User blogs

Toniardian VIP
3 tahun bergabung d AN tp blo ada yg nyantol jg..
Toniardian May 2 '20 · Komentar: 4 · Tags: @wanitaberhijab
Jayadiningrat VIP

“Ayo, masuk.” Dia menarik lenganmu, membawa langkahmu menuju tempat paling asing dalam duniamu.


Kamarnya. Kamar seorang laki-laki. Seorang laki-laki yang bukan bagian dari keluargamu. Kamar pacarmu.


Langkahmu membeku di sana, di belakang pintu kamarnya yang masih terbuka. Lututmu terlalu lemas untuk berbalik keluar dari kamar pengap ini. Kau bahkan tak bisa lagi merasakan kencangnya degup jantungmu. Jadi, matamu mengitari seisi ruangan. Kasur yang teronggok di lantai dengan seprai berantakan, baju kotor di atasnya, dan selimut yang belum dilipat. Asbak di pojok kamar, beserta bekas puntung-puntung rokok dan ampasnya. Lemari kayu yang pintunya tak ditutup. Saat kau menarik napas, aroma rokok, udara pengap, dan sisa parfum maskulin beradu dalam indera penciumanmu.



Masih membatu, matamu mengekori langkah kakinya. Dia melepas jaketnya, membuangnya ke tempat tidur, berjalan menuju jendela, menyingkap tirai hijau, membuka jendela sehingga cahaya senja menembus, menyilaukan tatapanmu.


“Ngapain di situ? Duduk sini.” Kini, dia duduk di kasurnya, bersandar di dinding, sedikit berbaring, lalu menepuk bagian kosong di sampingnya sambil menahan tawa melihat ekspresi tegangmu.


Saat kau mengambil langkah pertama, dia berkata, sedikit lebih pelan, “Pintunya ditutup aja.”


Napasmu tercekat. Kau menelan ludah.

Omong-omong, ini indekos. Kau tahu mengapa pintu sebaiknya ditutup. Dan, kau tak punya pilihan lain. Jadi, kau mendorong pintu itu, membiarkan sejengkal celah. Lalu, kau duduk di sampingnya, terlalu kaku dan tegang.


“Kamu kenapa, sih? Santai aja,” ucapnya, duduk tepat di sampingmu.


Mulai dari percakapan itu, dia meneruskan pembicaraan. Dia bercerita tentang indekos ini. Penghuni kamar sebelah yang sering mabuk tiap malam, lalu akhirnya didepak dari indekos ini. Penjaga indekos yang nyaris tak pernah kelihatan kecuali saat menagih tagihan bulanan dan saat ada kasus tertentu. Kisah horor di kamar mandi atas. Kebiasaan anak cowok di indekos, yang membuatmu mengernyit jijik.


Dia terus bercerita sampai matahari terbenam.


Dan, kau begitu menikmati setiap momen bersama orang yang kau cintai, di tempat intim ini. Tak seperti di mall yang hiruk pikuk. Parkiran mall yang kelewat panas. Kafe yang dibatasi waktu. Kau diam-diam menikmati situasi ini. Kau dan dia, tanpa jarak.


Kalian terus berbincang sampai malam menjelang.


Tak ada apa-apa yang terjadi.


Dia adalah laki-laki yang baik. Kau adalah gadis yang tahu batas.


Berada di dalam kamar pacar tak seburuk yang orang-orang pikirkan.


But it was just the first night.


Berada di dalam kamar pacar tak seburuk yang orang-orang pikirkan, batinmu.


Jadi, keesokan harinya, kau datang lagi. Lagi pula, apa yang bisa kau lakukan setelah semua urusan di kantor usai? Bermain bersama teman? Oh, mereka juga sibuk dengan pacar-pacar mereka. Mengerjakan tugas-tugas kantor? Duh otak ini butuh penyegaran. Kembali ke kosanmu? Bosan di sana. Mengajak pacarmu ke kosanmu juga tak mungkin, karena itu kosan putri.


Tak ada pilihan lain, bukan? Jadi, pada senja yang menua ini, kau duduk di sampingnya, di dalam kamarnya, memancing kisah mantan-mantannya dulu, berpura-pura cemberut, sampai dia memohon-mohon, berusaha memelukmu, berkata lirih tapi aku-paling-sayang-sama-kamu, lalu kau akan tertawa melihat wajah sedihnya.


Dan ketika kalian bersama, waktu berjalan begitu cepat. Senja memudar. Malam menjelang. lni malam keduamu di sini, di kamar pacarmu.


Ratusan kilometer dari sini, ibumu tak bisa tidur, ayahmu lembur lagi malam ini.


Kamu berada di dalam kamar pacarmu tak lagi terasa mengerikan. Dia adalah laki-laki yang baik. Kau adalah gadis yang tahu batasnya. Dia akan mengantarmu pulang sebelum pukul sepuluh malam.


Dia tak pernah menyentuhmu secara tak sopan.


Maka, datanglah malam ketiga.


Hujan turun di luar, nyaris pukul sepuluh.


Pacarmu tampak gelisah. Dia bolak-balik kamar mandi sejak tadi.


“Kamu kenapa, sih?” tanyamu, saat dia kembali ke kamar.


Kau sedang berdiri di dekat jendela. Dia menghampirimu, dengan tatapan yang berbeda. “Nggak, nggak apa-apa,” jawabnya, kini berdiri begitu dekat denganmu. Tanpa jarak. Dan, diam begitu lama.


Hingga dia berbisik. “Apa aku boleh-"


Dan, tak sampai dia menyelesaikan pertanyaan, itu telah terjadi.


Sebuah ciuman pertama.


Kau tersentak, mendorongnya pelan, tak mau memandang wajahnya. Diikuti jeda yang panjang dan canggung.


Gimana kalau dia marah...

Gimana kalau dia ninggalin aku gara-gara ini...

Temanku lebih parah dari ini, kok...


Akhirnya, kau mengangkat muka, memandangnya, lalu mengangguk. Karena kau menyayanginya. Karena kau tak ingin ditinggalkan.


Karena dia adalah laki-laki yang baik, dan kau adalah gadis yang tahu batas. Itu semua bermula dari sana.


Sayangnya, itu hanya jadi dongeng masa lalu.


Karena...


seperti detik-detik yang menjelma menit, menit yang menjelma jam, jam yang menjelma hari, bulan, hingga tahun, siapa sangka kumpulan detik yang kecil dapat menjelma tahun-tahun yang berlalu?


Dan, seperti dirimu yang merasa dia adalah laki-laki baik dan kau adalah gadis yang tahu batasnya,


Lalu, kau meremehkan sebuah batas: masuk ke kamarnya.


Namun, kalian saling cinta, tak ada paksaan, orang-orang tak berhak bilang apa-apa.


Bersama dalam kamar menjelma pelukan sederhana, pelukan sederhana menjelma ciuman, ciuman menjelma sentuhan-sentuhan terlarang, sentuhan-sentuhan terlarang menjelma sesuatu yang lebih jauh, sesuatu yang melanggar batas, yang kau kira kau tahu bahwa itu adalah batas yang tak boleh kalian lewati.


Namun, kalian saling cinta, tak ada paksaan, orang-orang tak berhak bilang apa-apa.


Siapa sangka langkah pertama di kamarnya menjadikanmu seperti ini, sejauh ini? Aku tak tahu apa lagi yang terjadi di kamar itu. Namun bertahun-tahun kemudian, kudengar kabar baru. Kabarnya, kalian sudah putus.


Dia mengaku bosan dalam hubungan ini, seolah dia telah mendapatkan apa yang dia kejar, maka selesailah misinya.


Kau mencoba keras untuk bertahan dalam hubungan yang sudah tak sehat ini. Satu-satunya alasan kau ingin bersamanya adalah karena dia telah merebut sesuatu berharga dari dirimu. Dan, ada cinta yang semakin membludak setelah malam-malam itu.


Namun, dia tak mau lagi bersamamu.


Sesuatu dalam dirimu memang telah diambilnya dan tak akan pernah kembali.



Rasanya begitu mudah mengatakan ini... tetapi, lebih baik begitu. Daripada kau bertahan dengan seorang laki-laki yang hanya memanfaatkan apa yang kau miliki.


Daripada kau terus-terusan tenggelam dalam kesalahan ini.


Setiap malam, kau mungkin akan bertanya, “Lalu, bagaimana masa depanku? Siapa yang mau bersamaku?”


Aku tahu ini sangat berat bagimu. Aku tak tahu solusi paling tepat.


Namun, aku hanya ingin mengingatkan:


Kita tidak hidup karena cinta. Kita tidak hidup untuk mencari pasangan.


Ada misi yang lebih besar dari itu.


Sebab jika cinta adalah tujuan hidup kita, bagaimana dengan pasangan-pasangan yang berakhir cerai, pasangan-pasangan yang ditinggal mati, lalu memutuskan hidup sendiri seumur hidupnya? Bukankah itu tanda besar bahwa cinta bukanlah tujuan hidup ini?


Ini juga bukan sekadar cita-cita yang besar. Lebih dari itu. Jauh setelah itu.


Sebab jika cita-cita adalah tujuan hidup kita, mengapa tokoh-tokoh seperti Albert Einstein dan Steve Jobs, yang mungkin telah mencapai mimpi-mimpi besar mereka, harus berakhir dalam pusara? Bukankah itu tanda besar bahwa ada sesuatu setelah cinta dan cita-cita?


Iya, aku berbicara tentang sebuah kehidupan setelah kematian.


Apakah kau telah mencari tahu kehidupan setelah kehidupan di dunia ini? Maka, sudahkah kau mencari? Sudahkah kau tahu apa saja yang dapat menyelamatkanmu dari hari-hari buruk setelah kematian? Ataukah kau hanya merasa tak ada kehidupan setelah kematian karena kau tak suka konsep itu? Ataukah karena kau merasa tak ada bukti ilmiah tentang itu, jadi kau berhenti mencari dari perspektif lain? Ataukah karena ini terdengar seperti dongeng?


Namun, mengapa ada sudut dalam hatimu yang senantiasa terasa kosong, seperti sedang berusaha mencari dan mengejar sesuatu? Sudahkah kau benar-benar mencari? Mengapa kau selalu merasa kehilangan arah? Mengapa kau selalu mempertanyakan ujung hidup ini? Sudahkah kau mendengar kebenaran yang tak terelakkan, yang bahkan hatimu bisa merasakannya?


Lihat, baru beberapa kalimat, dan pikiran tentang jodoh mulai memudar. Bebanmu sedikit terangkat. Hatimu terasa tenang, seperti udara yang menyelusup ke ruang pengap. Ya, karena kau sudah dekat dengan jawabannya. Dengan kebenaran.



Teruslah mencari, teruslah berdoa kepada Tuhan Pencipta Alam Semesta, yang Maha Kuasa atas Segala Sesuatu, Maha bijaksana lagi Maha Mengetahui, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, agar kau senantiasa berada di jalur yang tepat, menuju misi terbesar dalam hidup.


Dan, siapa pun yang membaca ini, saya ingin kita ingat: Segalanya bermula dari ucapan ini:


Dia baik. Aku tahu batasannya. Kita nggak bakal ngapa-ngapain, kok.


Teruntuk wanita muda, atau wanita yang sudah usia untuk tidak terlena 'lagi'.


Kang Jay

Jayadiningrat May 1 '20 · Tags: sepi, malam dingin
Toni_Kawaii VIP

Siapakah aku...???

Aku ada karena cahaya, binasa juga karena cahaya.

Toni_Kawaii May 1 '20 · Komentar: 6 · Tags: hiburan
Deleted user
Matematika itu indah

Seperti kamu

Hanya orang istimewa

Yang.....

Mampu menemukannya

Deleted user Apr 20 '20
goenpra VIP
Hallo yg baca blog gue....sedikit curhat dari gue....tolong jgn d bully ya....haha


Jd gini gue lagi deket ama cewe dr tinder..usia dia jauh lebih muda dr gue beda 13thn..dia memang kebetulan mau nikah muda..tapi setelah berbincang" dgn dia..dia engga buru" buat milih pasangan dia..dan sampe skarang hanya mengobrol hal biasa..tapi gue udh ngomong ke dia mau pdkt ama dia..nah pertanyaan gue mending d kejar trus ampe dia bener" nolak gue atau biarkan mengalir seperti air atau ada saran lain..

Note: gue emg belum pernah ketemuan ama dia..tapi gue liat d profil dia dan kontak WA.. dia kriteria gue tapi belum tentu gue kriteria dia haha..

goenpra Apr 19 '20 · Komentar: 11
Binda VIP

Semoga tmn2 online AN selalu dlm lindungan Allah swt&sehat selalu, aamiin innocent.

Mohon bantuan sharingnya ya teman-teman relaxed online AN, boleh minta tolong diisi sesuai pengalaman nyata kalian, klo g mau tulis dikomen, boleh bgt loh via inbox relaxed. Mohon maaf klo sy kepo grin, krn lg ikutan belajar nulis online di instagram, dan harus bikin cerita/cerpen ttg tema apa saja, tp sy pilih tema kriteria jodoh (walopun blm dpt jodoh juga sy nyalaughing)semoga aja segerainnocent.


Kriteria jodoh idaman versi kalian itu bagaimana? (tolong dijawab y)

=> klo versi sy : Islam, Laki2, Gak merokok (tp suka sedih klo dh ada bbrp yg dirasa cocok,tp si cowoknya perokok,tp +thinking aja,mgkn blm jodoh sy), Bisa ngaji(spy bs ajarin sy), Suka ikut kajian islam, Nyambung klo ngobrol pas chat(pasti mau kasih no wa klo diminta,klo cowoknya yg tiba2 ngilang g chat sy lg,bearti sy itu g nyambung klo diajak ngobrol). klo sy udh merasa nyambung&nyaman,pasti sy akan mulai chat duluan(tp klo g dibls bearti si cowok g nyambung&g nyaman sm sy)hrs mundur cantik bearti sy nya laughing . Itulah sedikit keribetan kriteria jodoh versi sy,klo versi kalian gimana ?

Binda Apr 18 '20 · Komentar: 2
Ning272



Bisa ghibah om


joylaughing

Ning272 Apr 17 '20 · Komentar: 8
Dina52 VIP
hibiscusleaveshibiscusleaveshibiscus

tulip


Pelan - Pelan semua butuh waktu kadang tuntutan kita yng buat hati jadi lelah. Padahal Allah tahu kapan kita harus menerimanya.


tulip


Kalo tiap hal harus datang sekarang , kita gak ngerasain indahnya sabar. dan kita tidak memaknai arti dari menunggu.


tulip




Dina52 Apr 16 '20 · Nilai: 5 · Komentar: 5
Jayadiningrat VIP


Pada suatu pagi nanti, kau akan membuka matamu, menemukan dia di sampingmu.


Hatimu tenang, bibirmu tak bisa berhenti tersenyum setiap pagi.


Dia adalah pasangan hidup yang telah kau dambakan; seseorang yang tadinya tak bernama tetapi selalu kau panjatkan dalam doa; dan doa doa yang terkabulkan dalam satu sosok manusia. Sudah tak ada lagi malam-malam sebelum tidur, bertanya-tanya, “Siapa yang jadi jodohku kelak? Apa ada yang mau sama aku?” Karena, tadi malam, saat kau belum tertidur lelap, jodohmu telah mendengkur halus di sampingmu, seakan berkata, “Kamu sudah nggak sendiri lagi.”


Hari pertama, hari kedua, hari ketiga. Bulan pertama, bulan kedua, bulan ketiga, hingga tahun pertama. Semua berlalu seperti mimpi indah. Perbincangan tengah malam tentang mengapa kamu memilihku. Obrolan-obrolan tak penting, lelucon penuh tawa, pengingat-pengingat manis darinya. Duduk berdua, di depan televisi yang tak menyala, tanpa bicara, tetapi begitu hangat dan nyaman. Bernostalgia di sore hari tentang hari pernikahan kalian, di saat para saksi menyeru, “Sah!" dan air mata menggenang di mata kalian.



Semua ini berlalu begitu mulus, begitu indah. Masalah ada, konflik terjadi, rasa jenuh sempat hadir, tetapi itu tak pernah menghancurkan kalian, malah semakin menguatkan. Ini bukan hubungan yang sempurna, tetapi kau tak mempermasalahkannya selagi ini bersamanya.
Lalu, tanpa aba-aba, sesuatu di dalam dirimu terjadi.


Seperti kecemasan. Yang membuatmu ingin menangis tanpa alasan masuk akal. Yang membuatmu tak terlalu nafsu makan. Yang membuatmu bingung apa yang harus kau lakukan.


Tidak, tidak ada apa-apa tentangnya. Dia tetap menjadi pasangan yang baik. Bahkan semakin baik, semakin hari berlalu. Tidak, tidak ada masalah darimu. Dia menerima segala kekuranganmu dan senantiasa memberi bisikan hal-hal seperti,
“Aku sayang sama kamu bersama seluruh kekuranganmu.” Dan, di situ masalahnya.


Kau sangat, sangat, sangat mencintainya, mengaguminya, menggilainya. Namun, cinta ini begitu kejam. la mengirimkan suara-suara dalam hatimu yang bertanya, “Bagaimana nanti? Bagaimana tahun-tahun ke depannya? Bagaimana kalau dia pindah ke lain hati? Bagaimana kalau dia berubah? Bagaimana kalau dia... meninggal?”


Kau sangat, sangat, sangat mencintainya, mengaguminya, menggilainya, dan itu membuatmu khawatir.


Gelisah merundungimu setiap kali dia pulang lebih larut dari biasanya. Meski dia sudah jujur, “Aku lembur.”
Kecemasan meliputi setiap kali dia jatuh sakit. "Dia kenapa, ya? Duh, aku harus gimana? Kenapa belum sembuh?".


Curiga timbul setiap kali dia begitu fokus menatap ponselnya, lalu mengetik sesuatu. Apa ada perempuan lain? Meski setelah kamu mengecek isi ponselnya setiap malam, itu hanya perbincangan bersama teman lama dan urusan kerja. Atau sudah dia hapus?.


Perih betul hatimu ketika dia berkata, “Aku ada janji sama temanku. Aku balik agak malam, ya.”

lya, dia memang hanya bercengkerama bersama teman-temannya, tetapi mengapa aku malah cemburu tidak penting begini? Mengapa hati ini begitu sakit hanya karena hal sepele seperti ini?.


Kesedihan menjadi sahabat baikmu setiap kali kau berjalan-jalan bersamanya. Genggaman tangan yang erat, percakapan sederhana, gombalan yang memanjakan telingamu, itu semua membuatmu bertanya, “Sampai kapan? Apakah dia akan begini terus? Namun, gimana kalau dia sudah... meninggal? Aku gimana? Aku hanya sayang dia, nggak ada yang bisa menggantikan dia.”


Di tahun-tahun berikutnya, kau mendengar perceraian teman terbaikmu, kisah perselingkuhan yang merajalela, temanmu yang meninggal, meninggalkan pasangan hidup dan anak-anaknya.


Perasaan ini semakin menyiksamu. Seperti ada pisau yang kasat mata, mengiris hatimu pelan-pelan, membiarkannya berdarah bertahun-tahun, dan tak ada yang dapat menghentikan irisan ini. Jika irisan ini berhenti, itu sama saja berarti tak pernah menemuinya, tak pernah mengenalnya, tak pernah mencintainya, tak pernah menikahinya.


Rasa sakit ini bermula dari rasa cinta yang begitu dalam. Dan, jika kecemasan ini tak pernah ada, setidaknya ada satu kebenaran yang pasti terjadi: satu dari kalian akan meninggalkan satu sama lain.


Mungkin, ini yang disebut orang-orang: kenikmatan adalah ujian.


Kehidupan yang melelahkan. Seakan semuanya terasa sia-sia. Mencintai tetapi tak pernah bisa benar-benar memiliki.


Jika cinta bukan jawaban dari segalanya, lalu apa?
Perihal ini, setiap orang memiliki perspektif masing-masing. Dan, setiap orang akan bertanggung jawab dengan pendapat mereka.


Dan, jika kecemasan ini tak pernah ada, setidaknya ada satu kebenaran yang pasti terjadi: satu dari kalian akan meninggalkan satu sama lain.


Saat satu dari kalian pergi, meninggalkan dunia ini. Katakanlah itu dirimu. Maka, kepada siapa kau kembali? Apakah kau kembali kepada pasangan hidupmu? Apakah hidupmu berakhir begitu saja? Setelah melalui semua kesulitan ini? Apakah arti hidup ini jika semua berakhir tanpa makna? Maka, kepada siapa dirimu kembali?.


Secara naluri dan logika paling murni dan jujur, kita semua tahu jawabannya: kepada-Nya-lah kita kembali.


Maka, apakah cinta jawaban dari segalanya? Apakah kita hidup hanya untuk saling mengisi rasa kesepian? Atau, bertakwa kepada Tuhan yang telah menciptakan kita, yang memberi rezeki kepada kita, yang menjadi tempat kita kembali, yang menjadi jawaban segalanya, tujuan hidup yang sesungguhnya?.


The truth is so loud we can’t deny it.


“Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sendagurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlamba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu.” [QS Al-Hadid: 20]


You may gone from my sight, but you are never gone from my heart.


Kang Jay

Deleted user

mlm ini sungguh sepii..

menunggu bulan tuk bersinarr..

siapa yg mau tahun ini.. yg siap tu di maharr..
heheheheh....


Deleted user Apr 14 '20 · Komentar: 2 · Tags: #mahfudin#
Pages: « Previous ... 206 207 208 209 210 ... Next »
advertisement
Password protected photo
Password protected photo
Password protected photo