Dia Independent,kuat dan terlihat tidak butuh siapa-siapa,tapi tahukah bahwa kadang perempuan yang paling tangguh adalah perempuan yang paling banyak belajar menahan luka,luka karena karena nggak punya sosok ayah yang benar-benar hadir.
Makna Figur Ayah dalam syariat islam bahwa ayah bukan hanya pencari nafkah tapi dia adalah pemimpin,pelindung,pemberi keamanan jiwa dan sosok pertama yang mengajarkan harga diri kepada anak perempuannya.
Maka jika seorang laki-laki menikah dengan perempuan yang kehilangan figur ayah,maka laki-laki tersebut bukan hanya menjadi suami tapi menjadi tempat perlindungan yang pertama kali benar-benar perempuan rasakan.
Perempuan yang tumbuh tanpa figur ayah (Fatherless daughter syndrome) punya:
-Self Wort Rendah merasa tidak layak dicintai
-Trust Issue dalam hubungan romantis antara lain mudah curiga dan takut ditinggalkan.
-Fear of abandonment sangat takut dikecewakan dan ditinggalkan meski tidak ditunjukkan.
-Hyper Independence "merasa tidak butuh siapa-siapa" yang sebenarnya adalah mekanisme pertahanan diri.
Anak Perempuan yang tumbuh tanpa figur ayah cenderung mengalami trust issue,self esteem rendah atau bahkan insecure terhadap cinta karena otak mereka sejak kecil diprogram untuk "bertahan hidup" bukan untuk "menerima cinta".Pusat emosi di otak belajar bahwa kasih sayang itu tidak bisa diandalkan.Maka saat dewasa,cinta bisa terasa asing atau bahkan menakutkan.Tapi ingat trauma bisa sembuh,otak bisa dilatih melalui konsistensi,kasih sayang dan kesabaran pasangan.
Banyak perempuan yang tumbuh dalam keluarga broken home,ayah yang sibuk,atau bahkan ditinggal tanpa penjelasan.Mereka mandiri tapi dalam diam haus validasi.Mereka bisa terlihat kuat diluar tapi menyimpan luka di dalam.Dalam hati mereka bertanya "Memangnya ada laki-laki yang bisa sayang tanpa ninggalin kayak ayah dulu?"
Sebab Akibat Fatherless dan Dampak dalam Pernikahan yaitu:
-Sebab:Ayah tidak hadir,kasar,dingin atau otoriter,tidak ada figur laki-laki yang menunjukkan cinta sehat dan tulus atau perceraian ayah ibunya.
-Akibat:Cenderung Menguji Cinta Pasangannya,Berasumsi kalau "Pasangan Cuek sedikit" sebagai "akan ditinggalkan" dan jadi "clingy' atau justru 'dingin banget"
-Dampak pada pernikahan yaitu suami merasa tidak percaya,istri merasa tidak aman atau curigaan,pernikahan jadi nggak sehat dan nggak harmonis,bisa berujung konflik berulang bahkan perceraian.
Solusi dan Jalan Keluar:
-Untuk Calon Suami:Tahu latar belakang emosional istri sangat penting,jangan hanya jadi imam dalam ibadah tapi juga imam dalam pemulihan jiwa,bersabar menghadapi trust issue,peluk luka masa kecilnya dengan konsistensi, belajarlah menjadi "safe' bukan hakim,dengarkan tanpa menginterupsi, dan ingatkan dengan cinta bukan dengan ancaman.
-Untuk Calon Istri:Akui bahwa ada luka bukan denial,Mau membuka diri terhadap cinta sehat dan tulus,Healing adalah tanggung jawab pribadi,Temui mentor atau ustadz/ustadzah atau terapis jika perlu,Jangan takut menikah hanya karena takut kehilangan,Maafakan Masa lalu bukan untuk melupakan tapi untuk melangkah dan buka ruang untuk mencintai dan dicintai.
Sumber:Pengalaman Pribadi dan Konsultan Ilmu Pranikah,Pernikahan dan Cinta.
1. Jika sekiranya kita memutuskan untuk memilih orang ini apakah kita akan berkembang sejauh mana,lebih baik,lebih bahagia,lebih pintar, lebih sholehah atau malah sebaliknya,tapi tentunya yang kita inginkan adalah pasangan yang membuat kita lebih baik,lebih taat,lebih bahagia,lebih dewasa dan bijaksana dalam menyikapi banyak hal,lebih cantik atau ganteng karena kita terawat dan dirawat,lebih kaya jangan malah hancur-hancuran secara finansial karena salah memilih pasangan.
2. Manusia itu bisa saja berubah tapi mencari yang rasa sayangnya sama dari awal sampai akhir tidaklah mudah, seandainya suatu saat orang ini bertingkah sejauh apa kita bisa memaafkannya,karena hubungan yang langgeng butuh kata maaf dan butuh memaafkan secara berulang tentunya maaf juga harus dibarengi dengan itikad dan bukti nyata untuk terus memperbaiki diri agar tidak mengulang hal yang sama dan meminimalisir kesalahan demi langgengnya hubungan.
3. Kalau dia ingin kita perempuan berhenti kerja,sebanyak apa dia bisa menafkahi kita dan seberapa sanggup dia memberikan biaya untuk kebutuhan rumah tangga,karena perempuan yang terbiasa misal sudah ditingkatan lebih tinggi mandiri dan sanggup menafkahi diri di tingkatan yang lebih tidak mungkin menurunkan standar hidup mengikuti gaya hidup laki-laki yang mungkin standar hidupnya dibawah perempuannya, dan laki-laki meminta perempuan berhenti bekerja apakah ada jaminan dia akan bertanggung jawab sepenuhnya dan seterusnya.
4.Untuk Perempuan yang punya anak dan terbiasa apa-apa sendiri tanpa nafkah mantan suami dan punya kemampuan menghandle semua sendiri dan terbiasa menafkahi diri sendiri dan menafkahi anak mungkin akan kesulitan menerima laki-laki, jika tidak punya cukup value dalam attitudenya misal tanggung jawabnya kurang atau pelit atau gak punya jiwa provider atau tidak setia atau minim effort dalam istilah sekarang namanya pria dengan jiwa feminim energy karena malah akan jadi beban atau malah akan slot secara energy yang perempuan akan jadi maskulin dan yang laki-laki akan jadi feminim dan menurutku sekarang banyak padahal sejatinya tetap dalam peran dan energynya yang sesuai akan terasa indah.
5.Jika ingin menikahi laki-laki yang sudah bawa anak,si perempuan berfikir dan melihat apakah laki-laki ini mampu membagi nafkah untuk anak bawaannya sendiri dan perempuan yang akan dinikahi,bener dengan kata-kata laki-laki itu seumur hidup dipenuhi tanggung jawab yang kelak akan dimintai pertanggung jawaban juga,maka perlu difikirkan tangung jawabnya dan kesanggupannya bagaimana,ini banyak yang akhirnya jadi problem di pernikahan kedua karena pada akhirnya banyak perempuan yang berkorban banyak untuk laki-laki dan anak-anaknya bawaan laki-laki dalam hal tenaga,finasial maupun mental,makanya banyak perempuan yang memilih lama sendiri karena dia tidak mau bertambah beban baik beban fikiran, beban mental maupun beban finansial,kecuali memang perempuan kaya raya yang ikhlas mendedikasikan segalanya.
so,membangun hubungan di usia dewasa itu ternyata sudah memperhitungkan untung dan rugi,singkatnya sebelum jatuh cinta dan membangun hubungan harus mempertimbangkan banyak hal dan membangun pertahanan diri agar tidak mudah runtuh di kemudian hari.
High Value Man punya ciri:
1. Provider
(memberi nafkah dan memberi keamanan secara finansial)
2. Protect
(melindungi secara fisik,emosional dan sosial)
3. Problem solver
(pemimpin, penyelesai masalah)
Maka High Value Woman akan memberikan feedback berupa:
1. Nurture
(merawat dan menenangkan)
High Value Woman punya rumah dan hati yang membuat laki-lakinya tenang,punya calming energy yang gak bikin laki-lakinya tambah stress dan tidak jadi beban tambahan bagi laki-lakinya tapi malah jadi sumber ketenangan.
2. Support
(Mendukung dan Memotivasi)
Nggak cuma bilang semangat ya tapi tahu visi laki-lakinya dan mendukung berdiri di belakang laki-lakinya.
3. Respect and Apreciation
(Menghargai dan Mengapresiasi)
Menghargai yang diusahakan laki-lakinya dan mengapresiasi usahanya bukan cuma mau enaknya saja dan cuma lihat hasil akhirnya.
4. Classy Influence
(Pengaruh Kelas)
Kerjanya nggak cuma nyuruh-nyuruh tapi bikin cowok naik level,cara berfikir,cara ngomongnya dan pembawaan dirinya bikin laki-lakinya merasa percaya diri karena punya pasangan setara.