BLOG TULISAN Binda

Peran Ayah dalam Pendidikan

Al Quran lebih banyak mencatat peran Ayah dalam mendidik anak-anaknya. Dialog dialog indah antara Orangtua dan Anak di dalam Al Quran adalah dialog antara Ayah dan Anak. Lihatlah betapa indah dialog Luqmanul Hakim dan anaknya, betapa indah dialog Ibrahim AS dengan ananda Ismail AS.

Yaa Bunayya (wahai ananda)” jika dilihat sepintas orang menyangka itu panggilan lembut seorang bunda pada anaknya namun ternyata begitulah Al Quran merekam dialog para ayah sejati memanggil lembut anak-anaknya.

Riset riset membuktikan peran keayahan (fatherhood) di sepanjang sejarah pada suku suku yang ada di muka bumi dalam mendidik menunjukan peran yang dominan. Bahkan sejak bermain, membacakan kisah, sampai kepada menuturkan narasi-narasi besar peran keluarga dalam peradaban adalah tugas para ayah.

Bermain dengan ayah, disimpulkan sebagai bentuk membangun sikap dalam bersosial anak anaknya.

Perintah bermain kepada anak, justru lebih ditekankan kepada ayah. “Barang siapa yang memiliki anak, hendaknya ia bermain dengannya dan menjadi sepertinya. Barangsiapa yang membuat anaknya bahagia maka pahalanya setara dengan membebaskan budak sahaya, dan barang siapa membuat anaknya tertawa, maka pahalanya setara dengan orang yang menangis karena takut kepada Allah.

Jadi bukan tanpa alasan ketika banyak pakar pendidikan menyatakan bahwa tugas utama seorang ayah bukanlah mencari nafkah, namun mendidik anak-anaknya. Maka diperlukan kemampuan mencari nafkah yang smart, agar sang Ayah tidak meninggalkan peran mendidiknya di dalam keluarga.

Jadi apa sesungguhnya peran Ayah?

1. A Man of Mission and Vision

Para ayah adalah pembuat misi keluarga, yaitu peran spesifik keluarga dalam peradaban. Lihatlah di dalam Al Quran bagaimana Nabi Ibrahim AS adalah sang pembuat misi keluarga. Misi keluarga beliau diabadikan dalam doa-doanya.

2. Pensuplai Ego

Seorang ayah diperlukan kehadirannya sebagai pensuplai Ego bagi anak anaknya. Supply ego ini memberikan kemampuan “leadership” bagi anak anaknya, sementara ibu pemberi supply Emphaty atau “followership”.

Ayah dengan hadir dalam keluarga akan memberi keteladanan melalui sikap sikap yang berangkat dari fitrah keayahannya dengan menunjukkan ketegasan, pembelaan pada keluarga, ketegaan yang penuh cinta dll adalah supply ego yang berkesan bagi anak.

3. Pembangun Struktur Berpikir Dan Rasionalitas

Ayah dengan rasionalitas berfikirnya, berkontribusi membangun struktur berfikir bahkan inovasi di rumahnya atau di keluarganya. Kalau Ibu memberikan kemampuan emosional.

Alangkah baiknya jika keluarga memiliki family knowledge atau kearifannya sendiri yang diwariskan turun temurun.

4. Pensuplai Maskulinitas

Para ayah diperlukan kehadirannya untuk memberikan suplai maskulinitas baik anak lelaki maupun anak perempuan. Ayah dan Ibu harus hadir sepanjang usia anak sejak 0-15 tahun (Aqil Baligh). Anak lelaki pada usia 7-10 tahun memerlukan lebih banyak kedekatan pada ayahnya untuk menguatkan konsep fitrah kelelakiannya menjadi potensi peran seorang lelaki sejati.

5. Ayah Sang Raja Tega

Pada usia 10 tahun ke atas, anak anak perlu diuji kemandirianya, keimanannya dgn beragam program, nah para ayahlah sang raja tega yang mampu memberikan tugas tugas berat untuk menguatkan potensi potensi anak menjadi peran peran peradabannya kelak. Dalam hal ini ibu sebagai “sang pembasuh luka” yang memberi penawar bagi keletihan dan obat bagi luka dalam menjalani ujian.

6. Ayah Penanggungjawab Pendidikan

Sesungguhnya ayahlah penanggungjawab pendidikan, yang merancang arah dan tujuan pendidikan keluarganya sesuai misi keluarganya. Ibulah yang kelak mendetailkannya menjadi proyek atau kegiatan harian.

Secara fitrah bahasa, wanita lebih cerdas bahasa dibanding para lelaki. Wanita bicara 50rb sampai 70rb kata perhari, jadi ibu memang lebih banyak membersamai anak.

7. Ayah Konsultan Pendidikan

Melihat bahwa seorang lelaki “single tasking” dibanding wanita yang “multi tasking”, para ayah tidak bisa terlalu banyak turun dalam hal detail, bahkan mereka perlu lebih banyak berada di luar masalah agar bisa memberikan solusi yang jernih bagi para ibu yang dalam kesehariannya sudah dipenuhi banyak masalah dalam mendidik.

Para ayah yang tidak mau atau sulit terlibat dalam proses mendidik anak anaknya, umumnya adalah para ayah yang tidak selesai dengan dirinya atau tidak bahagia menjalani karirnya walau sukses sekalipun, jadi mereka harus dibantu agar kembali fitrahnya dan banyak didoakan.

Forum-forum keayahan harus banyak dibuat untuk membekali keyakinan dan kemampuan para ayah dalam mendidik anak anaknya. Komunitas ini juga harus bergerak membangun ekonomi bersama agar para ayah dapat mencari nafkah lebih smart.

Salam Pendidikan Peradaban

#pendidikanberbasisfitrah dan akhlak
#fitrahbasededucation

Harry Santosa

Entah siapa penulis Aslinya, yang pasti tulisan ini...aku suka.?Jadi perempuan harus siap dengan posisi serba salah.?Perempuan dituntut untuk memeluk kekurangan dan aib keluarga.Perempuan dituntut sholehah, cerdas dan selalu menarik.Perempuan dituntut sempurna menjadi bidadari suami dan madrasah pertama keturunannya.Sepertinya semua hal tersebut masuk akal berlaku ideal bila suami pun telah sempurna tahu dan faham menempatkan dirinya.Ketika laki-laki telah absolut mumpuni sebagai imam, pembimbing dan kepala keluarga yang bertanggung jawab.Tidak hanya bertanggung jawab soal materi, tapi juga soal religi, psikologi, emosional dan fasilitas seluruh anggota keluarga.Sering kah dengar dan melihat perempuan sakit jiwanya?Tubuh nampak sehat tapi jelas nampak ada tidak kestabilan psikologis dan emosional??Atau akhlaknya menyejukkan tapi fisiknya ringkih sakit-sakitan??Sering yaPerempuanKalau berkoar kesengsaraan di umum, dikata tak pandai jaga rahasia.Kalau dipendam, lama-lama jadi gila.Lalu tidak jarang akhirnya makhluk terdekat lah yang jadi pelampiasan kekesalannya.Yaitu anak-anaknya ???Suami main tangan, adaSuami lalai nafkah, adaSuami abai kebutuhan keluarga, adaSuami gila perempuan, adaSuami tidak peka kewajiban, adaSuami tak faham memimpin, adaSuami jauh agama, adaTapi ketika suami selingkuh... perempuan dikata isteri tak luwes menyenangkan suamiKetika suami KDRT...Perempuan dikata tak pandai jaga sikapKetika suami marah...Perempuan dikata tak cerdas jaga mulutPerempuan terluka dalam diam, lalu semua hancur, ia dibodoh-bodohkan banyak orang.Perempuan curhat dan berbicara, berbagi kesah mengurangi derita,Dianggap tak punya iman dan tidak tahu malu.Anak-anak kacau, yang disalahkan asuhan ibunya.Anak-anak menonjol, yang dikenal dia anaknya bapak siapa.Wanita dituntut untuk menjaga keseimbangan keluarga.Sudahlah rusak badan karena hamil, melahirkan, dan suaminya.Masih pula jungkir balik kaki jadi kepala, kepala jadi keset keluarga.Namun bila terpaksa ada tuntutan karena kondisi yang belum layak....Seringnya wanita juga terhakimi sebagai makhluk kurang bersyukur.Ahh ibu, perempuan, wanita.Pantas kau lebih cepat terlihat tua.Surga dijanjikan di telapak kakinya,Namun ancaman neraka juga ditakdirkan banyak dipenuhi oleh kaumnya.Perempuan oh perempuan, semilyar yang harus kau taklukkan dengan segala paradoksal-nya.....Iya atau bukan pengalaman pribadi saya,tapi semoga dapat sedikit menguatkan sesama perempuan-perempuan kuat dimanapun berada.?#copas

advertisement
Password protected photo
Password protected photo
Password protected photo