BLOG TULISAN Ibnuanugerah

Lelaki tua menjelang 80-an itu menatap istrinya. Lekat-lekat. Nanar. Gadis itu masih terlalu belia. Baru saja mekar. Ini bukan persekutuan yang mudah. Tapi ia sudah memutuskan untuk mencintainya. Sebentar kemudian iapun berkata, “Kamu kaget melihat semua ubanku? Percayalah! Hanya kebaikan yang akan kamu temui di sini.” Itulah kalimat pertama Utsaman bin Affan ketika menyambut istri terakhirnya di Syam, Naila. Selanjutnya adalah bukti.


Sebab cinta adalah kata lain dari memberi... sebab memberi adalah pekerjaan... sebab pekerjaan cinta dalam siklus memperhatikan, menumbuhkan, merawat dan melindungi itu berat... sebab pekerjaan itu harus ditunaikan dalam waktu lama... sebab pekerjaan berat dalam waktu lama begitu hanya mungkin dilakukan oleh mereka yang memiliki kepribadian kuat dan tangguh... maka setiap orang hendaklah berhati-hati saat ia akan mengatakan, “Aku mencintaimu.” Kepada siapapun!

Sebab itu adalah keputusan besar. Ada taruhan kepribadian di situ. “Aku mencintaimu,” adalah ungkapan lain dari, “Aku ingin memberimu sesuatu.” Yang terakhir ini juga adalah ungkapan lain dari, “Aku akan memperhatikan dirimu dan semua situasimu untuk mengetahui apa yang kamu butuhkan untuk tumbuh menjadi lebih baik dan bahagia... aku akan bekerja keras untuk memfasilitasi dirimu agar bisa tumbuh semaksimal mungkin... aku akan merawat dengan segenap kasih sayangku, proses pertumbuhan dirimu melalui kebajikan harian yang kulakukan padamu... aku juga akan melindungi dirimu dari segala sesuatu yang dapat merusak dirimu dan proses pertumbuhan itu...” Taruhannya adalah kepercayaan orang yang kita cintai terhadap integritas kepribadian kita. Sekali kamu mengatakan kepada seseorang, “Aku mencintaimu,” kamu harus membuktikan ucapan itu. Itu deklarasi jiwa bukan saja tentang rasa suka dan ketertarikan, tapi terutama tentang kesiapan dan kemampuan memberi, kesiapan dan kemampuan berkorban, kesiapan dan kemampuan melakukan pekerjaan-pekerjaan cinta: memperhatikan, menumbuhkan, merawat dan melindungi.

Sekali deklarasi cinta tidak terbukti, kepercayaan hilang lenyap. Tidak ada cinta tanpa kepercayaan. Begitulah bersama waktu suami atau istri kehilangan kepercayaan kepada pasangannya. Atau anak kehilangan kepercayaan kepada orang tuanya. Atau sahabat kehilangan kepercayaan kepada kawannya. Atau rakyat kehilangan kepercayaan kepada pemimpinnya. Semua dalam satu situasi: cinta yang tidak terbukti. Ini yang menjelaskan mengapa cinta yang terasa begitu panas membara di awal hubungan lantas jadi redup dan padam pada tahun kedua, ketiga, keempat dan seterusnya. Dan tiba-tiba saja perkawinan bubar, persahabatan berakhir, keluarga berantakan, atau pemimpin jatuh karena tidak dipercaya rakyatnya.

Jalan hidup kita biasanya tidak linier. Tidak juga seterusnya pendakian. Atau penurunan. Karena itu konteks di mana pekerjaan-pekerjaan cinta dilakukan tidak selalu kondusif secara emosional. Tapi disitulah tantangannya: membuktikan ketulusan di tengah situasi-situasi yang sulit. Disitu konsistensi diuji. Di situ juga integritas terbukti. Sebab mereka yang bisa mengejawantahkan cinta di tegah situasi yang sulit, jauh lebih bisa membuktikannya dalam situasi yang longgar.

Mereka yang dicintai dengan cara begitu, biasanya merasakan bahwa hati dan jiwanya penuh seluruh. Bahagia sebahagia-bahagianya. Puas sepuas-puasnya. Sampai tak ada tempat lagi yang lain. Bahkan setelah sang pencinta mati. Begitulah Naila. Utsman telah memenuhi seluruh jiwanya dengan cinta. Maka ia memutuskan untuk tidak menikah lagi setelah suaminya terbunuh. Ia bahkan merusak wajahnya untuk menolak semua pelamarnya. Tak ada yang dapat mencintai sehebat lelaki tua itu. ~ Anis Matta ~

Jodoh kita seperti apapun tingkat kesolehahannya adalah tergantung iktiar kita mengazzamkan diri menjadi pribadi matang, tak hanya kesolehan pribadi, tapi kesolehan sosial yang bisa memberi manfaat untuk orang banyak.

Masih inget kata2 ratih kepada angga di film pendek Cinta Subuh ;

"Gimana mau jadi imam rumah tangga, kalo jadi imam diri sendiri aja nggak bisa".

Ini cerita nampol bgt, bahwa subuh adalah kebiasaan terpenting dalam pribadi ikhwan (laki-laki) untuk menjadi imam.

Kenapa di masjid? Karena "dua rokaat sholat sunnah sebelum subuh (sholat qobliyah) kata Rosul Allah adalah lebih baik daripada dunia beserta isinya" apalagi sholat subuhnya.

Terapi subuh ini buat yang belum terbiasa, boleh dicoba. Bikin Tabel 40 hari tanpa putus. gagal di hari ke 29, ulang dari awal, begitu seterusnya.

Yuk sama2 berkompetisi !!!

Kalau kamu ingin tau derajat dan pangkatmu di sisi Allah, lihatlah pandangan kamu terhadap sholat. Kalau kamu memandang sholat itu adalah perkara penting, berarti kamu adalah orang yang penting di sisi Allah. Kalau kamu menganggap sholat itu hal yang biasa saja, berarti kamu adalah orang yang biasa-biasa saja di sisi Allah

Kalau Beli mobil, kurang nyaman bisa di jual atau tuker tambah

Kalo beli rumah, kurang nyaman, bisa dijual beli lagi

Kalo punya kaplingan tanah, dirasa kurang strategis bisa dijual lagi

Tapi kalau mendidik anak, itu investasi yang nggak bisa diulang

Nggak bisa kaya komputer yang "ngehang" lalu kita teken tombol restart terus normal lagi.

Karenanya perlu peran orang tua, terutama peran ayah.

Kenapa sebab? sebab di dalam AlQuran Allah menceritakan banyak kisah, bagaimana Ibrahim mendidik Ismail, Bagaimana Lukman Al Hakim mendidik anak2nya, 2 Kisah itu cukuplah menjadi contoh.

Jika Engkau tidak bisa menjadi Ibrahim, setidaknya belajarlah

Jika Engkau yidak bisa menjadi Lukman, setidaknya belajarlah

Allah menghendaki proses, hasil biarkanlah Kuasanya.

Yang jelas jangan patah semangat.

Selamat mempersiapkan menjadi Ayah

Jika mencintai itu pekerjaan, maka sesungguhnya pekerjaan cinta dalam siklus menumbuhkan, merawat, melindungi itu berat.

Sebab pekerjaan yang berat itu membutuhkan waktu yang lama,

Karenanya mencintai bukan sebatas suka atau ketertarikan,

Tapi pemakluman seumur hidup, kesabaran yang tiada batas, dan memiliki 1 visi, bersama menuju jannahNya.

advertisement
Password protected photo
Password protected photo
Password protected photo