuan sang pria teman dekatnya untuk peka atau turut bersedih hati saat putri saya sedang sedih atau curhat tentang kesedihannya.


Kondisi ini sebenarnya sudah banyak diteliti, bahwa pria dan wanita akan sama-sama merasa nyaman saat berdekatan secara fisik dengan orang yang gembira. Namun, hanya wanita dalam penelitian menunjukkan yang masih merasa sama nyamannya berdekatan dengan orang yang sedang terluka atau sedih.


Yang saya amati, seperti teman-teman putri saya yang akan terus menemani saat hati putri saya terluka atau sedih. Mereka akan bertanya kapan itu terjadi, apa yang diucapkan, apakah kamu bisa tidur, atau udah makan belum, atau mau aku kerumahmu?.


KEMAMPUAN untuk “mendampingi” selama terjadi masalah emosi memang sudah tertata kuat dalam diri wanita.


Akan berbeda dengan pria jika melihat wanita sedih, cenderung diam atau hanya mengucapkan, “Aku harap kau lekas ceria lagi, ya” kemudian buru-buru melanjutkan kesibukannya atau menjauh pergi. Bukannya sang pria sengaja tidak peka, namun lebih berkaitan dengan insting purba pada pria. Insting pria terbiasa menghindari kontak dengan orang lain bila mereka sendiri sedang mengalami masa yang beraatttt dari segi emosi. Pria biasa menenangkan atau memproses kesulitannya secara SENDIRIAN. Dan mengira wanita akan melakukan hal yang SAMA. Jadi bukan tidak peka, namun pria cenderung udah dari sononya begitu.


Lalu putri saya bertanya mengapa ayah bisa peka? (versi putri saya he he) "Nak, ayah sudah mengalami asam garam kehidupan, apalagi sejak punya kamu anak perempuan kemudian kamu ditinggal ibumu, ayah berusaha keras memahamimu". Untuk pria muda yah pastinya cenderung lebih mengandalkan insting, masih wajar kurang peka. Dia butuh banyak berinteraksi dengan wanita untuk mengasah kepekaannya.


Namun banyak juga pria yang susah belajar. Bahkan sampai puluhan tahun menikah pun, masih banyak suami yang masih mengandalkan insting purbanya saja alias tidak peka terhadap istrinya ha ha ha. Dalam benaknya, "Saya kan ga neko-neko, dan udah berusaha jadi suami baik kok". Eee ternyata dianggap gagal total tanpa kepekaan, sehingga menyebabkan istrinya tidak bahagia, memilih bercerai atau bahkan kecantol pria lain yang dianggap lebih "peka". Memang pemahaman perbedaan pria dan wanita perlu digarisbawahi saat ingin menikah, jangan hanya modal cinta apalagi nafsu saja.


Kembali ke putri saya , tentang ketidakpekaan pria bisa juga muncul dalam berbagai emosi lainnya, tidak hanya saat wanita sedih saja.


Pria teman dekat putri saya (yah pacar lah) sebenarnya sudah mengungkapkan ingin menikahi putri saya. Namun karena putri saya baru diterima di RS sebagai bidan yang benar-benar masih hetic banget dengan kesibukannya, sehingga dia minta waktu untuk menjawabnya. Sang pria setuju.


Setelah beberapa bulan akhirnya putri saya mulai terbiasa dan berkurang tekanan kerjanya. Putri saya sadar bahwa dia pun ingin menghabiskan sisa hidupnya bersama pujaan hatinya, rencana ini sudah didiskusikan juga dengan saya dan saya mengiyakan. Putri saya memutuskan untuk membuat dia tahu. Selama dua bulan, putri saya melontarkan banyak isyarat alias kode-kode, yah pembahasan tentang anak lah, tinggal dimana lah, persiapan apa yang diperlukanlah, namun sang pria tidak banyak merespon dengan semangat alias datar saja menjawab bahkan sekenanya, tanpa merasa tahu pesan-pesan sebenarnya.


Setelah beberapa bulan kemudian karena panik, putri saya langsung bilang, “Aku siap menikah,” pada suatu sore. Sang pria hanya menjawab, “Ok, saya sangat senang mendengarnya” menoleh sambil tersenyum sebentar lalu menonton lagi pertunjukan musik di hari minggu sore itu.


Putri saya mulai panik. Apa dia sudah berubah pikiran? Apa dia sudah tidak mencintainya lagi? Setelah menonton musik, putri saya selama beberapa jam mencecarnya. Akhirnya karena seakan merasa frustrasi dan terhina, putri saya menangis. Putri saya bertanya apakah dia sedang mau meninggalkannya. Sang pria kaget dan menjawab, “Apa?”. “Bagaiman bisa berkesimpulan seperti itu? Ini kan pertama kalinya adik menyatakan bahwa siap menikah....(berpikir sejenak, mulai sadar, dan oalah ealah)....maukah adik menikah denganku?”. Lega dan tersenyum malu-malu putri saya ha ha ha.


Putri saya tidak bisa mengerti bagaimana sang pria seperti tidak peka dengan sinyal-sinyalnya selama berbulan-bulan ini, bahwa dirinya sudah siap menikah.


Nah ini salah satu sifat wanita yang perlu dipahami pria, saya teringat saat putri saya masih kecil, dia tidak mau berhenti melenggak lenggok sebelum berhasil memancing ekspresi wajah saya. Jika putri saya tidak mendapat respons yang diharapkan, dia akan terus lenggak lenggok dengan tingkah lakunya itu. Dia akan berhenti jika menyimpulkan dan mengira bahwa saya tidak menyukainya, karena tidak melihat ekspresi saya.


Yah mirip mirip seperti kisah putri saya saat udah dewasa diatas. Ketika sang pria tidak langsung melamarnya dan tidak langsung menanggapi interogasinya, dia menyimpulkan bahwa sang pria tidak mencintainya lagi. Sebenarnya, sang pria hanya kurang peka aja dengan sinyal-sinyal itu, bahkan saat diberi sinyal keras maka sang pria sebenarnya hanya berusaha mengulur waktu untuk mengajukan lamaran karena saat itu kan saat pertama kali putri saya bilang siap menikah, dia mungkin sedang berpikir langkah apa selanjutnya, yah khas pria kadang tidak bisa spontan, perlu waktu untuk mensinkronkan dengan logikanya dulu.


Begitulah wanita he he he, selalu ingin pria peka tanpa perlu dia mengungkapkan keinginan dia sebenarnya, mungkin dibenak wanita, jika mengungkapkan langsung seakan menjatuhkan harga dirinya atau bakal bikin malu atau apa silahkan comment dibawah. Yah bagi pria harap maklum dan mulai belajar peka.


Yah sebisanya ya he he...namanya aja belajar...


Kang Jay

Jayadiningrat May 26 '20 · Tags: peka
Ning272
.....
Ning272 May 25 '20 · Komentar: 2
AryoWibowo VIP
Sebuah kalimat pertanyaan "HOrROR" yang selalu ter-ulang dan terngiang-ngiang pada saat lebaran! : zipper_mouth:

Tapi lebaran kali ini bisa terselamatkan oleh PSBB corona. sweat_smilewinkmask

AryoWibowo May 25 '20 · Komentar: 4 · Tags: ayonikah
Bambang94 VIP
cowok banyakin sabarnya yh ?
Bambang94 May 24 '20
Ning272
grimacing
Ning272 May 24 '20 · Nilai: 3 · Komentar: 6
Jayadiningrat VIP

Pami langkah tos midamel lara, tur lisan nu sok nyusun kapalsuan, nepi kangajantenkeun lukana manah.


Khilaf sareng Ngalantur etateh nu janten sipatna abdi, ari nyuhunkeun panghampura eta kawajiban abdi.
Ngabersihkeun hate tina sagala dosa eta anu jadi tujuan abdi.


Dina dinten boboran (lebaran) ieu pamugi lawang hampura anjeun masing kabuka.


مِنَ الْعَائِدِيْنَ وَالْفَائِزِيْنَ


Sim abdi sakulawargi neda ngahaturkeun wilujeung boboran, hapunten samudaya kalepatan.


Kang Jay & Keluarga

Ning272
praypraypraypraypraypray
Selamat hari raya Idul Fitri


Maafin ya kalau ada salah2 kata

Salah rindu

Salah cinta

Atau salah menaruh rasa



grimacinginnocentvvpray

Ning272 May 23 '20 · Nilai: 3.50 · Komentar: 13
Bambang94 VIP
Dari 33 chat , kgak ada yg bls ?.

Ramai skali hidup sy ...

.

.

???

Bambang94 May 23 '20 · Nilai: 3 · Komentar: 7
Adil VIP
Dua kali puasa, dua kali lebaran.

Namun Jodoh tak kunjung datang.


Nasib.


Adil May 23 '20 · Nilai: 5 · Komentar: 3
Jayadiningrat VIP


Ini bukan kisah hidupku, namun akan kuceritakam kisah yang mengharu biru:


"Lagi apa Aa disana?" Suara ibuku di ujung telefon. "Lagi rebahan, Ma," jawabku jujur.
"Lebaran ini pulang? Mama dan Abah rindu," kata Ibuku. Nada suaranya pilu.


"Aku mohon maaf Ma, dan mohon keridhaan Mama dan Abah, aku tak bisa berkumpul lebaran ini, Ma," jawabku. Wabah Corona dan aturan PSBB memang tidak memungkinkan untuk sembarangan pulang kampung.


"Apa kabar Ani?" tanya ibuku. Seketika, pertanyaan itu membuat lidahku kelu. Membuat jantungku berdegup tak beraturan.


"Belum komunikasi lagi, Ma," jawabku. Selanjutnya ibuku bercerita tentang rasa rindunya kepada sang mantan mantu, "Dulu, berapa hari sebelum lebaran, pasti Ani bantu Mama pilihkan model pakaian lebaran..." Aku lebih memilih diam.


"Ya sudah, kamu baik-baik ya di sana kalau memang tidak bisa mudik." "Iya, Ma, kita saling mendoakan saja ya Ma" kataku sekenanya.


Ibuku menutup sambungan telefon setelah menyampaikan beberapa pesan ampuh bagi anak keduanya. Meskipun sudah berusia 35 tahun, ibuku selalu memiliki pesan khusus untuk kami lima bersaudara.


Langit Depok terlihat muram. Hujan turun deras sejak tadi pagi. Aku kembali meneruskan aktivitasku, rebahan di kamarku yang hanya berukuran 4x4. Kamar kost yang kutinggali enam bulan terakhir ini.


Entah kenapa, hari ini rasanya aku terlalu malas. Tidak ada satu pun pekerjaan yang aku selesaikan padahal waktu sudah hampir pukul 12, walau WFH biasanya aku sudah duduk manis setengah hari mengerjakan beberapa tugas. Separuh hari, kubuang dengan cara yang sia-sia.


Adzan berkumandang, memanggil untuk bersiap menghadap Sang Maha Kuasa. Aku melangkahkan kaki. Walau terasa enggan aku selalu mencoba untuk memaksakan memenuhi panggilan-Nya di waktu terbaik.


Sudah sesiang ini, artinya waktu puasa di hari ini tinggal setengah. Lebaranpun tinggal dua hari lagi. Ah, lebaran ini akan sangat jauh berbeda dengan yang sebelumnya. Bukan hanya karena adanya PSBB dan wabah Corona. Ada hal lain yang lebih membuatku merasa bahwa Lebaran ini jauh berbeda.


Aku mengambil air wudhu. Menggelar sajadah melakukan sholat empat rakaat. Aku sholat, dengan penuh kesungguhan. Sujudku kupersembahkan kepada sang Maha Kuasa, Maha pengatur jagat raya dan semua yang terjadi di dalamnya. Aku benar-benar merasa kecil dan tidak berguna.


Tidak terasa, ada air mata yang terurai, kesedihan menjalar. Aku tidak lagi bisa menahan tangis, sisi kelelakianku ambrol.




Kata-kata Mamaku tentang Ani membuatku menangis hari ini, hari sebelum lebaran, ada kehilangan yang begitu besar dalam hati. Bayangan Ani memenuhi kepalaku.


Teringat perkataanku waktu itu, "Aku talak kamu, dan kita tidak akan bisa lagi bersama.".


Kalimat itu yang membuat aku menjadi begini hari ini. Tentunya kalimat itu pula yang membuat Ani hancur lebur. Ya Tuhan, maafkan lidah ini, maafkan apa yang telah aku ucap.


Terbayang sudah, wajah Ani yang pucat pasi, matanya tidak lagi bersinar, Istriku menangis sepanjang malam karena ulah dan perkataanku. Ani bersimpuh di kakiku, berlutut dan memohon aku menarik kalimat itu. Namun apa daya, kalimat itu bukan lagi kalimat yang Pertama dan Kedua kali, itu adalah yang Ketiga. Dimana kami tidak mungkin rujuk lagi. Aku menyerah pada keadaan, mungkin Tuhan memang sudah tidak mengizinkan kami bersama lagi.


Aku memutuskan meninggalkannya kala itu karena aku pun ingin menjaganya, tak lagi mau menyakitinya.
Ah Ani, sampai saat ini aku masih sangat menyayangimu. Namun apa daya, sudah terlalu sering kita bertengkar bukan?.


Lebaran tahun lalu, kita masih bisa bersama, saling mengunjungi ke sesama saudara. Ani engkau kugandeng dengan bangga, bergamis panjang dan kerudung yang dipadu padan dengan cantiknya. Baju kami pun sama warnanya. Kami selalu percaya bahwa cinta yang kami miliki kuat adanya. Kemudian sesampai dirumah, kitapun berpelukan dan kemudian Ani mencium tanganku sambil meminta maaf atas kesalahannya setahun lalu, akupun begitu. Namun kali ini sudah tidak bisa bersama lagi. Ani di sana dan aku di sini dengan rasa kehilangan yang sama.


"Sudah sahur belum? Makan sama apa buka puasanya? Lekas beli penanak nasi, biar sahur bisa makan nasi hangat!" ujar Ani. Bawelnya tidak pernah hilang. Walaupun sudah tidak bersama lagi, Ani masih sempat mengingatkanku.


Ah, aku rindu saat-saat itu.


Sore hari, jika udara cerah, kami jalan-jalan ngabuburit, mencari penganan untuk takjil. Atau, sesekali istriku mendadak sangat repot dengan bahan masakan yang akan akan dibuatnya, akhirnya aku terpaksa pergi sendirian mencari kolak. Meninggalkannya bertempur di dapur menyelesaikan menu santapan berbuka kami.


Kalau hujan deras, kami akan memilih untuk diam di rumah, memasak apa saja yang ada di kulkas. Hebatnya, Ani selalu bisa membuat makanan enak walau bahan seadanya.


Kini, hujan turun juga, Ani. Namun kita tidak lagi memasak bersama membuat menu berbuka. Ani, kamu sedang apa di sana? Adakah kamu mengingatku seperti aku mengingat semua tentang dirimu?.


Kadang, jika boleh meminta, ingin rasanya kembali ke masa lalu, memperbaiki semuanya. Tidak akan pernah aku sia-siakan dia. Akan aku didik, aku jaga, aku bimbing dengan sepenuh tanggungjawabku. Mungkin kini aku tidak perlu melihatnya susah payah bekerja untuk menafkahi dirinya sendiri.


Ani, sekali lagi, maafkan aku.


Ani, yang kadang keras kepala dengan keinginannya, rasanya ingin aku meminta maaf berkali-kali, jika aku tidak cukup bersabar menjadi pendamping terbaik. Namun aku yakin, dan aku pun merasakan betul, cinta Ani masih begitu besar kepadaku. Aku yakin, tidak akan pernah ada benci dalam hatimu, begitu pula denganku, aku tidak pernah menyimpan dendam padanya.


Hanya saja aku telah mengambil keputusan Ketiga itu.


"Kamu mau aku bantu carikan penggantiku?" ujarnya lewat sebuah pesan WA.


Tanpa sadar, aku pun memintanya mencarikannya, dengan nada yang lapang Ani pun mengiyakan dan siap mencarikan. Ketika aku sadar diri dan mengenang beberapa kejadian yang membuat aku cemburu, hari ini pasti aku telah melukai hatinya.


Ani, maafkan jika aku sudah membuatmu merasakan cemburu dengan bahasan tentang calon istri baruku.


Sajadah sudah kulipat lagi. Aku kembali beranjak ke tempat tidur. Berbaring lagi, melamunkan sosoknya. Takdir tidak bisa berubah begitu saja, apa yang sudah terjadi akan sulit diperbaiki dan terulang kembali. Ani akan tetap menjadi dirinya yang sekarang, dan aku pun akan tetap menjadi diriku yang saat ini masih terus kupelajari.


Ya, aku tidak akan pernah berhenti belajar menerima keadaan diri. Berjuta cara, aku selalu berusaha untuk memperbaiki diri dan tidak mengulang kesalahan yang sama.


Untuk Ani, ada rangkaian doa yang selalu aku panjatkan. Semoga dia mendapatkan pasangan yang jauh lebih baik daripadaku.


Terima kasih, Ani.


Kang Jay

Jayadiningrat May 22 '20 · Nilai: 5 · Tags: ani
Pages: « Previous ... 200 201 202 203 204 ... Next »
advertisement
Password protected photo
Password protected photo
Password protected photo